Share

Bab 78

Author: Bertha
Kenapa dia tidak tahu?"Kamu siapanya Bu Tamara?" Suster yang melihat reaksinya seperti itu, tak bisa menahan diri untuk bertanya.

"Aku ... suaminya," gumam Carlos dengan suara pelan.

Suster itu mengernyit, mengamati pria itu dari atas sampai bawah, tampak tidak terlalu percaya. "Kalau kalian suami istri, kok kamu nggak tahu dia sudah keluar rumah sakit?" tanya suster itu lagi.

Carlos tidak menjawab. Tatapannya kosong, pikirannya mendadak hampa. Beberapa detik berlalu begitu saja sampai akhirnya dia tiba-tiba tersadar dan langsung berlari turun ke lantai bawah.

Kalau Tamara sudah keluar rumah sakit sejak kemarin pagi, kenapa dia tidak pulang? Selimut dan bantal yang hilang itu dibawa ke mana? Apa dia tinggal di tempat lain? Di kota ini, dia tidak punya kenalan. Apa dia sewa tempat tinggal baru?

Namun, Tamara sudah dua tahun tidak bekerja. Dari mana uang untuk menyewa tempat tinggal? Dari Arham? Tidak, bisa jadi ....

Tamara tinggal bersama kakak kelasnya itu!

Begitu pemikiran itu terlint
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Cintaku Mati Bersama Kontrak yang Usai   Bab 79

    Kapan dia tanda tangan? Tamara sama sekali tidak pernah memberinya dokumen itu! Kalau memang sempat melihatnya, mana mungkin dia akan menandatanganinya!Otak Carlos berputar-putar, berusaha mengingat bagian mana yang salah. Jemarinya memainkan sobekan kertas itu. Tiba-tiba, dia merasa ada yang aneh dengan teksturnya. Tanda tangan itu tidak ada goresan tinta. Itu ....Carlos mendekatkan kertas ke matanya, menatap lebih saksama. Ini salinan?Dia menggosok permukaannya beberapa kali, ternyata itu memang hasil fotokopi. Kepanikannya sempat mereda sesaat, tetapi segera berubah menjadi kemarahan membara."Tamara! Gila kamu! Berani-beraninya pakai salinan palsu buat menipuku!" Carlos menggertakkan giginya.Barusan, dia benar-benar mengira itu surat cerai dengan tanda tangannya yang asli. Ternyata ini hanya permainan bodoh wanita itu! Dia malah bingung dan panik sendiri.Tidak, dia bukan panik! Hanya kesal dan tidak bisa ingat kapan dia menandatanganinya, itu saja!Carlos berdiri lagi, menatap

  • Cintaku Mati Bersama Kontrak yang Usai   Bab 80

    Tamara sampai tidak sanggup lagi berkomentar. Menikah dan hidup selama dua tahun dengan orang seperti Carlos. Kalau hal ini tersebar, dia sendiri yang malu."Rara, kamu ngapain sih?" Zoya datang sambil membawa bir. Begitu melihat ekspresi Tamara yang tampak pasrah, dia tak kuasa bertanya."Nggak apa-apa. Cuma kesal gara-gara sales tolol," jawab Tamara sambil tersenyum.Dia sendiri juga cari masalah. Sudah tahu Carlos mengirim permintaan pertemanan, seharusnya jangan dibaca satu per satu."Makanya, aku bilang biar aku maki sales itu. Kamu sih terlalu baik sampai nggak tega nolak." Zoya duduk dan membuka birnya."Sudah aku tolak, sudah aku hapus juga. Cuma ... tetap saja kesal liat isi pesannya," sahut Tamara.Mereka bersulang, lalu Tamara melemparkan ponselnya ke samping, tak lagi menyentuhnya.Tamara sama sekali tidak peduli, sementara Carlos benar-benar emosional. Dia marah, gelisah, dan mengamuk sendiri."Bagus, Tamara! Kamu pikir aku cuma bisa ngancam doang? Kamu kira aku siapa hah?"

