แชร์

Bab 26

ผู้เขียน: Bertha
Carlos membantu Verona berdiri dengan stabil. Namun di saat itu juga, tali bajunya tanpa sengaja melorot dari bahu.

Dari sudut pandangnya sekarang, Carlos bisa melihat jelas belahan dadanya. Di atasnya bahkan masih ada bekas cumbuan yang intim tadi malam. Sementara itu, baju yang dikenakan Verona ... adalah milik Tamara.

Seketika, perasaan bersalah menghantamnya keras, seolah-olah dia baru saja berselingkuh tepat di hadapan Tamara. Telapak tangannya mulai berkeringat dan dia langsung memalingkan wajah.

"Carlos, pegang tangan kiriku, aku mau cuci muka," kata Verona sambil mendongak.

Carlos langsung mengambil handuk kecil dan memeras airnya, lalu menyerahkannya kepada Verona. Setelah selesai mengelap wajah, Verona mencoba berdiri sendiri sambil bersandar ke meja wastafel.

"Aku sudah nggak apa-apa, makasih ya, kamu bisa ke ...."

Sebelum ucapannya selesai, tubuh Verona kembali goyah. Namun, kali ini Carlos sudah siap. Dia langsung merangkul pinggang Verona dan menahannya dengan mudah.

"Jan
อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป
บทที่ถูกล็อก

บทที่เกี่ยวข้อง

  • Cintaku Mati Bersama Kontrak yang Usai   Bab 27

    Meski topik panas di media sosial sudah ditarik tepat waktu, di rumah lama Keluarga Suratman, Arham tetap mengetahui berita itu. Pagi-pagi sekali dia sudah marah besar dan menelepon Carlos untuk menginterogasinya.Carlos sedang dalam perjalanan ke kantor saat dimaki habis-habisan oleh Arham. Dia hanya diam dan tidak membalas sepatah kata pun."Tamara itu anak baik. Apa kamu nggak merasa bersalah? Dua tahun ini dia sudah banyak berkorban, kamu sama sekali nggak lihat semua itu?" Arham benar-benar kecewa.Carlos mengatupkan bibir. Berkorban? Maksudnya cuma masak? Cuci baju pakai mesin, bersih-bersih pakai robot, jelas-jelas selama dua tahun ini justru dia yang menanggung semuanya.Selain itu, Tamara tidak tahu berterima kasih sama sekali. Tamara bahkan menampar dirinya kemarin."Kalau kamu memang nggak bisa menghargainya, jangan sampai menyesal nanti. Sisa waktunya tinggal setengah bulan lagi ...." Suara Arham terus berlanjut di seberang.Carlos tidak sabar mendengarkan ceramah kakeknya

  • Cintaku Mati Bersama Kontrak yang Usai   Bab 28

    "Gimana supnya? Enak?" tanya Verona dengan penasaran.Sup ini adalah hasil pesan antar dari. Dia yakin bisa menaklukkan selera Carlos dengan rasanya."Enak. Kamu pintar masak," ucap Carlos setelah mencicipi.Padahal, sup itu terasa terlalu berminyak. Kuahnya kental seperti hasil dari dapur pabrik skala besar. Rasanya generik. Dia jauh lebih menyukai masakan Tamara yang tidak terlalu asin ataupun berminyak. Rasanya tidak bisa seperti masakan dari luar."Kalau enak, minum banyak ya. Nanti setiap hari aku masakkin untuk kamu," kata Verona dengan semangat.Mendengar kata "setiap hari", Carlos menyeruput sup sambil berkata, "Besok kubantu ambil dokumenmu. Setelah itu, kamu tinggal di hotel milik perusahaan. Di sana nggak ada paparazi yang berani muncul."Mendengar hal itu, Verona menggigit bibirnya diam-diam. Dua detik kemudian, dia kembali tersenyum,"Oke .... Terima kasih ya, Carlos."Mereka melanjutkan makan. Saat Verona ingin menyendokkan lagi sup untuk Carlos, dia langsung menolaknya.

