All Chapters of Terjerat Cinta dan Dendam sang CEO: Chapter 41 - Chapter 50

62 Chapters

Hati yang Panas

Axel terus tersenyum sambil berlari kecil menuruni tangga besar menuju ke lobby.Ia pun segera berlari ke ruangan cleaning service dan mendapati beberapa orang cleaning service di sana. "Eh, maaf, yang mana sandal milik Patra ya?""Oh, ini, Pak," jawab seorang wanita sambil menunjuk sepasang sandal berwarna coklat muda."Ah, terima kasih!" seru Axel sambil langsung meraih sepasang sandal itu. Axel pun langsung berlari kembali ke atas, tempat Patra sudah menunggunya dan Axel begitu senang melihat Patra masih duduk di sana dengan patuh. "Patra!" sapa Axel sambil berlari kecil menghampiri Patra. Patra pun menoleh dan tersenyum ke arah Axel. "Axel!""Aku membawa sandalnya," seru Axel yang langsung berjongkok begitu sampai di depan Patra sampai Patra pun langsung kaget."Astaga, apa yang kau lakukan, Axel? Bangunlah!""Ayo bukalah sepatumu, pakai sandal saja!" kata Axel yang berusaha meraih kaki Patra untuk membukakan sepatunya. "Eh, aku bisa membukanya sendiri, Axel!" sahut Patra sam
last updateLast Updated : 2025-04-20
Read more

Pria yang Setia

"Maafkan aku, Axel! Aku berpikiran terlalu jauh. Lain kali tidak usah terlalu dekat dengan cleaning service seperti itu, Axel! Apalagi sampai berjongkok di depannya seperti tadi. Itu tidak perlu. Menolong ya menolong tapi mengambilkan sandal untuknya saja itu sudah lebih dari cukup."Axel hanya mengangguk tanpa menyahuti Nero lagi dan mereka pun akhirnya membahas tentang pekerjaan, walaupun sepanjang pembicaraan dengan Axel, otak Nero terus memikirkan hal yang lain. "Kak Nero, kita makan malam di mall saja nanti karena ada yang mau kubeli di sana," kata Axel saat ia dan Nero baru saja keluar dari lift dan melangkah di lobby malam itu. "Baiklah, nanti aku dan Kania akan menyusul, kita bertemu di mall.""Oke! Nanti akan kutelepon Kak Juan juga!""Baiklah!" Nero mengangguk. Mereka pun masih berjalan berdua dengan santai saat tiba-tiba Patra yang baru saja menyelesaikan lemburnya nampak berlari kecil dengan sandal jepitnya ke arah pintu masuk. "Astaga, Patrick pasti sudah menunggu lam
last updateLast Updated : 2025-04-20
Read more

Terpergok

Nero tidak banyak bicara saat Kania mengajaknya berjalan, hingga akhirnya mereka tiba di sebuah toko sepatu. "Mengapa kita ke sini?" tanya Nero sambil mengernyit. "Barusan Axel mengirimiku pesan kalau dia ada di sini," sahut Karina sambil mengutik ponselnya. Nero tertawa pelan. "Jadi benar dia mencari sesuatu untuk wanita?""Tentu saja, Nero! Aku tidak pernah salah! Ayo masuk!" Kania kembali mengamit lengan Nero dan menariknya masuk, namun Nero menahan langkahnya. "Tunggu tunggu, mengapa kita ikut masuk?""Nero, ini toko sepatu wanita dan wanita sangat suka shopping jadi temani aku melihat-lihat sebentar, oke?"Tanpa banyak bicara lagi, Kania pun menarik Nero masuk dan Nero pun hanya bisa mengikuti Kania. Kania langsung melesat memilih sepatu dengan begitu bersemangat sementara Nero seperti biasa sama sekali tidak tertarik. Baru saja Nero bermaksud keluar dari toko dan menunggu di luar, namun mendadak pandangannya menangkap sebuah flat shoes yang sangat cantik terpajang di sana
last updateLast Updated : 2025-04-20
Read more