  • Cintaku Mati Bersama Kontrak yang Usai   Bab 81

    Verona menunduk melihat bekas jari merah di lengannya, lalu berpura-pura tidak tahu dan bertanya, "Sebenarnya ada apa sih?"Carlos duduk di sofa. Kepalanya tertunduk, seluruh tubuhnya seperti diliputi kekecewaan. Dia bergumam pelan, "Tamara ... sudah pergi.""Tamara 'kan di rumah sakit, kamu masih mabuk ya?" balas Verona."Nggak, dia nggak di rumah sakit. Kata perawat, dia sudah keluar dari kemarin pagi," ucap Carlos linglung."Eh? Masa sih? Kok kita nggak tahu apa-apa?" Verona berpura-pura terkejut."Kamar dia sudah diberesin. Dia cuma ninggalin ponsel yang kubelikan sama ...." Carlos terdiam, suaranya semakin lirih."Sama apa?" Verona sengaja memancing.Carlos menggertakkan gigi, mengepalkan tangannya sambil berkata, "Kertas-kertas nggak berguna. Fotokopian. Dia pikir bisa menakutiku pakai itu? Dasar bodoh!"Verona yang mendengar kata fotokopian itu langsung mengernyit. Fotokopi? Bukannya itu surat cerai?Dia buru-buru berdiri dan berjalan ke kamar Tamara. Begitu masuk, dia melihat se

  • Cintaku Mati Bersama Kontrak yang Usai   Bab 82

    Di lorong, Verona mengepalkan tangannya hingga kukunya menusuk telapak tangannya. Pada akhirnya, dia kembali ke kamarnya dengan amarah meluap-luap. Kemudian, dia menelepon Tamara berkali-kali.Namun, tak peduli berapa kali dia menelepon, yang terdengar hanya suara operator otomatis. Mengirim pesan pun tak dibalas. Verona hampir gila karena marah.Di kamar utama, Carlos mandi dengan wajah muram. Dia kembali menelepon Ihsan, menanyakan apakah ada perkembangan. Mendapat jawaban yang sama seperti sebelumnya, dia frustrasi dan melempar ponselnya ke sofa.Carlos berbaring di tempat tidur dengan mata terbuka lebar. Dia tidak mungkin bisa tidur. Tamara sudah pergi sejak kemarin dan malam ini adalah malam kedua.Begitu dia membayangkan kemungkinan Tamara sedang bersama pria sialan itu, mungkin tidur sekamar, berciuman, atau bahkan ....Kepalanya seperti mau meledak. Amarahnya menghanguskan sisa-sisa rasionalitas yang masih tertinggal.Di kamar sebelah, Verona juga tidak bisa tidur. Tak lama kemu

  • Cintaku Mati Bersama Kontrak yang Usai   Bab 83

    Carlos kembali tersadar, membalikkan tabletnya, lalu mengambil dokumen dan keluar ruangan.Saat berjalan, pikirannya secara otomatis memutar ulang berbagai video dan foto tentang Tamara. Dalam lamunannya, dia bertanya-tanya.Ternyata Tamara begitu luar biasa. Kenapa dia tidak pernah menyadarinya? Namun, kalau dipikir-pikir, tidak ada yang aneh. Sejak SMA, Tamara memang sudah pintar. Saat kuliah, dia pasti semakin bersinar dan mencuri perhatian.Adapun Carlos, meskipun satu universitas dengan Tamara, jurusan mereka berbeda. Lagi pula, masa itu dia selalu bersama Verona.Semakin dipikir, Carlos merasa dia benar-benar telah melewatkan empat tahun bersama Tamara. Padahal dulu jarak mereka begitu dekat ....Saat berikutnya, muncul sebuah pemikiran konyol. Kalau dulu dia tidak berpacaran dengan Verona, apakah dia akan jatuh cinta pada Tamara saat kuliah?Jari-jarinya perlahan mengepal. Rapat sudah dimulai, membuatnya terpaksa menghentikan semua asumsi itu.Dua jam kemudian, rapat selesai dan