  • Cintaku Mati Bersama Kontrak yang Usai   Bab 29

    Verona pun mulai mengarahkan asistennya untuk memindahkan barang-barangnya. Meski belum bisa menempati kamar utama, setidaknya bisa "mengusir" Tamara dari kamarnya saja sudah cukup memuaskan.Saat melihat mereka memindahkan barang-barang Tamara, Carlos mengernyit dan ikut masuk ke kamar. Dia melihat sang asisten sedang mencoba membuka lemari, jadi dia pun ikut membantu.Tenaga pria tentu lebih kuat. Lemari yang terkunci itu berhasil dibuka paksa oleh Carlos dalam beberapa kali hentakan. Bahkan bagian kuncinya sampai bengkok.Di dalamnya tidak ada banyak barang. Hanya ada sebuah buku kecil berwarna biru muda. Carlos mengambilnya dan membuka halaman pertama. Seketika dia tahu apa isi buku itu."Siapa sih orang normal yang masih nulis buku harian," ejek Carlos dengan nada meremehkan. Namun, tangannya tetap ingin membuka halaman selanjutnya.Di saat itu juga, sebuah tangan muncul dari atas dan langsung menarik buku itu dari tangannya."Nggak boleh ngintip buku harian wanita ya. Aku bakal j

  • Cintaku Mati Bersama Kontrak yang Usai   Bab 30

    Padahal Carlos jelas-jelas sangat perhatian pada Tamara, tapi kenapa dia malah terlibat dengan wanita lain? Bahkan, dia membawa pelakor itu pulang ke rumahnya.Pesanan makanan sudah dikirim, tapi Ihsan sedikit berjaga-jaga. Dia mengatakan bahwa makanan itu adalah kiriman dari Keluarga Suratman, bukan dari Carlos langsung. Sebab, dia khawatir kalau Tamara tahu, makanan itu malah langsung dibuang ke toilet.Di rumah sakit.Tamara makan makanan bergizi yang datang tadi. Karena pengirimnya atas nama "Keluarga Suratman", dia langsung berpikir, ini pasti atas perintah Arham.Namun, dahinya berkerut. Apa Carlos sendiri yang memberitahukan soal dirinya dirawat?Hanya saja, tidak ada pesan apa pun dari Arham di ponselnya sampai sekarang. Tamara juga tidak mengirim kabar lebih dulu karena kalau dia mulai bicara, kondisi lukanya yang sebenarnya bisa terbongkar.Beberapa hari ini dia hidup sangat nyaman. Siang harinya diisi dengan menonton video pembelajaran dan latihan menulis. Dia sudah cukup ya

  • Cintaku Mati Bersama Kontrak yang Usai   Bab 31

    [ Kalau nggak, nanti orang akan mengira etika kerja asistenku buruk. ]Ihsan berpikir dalam hati, 'Hehehe ... apa Anda nggak merasa semakin dijelaskan malah semakin mencurigakan?'Hanya saja sebagai karyawan, Ihsan terpaksa menyimpan semua keluhan ini dalam hati. Mana mungkin dia berani membantah?Mobil melaju dengan kecepatan stabil. Tamara menoleh ke arah jendela untuk memandangi pemandangan di luar. Dia tidak ingin bertanya mengapa Carlos tahu kapan dia keluar dari rumah sakit, apalagi menanyakan alasan kenapa pria itu menjemputnya.Lagi pula, jawabannya cuma ada dua kemungkinan. Entah itu ingin "membungkam mulutnya" supaya tidak mengadu di depan Arham, atau mungkin karena merasa bersalah. Bagaimanapun, Carlos-lah yang membuatnya patah tulang.Di kursi belakang, Carlos juga tidak bicara. Tatapannya tertuju pada bagian belakang kepala Tamara, lalu bergeser ke arah punggung kakinya.Bekas luka melepuh itu sudah hilang, kini hanya tersisa sedikit kemerahan yang samar. Langkahnya juga s