Salah Sangka

"Axel, apa menurutmu yang ini tidak bagus? Aku sangat menyukainya." Kania menunjukkan foto sepatu di ponselnya saat mereka sudah duduk di restoran. "Bagus! Tapi yang kau beli tadi lebih bagus.""Tapi aku menyukainya. Apa aku membelinya juga saja ya? Daripada nanti malam aku tidak bisa tidur memikirkan sepatu itu.""Astaga, Kak! Aku membawa 3 kotak sepatu dan milikku hanya 1, yang 2 adalah milikmu, apa kau masih perlu membeli lagi?" sahut Axel tak percaya."Eh, mengapa kau punya 1? Itu kan sepatu wanita!" celetuk Juan tiba-tiba. "Untuk calon kekasihnya." Kania terkikik saat mengatakannya. "Ah, dasar! Baru 2 hari di Indonesia tapi kau sudah punya calon kekasih ya. Benar-benar playboy sejati!" Juan memicingkan mata menatap Axel. "Haha, bukan calon kekasih! Haha, kami masih teman." Axel pun tertawa sendiri. "Teman? Di mana kalian bertemu, hah? Wanita seperti apa dia? Apa dia punya teman yang cantik juga? Aku baru saja putus dengan kekasihku, kenalkan satu padaku!" Juan menyenggol len
last updateLast Updated : 2025-04-21
Read more

Terpaksa Berbohong

"Dia adalah pria terbaik di dunia ini dan aku sangat mencintainya." Kania terus memuji Nero setinggi langit saat mereka akhirnya berkumpul kembali ke restoran. Dengan bangga, Kania menunjukkan sepatunya dan menunjukkan bagaimana ia sangat menyukai pemberian Nero itu. "Haha, aku ikut senang, Kak. Sering-seringlah membuat Kak Kania bahagia!" pesan Axel pada Nero. "Hei, kau anak kecil bicara apa? Tentu saja Nero selalu membuatku bahagia! Tapi sepatu ini membuatku makin bahagia. Rasanya seperti ada Nero di setiap langkahku. Astaga, maafkan kalau aku berlebihan! Aku pasti hanya terlalu bahagia sekarang!" Kania mengipasi wajahnya sambil terus tertawa bahagia. Kania pun menoleh ke arah Nero dan kembali memeluk lengan Nero. "Sekali lagi terima kasih, Calon Suamiku! Aku mencintaimu, Nero." Kania menatap Nero dengan binar-binar penuh cinta di matanya. Axel dan Juan nampak saling melirik dan ikut bahagia melihatnya.Sementara ekspresi Nero saat ini benar-benar tidak terbaca. Bukannya ia t
last updateLast Updated : 2025-04-21
Read more

Pendekatan yang Berjalan Lancar

Saat perasaan hati Nero tetap tidak baik sampai keesokan harinya, perasaan Axel justru sedang berbunga-bunga. Hari pertamanya bekerja berjalan begitu lancar. Para karyawan menyambutnya dengan antusias dan semua orang sangat ramah kepadanya. Axel sendiri pun begitu antusias karena selain bekerja, ia juga punya rencana lain yaitu memberikan sepatu untuk Patra. Hanya saja, sejak pagi mencari Patra ke ruang cleaning service, Axel belum juga menemukannya. Dan siang ini, setelah berkeliling cukup lama, akhirnya Axel pun menemukan Patra di ruang fotokopi di divisinya. Karena para karyawan yang lain sudah turun untuk makan siang, Axel pun berani membawa kotak sepatunya untuk diberikan pada Patra. "Apa ini, Axel?" tanya Patra tidak yakin."Terimalah dan bukalah, Patra!" Axel tersenyum, sedangkan Patra nampak ragu, namun Patra tetap menerima dan membuka kotaknya. "Astaga, Axel, sepatu? Untukku?" Patra membelalak kaget. Kemarin malam ia sudah membeli sepatu bersama Patrick dan ia sudah
last updateLast Updated : 2025-04-21
Read more