  • Cintaku Mati Bersama Kontrak yang Usai   Bab 84

    "Jadi maksud Bapak, Bapak memang nggak sampai ke langkah terakhir, tapi yang lainnya semua dilakuin?" Ihsan menyimpulkan.Carlos ingin membantah, tetapi tidak bisa melontarkan sepatah kata pun."Membawa dia ke rumah, ke kamar utama, antar jemput, kasih hadiah mahal, masuk trending topic terus, bahkan waktu kecelakaan yang Bapak selamatin duluan bukan Nyonya," Ihsan menyebut satu per satu hal yang diketahuinya."Ada kesalahpahaman nggak diselesaikan. Bukannya bersama istri, malah temani wanita lain. Waktu Nyonya dirawat di rumah sakit, Bapak juga nggak peduli ...," lanjut Ihsan sambil menghela napas.Carlos akhirnya benar-benar terdiam, mengepalkan tangannya, menggertakkan giginya. Tidak ada sepatah kata pun yang bisa dilontarkannya."Ini sangat keterlaluan, Pak Carlos. Kalau orang lain di posisi Nyonya, pasti sudah minta cerai dari dulu." Ihsan menjatuhkan bom terakhir.Kata cerai itu langsung memicu ledakan. Brak! Carlos tiba-tiba berdiri hingga kursinya terlempar ke belakang.Ihsan te

  • Cintaku Mati Bersama Kontrak yang Usai   Bab 85

    Siang hari ini pun Carlos masih mencoba mengirim pesan verifikasi ke Tamara, tetapi langsung muncul notifikasi gagal terkirim. Kontaknya telah diblokir."Tamara, lebih baik kamu jangan pernah muncul lagi seumur hidupmu!" Carlos menggertakkan gigi, bergumam sendiri.Saat sampai di rumah, Verona sudah selesai memasak dan menghidangkan makan malam untuk Carlos dengan antusias.Namun, begitu melihat Verona memakai baju milik Tamara dan mengenakan celemek yang biasa dipakai Tamara, Carlos langsung maju dan merobek dengan kasar.Awalnya, Verona mengira Carlos akhirnya luluh. Meskipun awalnya kasar, dia tak keberatan. Akan tetapi, dia akhirnya sadar bahwa dirinya salah paham.Tubuhnya didorong, dijatuhkan ke lantai. Carlos menatapnya dengan marah sambil membentak, "Siapa yang izinin kamu pakai bajunya dan sentuh barangnya?"Verona ketakutan, air mata langsung tumpah. Dia menatap pria itu dengan tatapan sedih, "Carlos, ada apa denganmu? Kenapa kamu perlakukan aku seperti ini?""Dulu aku juga pe

  • Cintaku Mati Bersama Kontrak yang Usai   Bab 86

    Karena kejadian kemarin malam, sepanjang pagi wajah Carlos muram. Ihsan masih terus mencari Tamara. Bukan hanya di seluruh kota, tetapi juga di seluruh provinsi, bahkan di seluruh negara. Akan tetapi, tetap tidak ada hasil.Hari ini sudah masuk hari ketiga."Kapan kamu bisa menemukan dia? Bisa kerja lebih cepat sedikit nggak?" Menjelang jam pulang kerja, Carlos akhirnya tak tahan lagi dan memarahi Ihsan.Ihsan pun tak kalah frustrasi. Dalam batas kemampuannya, dia benar-benar tidak bisa menemukan keberadaan Tamara."Pak Carlos, mungkin bisa coba lewat jalur pribadi. Coba cari nomor ponsel baru Nyonya. Aku nggak bisa akses karena itu termasuk data privasi."Carlos baru tersadar setelah mendengar itu. Dia mulai menghubungi kenalannya di operator seluler untuk mendapatkan akses ke data.Sayangnya, karena operator bukan milik swasta, meskipun sudah mengerahkan semua koneksi yang dimilikinya, dia tetap tidak bisa menjangkau pihak tertinggi. Usahanya selama beberapa jam sia-sia, membuatnya te