  • Cintaku Mati Bersama Kontrak yang Usai   Bab 32

    Tamara menarik napas panjang dalam hati dan berusaha menahan diri agar tidak bertengkar. Hanya sebuah tempat tidur, tidur di mana juga sama saja. Lagi pula, waktunya tinggal sepuluh hari lagi. Dia masih sanggup bertahan."Barang-barangku di mana?" tanya Tamara dengan tenang.Carlos yang sempat melihat wajahnya kesal barusan, lalu mendapati ekspresinya kembali datar, menjawab, "Verona suruh asistennya beresin dan pindahin ke kamar tamu kecil."Tamara berjalan ke kamar tamu kecil. Begitu pintunya dibuka, dia mendapati barang-barangnya berserakan di lantai dan tercampur tak karuan. Kalau orang lain melihat, mungkin akan menyangka itu tumpukan sampah.Di belakangnya, Ihsan juga ikut terkesiap. 'Nyonya benar-benar ditindas habis-habisan sama pelakor. Bukan cuma kamarnya yang direbut, sekarang bahkan harus tidur di gudang.'Carlos yang mengikutinya juga tentu melihat situasi tersebut. Dia terdiam sejenak, lalu mengernyit dan berkata, "Kenapa asistenmu itu letakkin barang orang asal-asalan?"

  • Cintaku Mati Bersama Kontrak yang Usai   Bab 33

    "Nggak ke mana-mana, cuma sudah nggak suka lagi," jawab Tamara dengan ekspresi datar.Mendengar itu, punggung Carlos yang semula menegang langsung sedikit mengendur. Dia kemudian memberi perintah pada Ihsan, "Turun ke bawah, sekalian belikan selimut dan satu set sprei di supermarket."Ihsan mengangguk dan segera keluar. Carlos kembali ke ruang tamu.Tamara mulai membereskan barangnya sendiri. Sebagian besar masih lengkap, tapi ....Tiba-tiba dia berdiri dan melangkah cepat ke kamar lamanya. Dia hendak membuka laci paling bawah dengan kunci cadangan. Namun, sebelum sempat melakukannya, sebuah tangan muncul dari belakang dan menarik laci itu lebih dulu.Di dalamnya kosong. Tamara terdiam, lalu menoleh perlahan dan tatapannya langsung bertemu dengan wajah Verona yang sedang menyeringai penuh kemenangan."Mana bukuku?" tanya Tamara."Buku apaan? Aku nggak tahu?" Verona berpura-pura tidak mengerti."Memangnya bukan kamu yang buka laci ini?" tanya Tamara menggertakkan giginya.Sebelum Verona

  • Cintaku Mati Bersama Kontrak yang Usai   Bab 34

    Saat Tamara masuk ke kamar mandi untuk mengganti air, dia melihat bahwa sikat gigi dan perlengkapan lain miliknya telah hilang. Yang tersisa hanyalah barang-barang milik Verona yang diletakkan berjejer dengan milik Carlos.Sudut bibir Tamara terangkat membentuk senyum sinis. Dia sudah tinggal di sini selama dua tahun. Namun, hanya butuh dua minggu sejak kemunculan Verona untuk menghapus semua jejak keberadaannya. Seolah-olah dialah yang jadi pihak ketiga sekarang.Sementara itu, di depan gedung studio model.Sebuah Rolls-Royce hitam berhenti dengan elegan di pintu masuk. Pintu terbuka dan Verona melangkah turun. Dia sengaja menoleh setengah badan dan melambaikan tangan ke arah Carlos di dalam mobil untuk memastikan semua orang di lobi bisa melihat jelas siapa pria di balik kemudi.Setelah mobil itu pergi, Verona berdiri di tempat sambil melambaikan tangan dengan senyum cerah. Begitu dia berbalik, wajahnya langsung berubah menjadi penuh percaya diri dan angkuh."Wah, Verona, pacarmu nga