Latest chapter

  • Cintaku Mati Bersama Kontrak yang Usai   Bab 88

    Karena Tamara menginginkannya, Carlos akan memberikannya. Mari kita lihat, apakah dia berani datang mengambilnya nanti?Berani sekali wanita ini mempermainkan kakeknya, benar-benar tidak tahu berterima kasih! Lupa dulu mereka bisa menikah karena Arham?Verona belum tidur malam itu. Dia masih menyiapkan makanan dan menunggu Carlos pulang kerja. Begitu pria itu masuk, baru saja Verona ingin menyambut, dia langsung melihat wajah Carlos yang masam.Kemudian, pria itu bertanya dengan nada tak bersahabat, "Bukannya semalam aku sudah bilang jangan masak? Barang-barangmu sudah dibereskan belum? Kalau sudah, aku suruh Ihsan bantu kamu pindah besok."Langkah kaki Verona langsung terhenti, matanya mulai berkaca-kaca. "Carlos, kamu benar-benar ingin aku pergi secepat itu? Semalam kamu desak, malam ini juga ...."Carlos terdiam sejenak, lalu menjawab, "Nggak pantas kalau kamu tinggal di rumahku. Aku sudah nikah dan Tamara pergi dari rumah karena itu. Jadi, lebih baik kamu tinggal di luar. Ini juga d

  • Cintaku Mati Bersama Kontrak yang Usai   Bab 87

    Surat cerai asli dengan tanda tangan pribadinya? Itu tidak mungkin!"Aku nggak pernah tanda tangan! Dari awal sampai akhir, aku bahkan nggak pernah lihat dokumen itu!" pekik Carlos.Di seberang sana, kepala pelayan dibentak sampai benar-benar terbangun total. Dia pun menghela napas dan berkata."Tapi, dokumennya asli. Aku lihat sendiri tanda tangannya, nggak ada yang aneh. Lagi pula, dua hari ini Tuan juga nggak telepon untuk menjelaskan apa-apa. Tuan Arham kira Tuan memang setuju.""Nggak! Aku nggak pernah setuju! Dokumen yang nggak pernah kutandatangani, kenapa harus kuakui?" Carlos berseru marah, sampai urat di tangannya mencuat.Kepala pelayan terdiam sesaat, lalu mengernyit dan bertanya dengan ragu, "Apa mungkin Nyonya memalsukan tanda tangan Tuan?""Heh, cuma dia yang bisa kepikiran hal kriminal seperti itu! Otaknya benar-benar kosong!" Carlos membalas dengan penuh kebencian."Kalau tanda tangan itu palsu, berarti surat cerainya juga nggak sah secara hukum! Dia cuma ingin memperma

  • Cintaku Mati Bersama Kontrak yang Usai   Bab 86

    Karena kejadian kemarin malam, sepanjang pagi wajah Carlos muram. Ihsan masih terus mencari Tamara. Bukan hanya di seluruh kota, tetapi juga di seluruh provinsi, bahkan di seluruh negara. Akan tetapi, tetap tidak ada hasil.Hari ini sudah masuk hari ketiga."Kapan kamu bisa menemukan dia? Bisa kerja lebih cepat sedikit nggak?" Menjelang jam pulang kerja, Carlos akhirnya tak tahan lagi dan memarahi Ihsan.Ihsan pun tak kalah frustrasi. Dalam batas kemampuannya, dia benar-benar tidak bisa menemukan keberadaan Tamara."Pak Carlos, mungkin bisa coba lewat jalur pribadi. Coba cari nomor ponsel baru Nyonya. Aku nggak bisa akses karena itu termasuk data privasi."Carlos baru tersadar setelah mendengar itu. Dia mulai menghubungi kenalannya di operator seluler untuk mendapatkan akses ke data.Sayangnya, karena operator bukan milik swasta, meskipun sudah mengerahkan semua koneksi yang dimilikinya, dia tetap tidak bisa menjangkau pihak tertinggi. Usahanya selama beberapa jam sia-sia, membuatnya te

  • Cintaku Mati Bersama Kontrak yang Usai   Bab 85

    Siang hari ini pun Carlos masih mencoba mengirim pesan verifikasi ke Tamara, tetapi langsung muncul notifikasi gagal terkirim. Kontaknya telah diblokir."Tamara, lebih baik kamu jangan pernah muncul lagi seumur hidupmu!" Carlos menggertakkan gigi, bergumam sendiri.Saat sampai di rumah, Verona sudah selesai memasak dan menghidangkan makan malam untuk Carlos dengan antusias.Namun, begitu melihat Verona memakai baju milik Tamara dan mengenakan celemek yang biasa dipakai Tamara, Carlos langsung maju dan merobek dengan kasar.Awalnya, Verona mengira Carlos akhirnya luluh. Meskipun awalnya kasar, dia tak keberatan. Akan tetapi, dia akhirnya sadar bahwa dirinya salah paham.Tubuhnya didorong, dijatuhkan ke lantai. Carlos menatapnya dengan marah sambil membentak, "Siapa yang izinin kamu pakai bajunya dan sentuh barangnya?"Verona ketakutan, air mata langsung tumpah. Dia menatap pria itu dengan tatapan sedih, "Carlos, ada apa denganmu? Kenapa kamu perlakukan aku seperti ini?""Dulu aku juga pe

  • Cintaku Mati Bersama Kontrak yang Usai   Bab 84

    "Jadi maksud Bapak, Bapak memang nggak sampai ke langkah terakhir, tapi yang lainnya semua dilakuin?" Ihsan menyimpulkan.Carlos ingin membantah, tetapi tidak bisa melontarkan sepatah kata pun."Membawa dia ke rumah, ke kamar utama, antar jemput, kasih hadiah mahal, masuk trending topic terus, bahkan waktu kecelakaan yang Bapak selamatin duluan bukan Nyonya," Ihsan menyebut satu per satu hal yang diketahuinya."Ada kesalahpahaman nggak diselesaikan. Bukannya bersama istri, malah temani wanita lain. Waktu Nyonya dirawat di rumah sakit, Bapak juga nggak peduli ...," lanjut Ihsan sambil menghela napas.Carlos akhirnya benar-benar terdiam, mengepalkan tangannya, menggertakkan giginya. Tidak ada sepatah kata pun yang bisa dilontarkannya."Ini sangat keterlaluan, Pak Carlos. Kalau orang lain di posisi Nyonya, pasti sudah minta cerai dari dulu." Ihsan menjatuhkan bom terakhir.Kata cerai itu langsung memicu ledakan. Brak! Carlos tiba-tiba berdiri hingga kursinya terlempar ke belakang.Ihsan te

  • Cintaku Mati Bersama Kontrak yang Usai   Bab 83

    Carlos kembali tersadar, membalikkan tabletnya, lalu mengambil dokumen dan keluar ruangan.Saat berjalan, pikirannya secara otomatis memutar ulang berbagai video dan foto tentang Tamara. Dalam lamunannya, dia bertanya-tanya.Ternyata Tamara begitu luar biasa. Kenapa dia tidak pernah menyadarinya? Namun, kalau dipikir-pikir, tidak ada yang aneh. Sejak SMA, Tamara memang sudah pintar. Saat kuliah, dia pasti semakin bersinar dan mencuri perhatian.Adapun Carlos, meskipun satu universitas dengan Tamara, jurusan mereka berbeda. Lagi pula, masa itu dia selalu bersama Verona.Semakin dipikir, Carlos merasa dia benar-benar telah melewatkan empat tahun bersama Tamara. Padahal dulu jarak mereka begitu dekat ....Saat berikutnya, muncul sebuah pemikiran konyol. Kalau dulu dia tidak berpacaran dengan Verona, apakah dia akan jatuh cinta pada Tamara saat kuliah?Jari-jarinya perlahan mengepal. Rapat sudah dimulai, membuatnya terpaksa menghentikan semua asumsi itu.Dua jam kemudian, rapat selesai dan