บทล่าสุด

  • Cintaku Mati Bersama Kontrak yang Usai   Bab 82

    Di lorong, Verona mengepalkan tangannya hingga kukunya menusuk telapak tangannya. Pada akhirnya, dia kembali ke kamarnya dengan amarah meluap-luap. Kemudian, dia menelepon Tamara berkali-kali.Namun, tak peduli berapa kali dia menelepon, yang terdengar hanya suara operator otomatis. Mengirim pesan pun tak dibalas. Verona hampir gila karena marah.Di kamar utama, Carlos mandi dengan wajah muram. Dia kembali menelepon Ihsan, menanyakan apakah ada perkembangan. Mendapat jawaban yang sama seperti sebelumnya, dia frustrasi dan melempar ponselnya ke sofa.Carlos berbaring di tempat tidur dengan mata terbuka lebar. Dia tidak mungkin bisa tidur. Tamara sudah pergi sejak kemarin dan malam ini adalah malam kedua.Begitu dia membayangkan kemungkinan Tamara sedang bersama pria sialan itu, mungkin tidur sekamar, berciuman, atau bahkan ....Kepalanya seperti mau meledak. Amarahnya menghanguskan sisa-sisa rasionalitas yang masih tertinggal.Di kamar sebelah, Verona juga tidak bisa tidur. Tak lama kemu

  • Cintaku Mati Bersama Kontrak yang Usai   Bab 81

    Verona menunduk melihat bekas jari merah di lengannya, lalu berpura-pura tidak tahu dan bertanya, "Sebenarnya ada apa sih?"Carlos duduk di sofa. Kepalanya tertunduk, seluruh tubuhnya seperti diliputi kekecewaan. Dia bergumam pelan, "Tamara ... sudah pergi.""Tamara 'kan di rumah sakit, kamu masih mabuk ya?" balas Verona."Nggak, dia nggak di rumah sakit. Kata perawat, dia sudah keluar dari kemarin pagi," ucap Carlos linglung."Eh? Masa sih? Kok kita nggak tahu apa-apa?" Verona berpura-pura terkejut."Kamar dia sudah diberesin. Dia cuma ninggalin ponsel yang kubelikan sama ...." Carlos terdiam, suaranya semakin lirih."Sama apa?" Verona sengaja memancing.Carlos menggertakkan gigi, mengepalkan tangannya sambil berkata, "Kertas-kertas nggak berguna. Fotokopian. Dia pikir bisa menakutiku pakai itu? Dasar bodoh!"Verona yang mendengar kata fotokopian itu langsung mengernyit. Fotokopi? Bukannya itu surat cerai?Dia buru-buru berdiri dan berjalan ke kamar Tamara. Begitu masuk, dia melihat se

  • Cintaku Mati Bersama Kontrak yang Usai   Bab 80

    Tamara sampai tidak sanggup lagi berkomentar. Menikah dan hidup selama dua tahun dengan orang seperti Carlos. Kalau hal ini tersebar, dia sendiri yang malu."Rara, kamu ngapain sih?" Zoya datang sambil membawa bir. Begitu melihat ekspresi Tamara yang tampak pasrah, dia tak kuasa bertanya."Nggak apa-apa. Cuma kesal gara-gara sales tolol," jawab Tamara sambil tersenyum.Dia sendiri juga cari masalah. Sudah tahu Carlos mengirim permintaan pertemanan, seharusnya jangan dibaca satu per satu."Makanya, aku bilang biar aku maki sales itu. Kamu sih terlalu baik sampai nggak tega nolak." Zoya duduk dan membuka birnya."Sudah aku tolak, sudah aku hapus juga. Cuma ... tetap saja kesal liat isi pesannya," sahut Tamara.Mereka bersulang, lalu Tamara melemparkan ponselnya ke samping, tak lagi menyentuhnya.Tamara sama sekali tidak peduli, sementara Carlos benar-benar emosional. Dia marah, gelisah, dan mengamuk sendiri."Bagus, Tamara! Kamu pikir aku cuma bisa ngancam doang? Kamu kira aku siapa hah?"