  • Cintaku Mati Bersama Kontrak yang Usai   Bab 82

    Di lorong, Verona mengepalkan tangannya hingga kukunya menusuk telapak tangannya. Pada akhirnya, dia kembali ke kamarnya dengan amarah meluap-luap. Kemudian, dia menelepon Tamara berkali-kali.Namun, tak peduli berapa kali dia menelepon, yang terdengar hanya suara operator otomatis. Mengirim pesan pun tak dibalas. Verona hampir gila karena marah.Di kamar utama, Carlos mandi dengan wajah muram. Dia kembali menelepon Ihsan, menanyakan apakah ada perkembangan. Mendapat jawaban yang sama seperti sebelumnya, dia frustrasi dan melempar ponselnya ke sofa.Carlos berbaring di tempat tidur dengan mata terbuka lebar. Dia tidak mungkin bisa tidur. Tamara sudah pergi sejak kemarin dan malam ini adalah malam kedua.Begitu dia membayangkan kemungkinan Tamara sedang bersama pria sialan itu, mungkin tidur sekamar, berciuman, atau bahkan ....Kepalanya seperti mau meledak. Amarahnya menghanguskan sisa-sisa rasionalitas yang masih tertinggal.Di kamar sebelah, Verona juga tidak bisa tidur. Tak lama kemu

  • Cintaku Mati Bersama Kontrak yang Usai   Bab 81

    Verona menunduk melihat bekas jari merah di lengannya, lalu berpura-pura tidak tahu dan bertanya, "Sebenarnya ada apa sih?"Carlos duduk di sofa. Kepalanya tertunduk, seluruh tubuhnya seperti diliputi kekecewaan. Dia bergumam pelan, "Tamara ... sudah pergi.""Tamara 'kan di rumah sakit, kamu masih mabuk ya?" balas Verona."Nggak, dia nggak di rumah sakit. Kata perawat, dia sudah keluar dari kemarin pagi," ucap Carlos linglung."Eh? Masa sih? Kok kita nggak tahu apa-apa?" Verona berpura-pura terkejut."Kamar dia sudah diberesin. Dia cuma ninggalin ponsel yang kubelikan sama ...." Carlos terdiam, suaranya semakin lirih."Sama apa?" Verona sengaja memancing.Carlos menggertakkan gigi, mengepalkan tangannya sambil berkata, "Kertas-kertas nggak berguna. Fotokopian. Dia pikir bisa menakutiku pakai itu? Dasar bodoh!"Verona yang mendengar kata fotokopian itu langsung mengernyit. Fotokopi? Bukannya itu surat cerai?Dia buru-buru berdiri dan berjalan ke kamar Tamara. Begitu masuk, dia melihat se

  • Cintaku Mati Bersama Kontrak yang Usai   Bab 80

    Tamara sampai tidak sanggup lagi berkomentar. Menikah dan hidup selama dua tahun dengan orang seperti Carlos. Kalau hal ini tersebar, dia sendiri yang malu."Rara, kamu ngapain sih?" Zoya datang sambil membawa bir. Begitu melihat ekspresi Tamara yang tampak pasrah, dia tak kuasa bertanya."Nggak apa-apa. Cuma kesal gara-gara sales tolol," jawab Tamara sambil tersenyum.Dia sendiri juga cari masalah. Sudah tahu Carlos mengirim permintaan pertemanan, seharusnya jangan dibaca satu per satu."Makanya, aku bilang biar aku maki sales itu. Kamu sih terlalu baik sampai nggak tega nolak." Zoya duduk dan membuka birnya."Sudah aku tolak, sudah aku hapus juga. Cuma ... tetap saja kesal liat isi pesannya," sahut Tamara.Mereka bersulang, lalu Tamara melemparkan ponselnya ke samping, tak lagi menyentuhnya.Tamara sama sekali tidak peduli, sementara Carlos benar-benar emosional. Dia marah, gelisah, dan mengamuk sendiri."Bagus, Tamara! Kamu pikir aku cuma bisa ngancam doang? Kamu kira aku siapa hah?"

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status