  • Cintaku Mati Bersama Kontrak yang Usai   Bab 79

    Kapan dia tanda tangan? Tamara sama sekali tidak pernah memberinya dokumen itu! Kalau memang sempat melihatnya, mana mungkin dia akan menandatanganinya!Otak Carlos berputar-putar, berusaha mengingat bagian mana yang salah. Jemarinya memainkan sobekan kertas itu. Tiba-tiba, dia merasa ada yang aneh dengan teksturnya. Tanda tangan itu tidak ada goresan tinta. Itu ....Carlos mendekatkan kertas ke matanya, menatap lebih saksama. Ini salinan?Dia menggosok permukaannya beberapa kali, ternyata itu memang hasil fotokopi. Kepanikannya sempat mereda sesaat, tetapi segera berubah menjadi kemarahan membara."Tamara! Gila kamu! Berani-beraninya pakai salinan palsu buat menipuku!" Carlos menggertakkan giginya.Barusan, dia benar-benar mengira itu surat cerai dengan tanda tangannya yang asli. Ternyata ini hanya permainan bodoh wanita itu! Dia malah bingung dan panik sendiri.Tidak, dia bukan panik! Hanya kesal dan tidak bisa ingat kapan dia menandatanganinya, itu saja!Carlos berdiri lagi, menatap

  • Cintaku Mati Bersama Kontrak yang Usai   Bab 78

    Kenapa dia tidak tahu?"Kamu siapanya Bu Tamara?" Suster yang melihat reaksinya seperti itu, tak bisa menahan diri untuk bertanya."Aku ... suaminya," gumam Carlos dengan suara pelan.Suster itu mengernyit, mengamati pria itu dari atas sampai bawah, tampak tidak terlalu percaya. "Kalau kalian suami istri, kok kamu nggak tahu dia sudah keluar rumah sakit?" tanya suster itu lagi.Carlos tidak menjawab. Tatapannya kosong, pikirannya mendadak hampa. Beberapa detik berlalu begitu saja sampai akhirnya dia tiba-tiba tersadar dan langsung berlari turun ke lantai bawah.Kalau Tamara sudah keluar rumah sakit sejak kemarin pagi, kenapa dia tidak pulang? Selimut dan bantal yang hilang itu dibawa ke mana? Apa dia tinggal di tempat lain? Di kota ini, dia tidak punya kenalan. Apa dia sewa tempat tinggal baru?Namun, Tamara sudah dua tahun tidak bekerja. Dari mana uang untuk menyewa tempat tinggal? Dari Arham? Tidak, bisa jadi ....Tamara tinggal bersama kakak kelasnya itu!Begitu pemikiran itu terlint

  • Cintaku Mati Bersama Kontrak yang Usai   Bab 77

    Carlos mengepalkan bibir, ragu-ragu dan bimbang selama beberapa menit. Pada akhirnya, dia memutar arah dan mengemudi pulang.Tamara tidak mengangkat teleponnya. Apakah karena dia memang tidak punya ponsel atau karena sengaja memblokirnya?Carlos sudah membelikannya ponsel baru. Jika Tamara tidak ada di rumah, berarti dia membawa ponselnya. Kalau begitu, kemungkinan besar wanita itu memblokirnya. Setidaknya kalau bertengkar, dia tidak akan kalah telak.Namun, jika ternyata Tamara memang tidak memakai ponsel itu .... Bagaimana dia melewati hari-harinya di rumah sakit? Melihat komputer?Dengan sedikit harapan untuk membuktikan pikirannya sendiri, Carlos kembali ke apartemen. Dia naik lift ke atas, membuka pintu, dan langsung menuju kamar tamu.Pintu tak terkunci. Begitu didorong, dia langsung terpaku. Selimut dan bantal di atas ranjang sudah tidak ada, hanya menyisakan kasur polos.Carlos membeku. Jantungnya mulai berdetak lebih cepat, punggungnya menegang, ada rasa panik yang muncul tanpa

  • Cintaku Mati Bersama Kontrak yang Usai   Bab 76

    Carlos memandang ke arah pintu, terpaku dalam lamunannya. Menghadapi perasaannya sendiri? Apa maksudnya? Kapan dia pernah tidak menghadapi perasaannya?Menyesal? Apa yang perlu dia sesali? Konyol sekali. Selama hidupnya, dia belum pernah menyesali satu pun tindakannya!Carlos mengambil dokumen di sampingnya, tetapi tak satu pun bisa dia baca dengan benar. Dia meletakkan ponselnya tepat di tengah meja, memastikan tak akan melewatkan satu pun panggilan.Namun, selama sejam berikutnya, yang menelepon hanyalah bawahan, bukan orang yang dia tunggu.....Di sisi lain, sore hari.Tamara sedang berbelanja kosmetik bersama Zoya. Mereka membeli kosmetik, parfum, tas, serta perhiasan. Setelah puas, mereka makan hot pot bersama.Di atas meja, ponsel Tamara bergetar lagi. Dia melirik sekilas, lalu menutup layar dengan telapak tangan."Kenapa nggak diangkat? Siapa yang telepon?" tanya Zoya dari seberang meja."Cuma telepon promosi nggak jelas," jawab Tamara dengan senyuman tipis.Sebenarnya itu adala

  • Cintaku Mati Bersama Kontrak yang Usai   Bab 75

    Di tengah gejolak emosi dan pertentangan batin, akhirnya egonya yang mengambil alih. Carlos menghapus noda kopi di mejanya dengan wajah masam."Tamara sekarang benar-benar hebat ya. Empat hari berturut-turut bersikap begitu. Dia sudah lupa siapa dirinya ya," dengus Carlos sambil bergumam pada diri sendiri."Dengan temperamen seperti itu, kalau di keluarga lain pasti udah diusir dari dulu. Nggak punya latar belakang atau kekuatan apa pun, tapi nggak tahu diri mempertahankan posisi sebagai Nyonya Suratman.""Punya mulut tapi nggak bisa ngomong yang benar. Padahal jelas-jelas salahnya sendiri, tapi seolah-olah seluruh dunia yang salah sama dia."....Di sampingnya, Ihsan hanya bisa menatap bosnya yang terus mengeluh tiada henti. Akhirnya, dia hanya bisa mendongak menatap langit-langit dengan pasrah.Lain di mulut, lain di hati. Kalimat ini paling cocok untuk menggambarkan orang seperti Carlos. Setiap ucapannya mengatakan bahwa dia tidak ingin bertemu Tamara. Semua keluhannya penuh kebencia

  • Cintaku Mati Bersama Kontrak yang Usai   Bab 74

    Ihsan menatap wajah Carlos yang tampak sangat normal, lalu berkata, “Pak, Anda nggak kelihatan mabuk sama sekali. Buktinya masih bisa kenali saya.”Carlos memang berniat menelepon istrinya, tapi entah bagaimana malah menelpon asistennya.“Dia benar-benar mabuk,” tegas Verona. “Kalau nggak, mana mungkin dia duduk di pinggir jalan begini tanpa memedulikan citranya?"Ihsan meliriknya tajam. Dalam hati dia berpikir, kalau Carlos sampai dibawa pulang sama wanita ini, bisa-bisa habis dilahap tanpa sisa. Oleh karena itu, dia langsung berkata dengan nada tegas, “Pak Carlos masih sangat sadar. Siang ini dia ada dua rapat internasional penting. Nggak bisa izin.”Verona hendak berargumen dan bilang rapatnya bisa dijadwalkan ulang, tapi Ihsan lebih dulu menambahkan, “Itu proyek bernilai triliunan. Kalau ditunda, kamu bisa tanggung jawab? Kamu sanggup menanggung risikonya?”Verona langsung terdiam. Triliunan ... angka yang bikin lidah kelu. Kalau Carlos sadar nanti dan tahu dia dipaksa pulang oleh V

สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status