Tetaplah di Sini

Hati Nero terus gelisah sejak kemarin malam bahkan sampai pagi ini. Rasanya ia begitu ingin membelikan Patra sepatu baru, namun karena niatnya itu belum terlaksana, maka perasaannya tidak kunjung baik. Nero pun tidak bisa berkonsentrasi bekerja sepanjang pagi itu hingga siang harinya, ia memutuskan pergi ke toko sepatu di mall yang kemarin. "Nero, kau tidak ikut makan siang bersamaku dan Axel?" tanya Juan yang melihat Nero mengemasi berkasnya. "Tidak! Kalian makan sendiri saja! Ada hal penting yang harus kuurus, aku pergi dulu!""Eh? Kau mau ke mana, Nero?" teriak Juan saat Nero sudah melesat keluar dari ruang kerjanya. "Ckckck, sikapnya itu makin lama makin aneh!" gerutu Juan yang akhirnya pergi makan berdua saja dengan Axel. Sementara Nero begitu cepat sudah sampai ke toko sepatu yang sama di mall. "Maaf, kau mengingatku kan, Nona? Aku mau membeli sepatu dengan ukuran yang sama seperti yang kubeli kemarin.""Oh iya, aku mengingat Anda, Pak Bukankah kemarin Anda membeli ukuran
last updateLast Updated : 2025-04-22
Read more

Sepenggal Ingatan Masa Lalu

Patra yang mendengar bisikan Nero pun menatap Nero dan mereka saling bertatapan dari pantulan cermin sampai Patra merasa salah tingkah dan memalingkan wajahnya. "Hmm, apa ... maksudnya? Ini sudah malam, kalau Anda tidak akan menghukumku, lebih baik aku pulang saja!" kata Patra yang langsung menjauh dari Nero. Nero hanya bisa menoleh menatap Patra yang sudah menyambar lagi tas tangannya itu. Dan ketika Patra sudah bergerak maju, Nero pun mencekal pergelangan tangan Patra. "Patra, aku serius!" kata Nero dengan nada yang tidak terlalu lembut, tapi juga tidak ketus sama sekali. Patra hanya mengerjapkan mata merasakan suasana yang mendadak berubah ini. Entah apa yang terjadi pada Nero sampai mendadak bersikap seperti ini. "Hmm, Anda ini apa-apaan, masih ada orang di luar, kalau mereka melihat kita seperti ini, itu tidak baik, Pak Nero!"Nero menatap Patra sejenak, sebelum ia mengembuskan napas panjangnya. "Biarkan saja! Aku juga tidak akan melakukan apa-apa! Jadi kau ... juga janga
last updateLast Updated : 2025-04-22
Read more

Memanggil Nama Wanita Lain

Nero dan Patra masih saling menatap dengan semua kenangan yang sedang terputar indah di otak mereka masing-masing. Mata Patra pun masih berkaca-kaca menatap wajah tampan Nero yang dulu selalu menjadi pusat dunianya. Namun, dengan cepat Patra kembali pada kenyataan. Patra pun lebih dulu memalingkan wajahnya memutus kontak matanya dengan Nero. "Jangan kekanakan, Pak Nero! Anda sudah dewasa. Apa Anda mau menakuti anak kecil dengan menyentil mereka?" Patra tertawa kesal. Nero yang mendengarnya pun mengedipkan mata beberapa kali, sebelum ia menurunkan tangannya. "Aku ... hanya asal bicara. Sudahlah, pakai sepatunya!" Nero pun kembali berkutat dengan kaki Patra untuk melepas sepatu Patra. Namun, Patra kembali berusaha menarik kakinya. "Aku tidak mau. Lepaskan kakiku atau aku akan berteriak!" Patra terus menarik kakinya, namun Nero terus menahannya. "Aku mau, Patra!" seru Nero lantang sampai Patra kembali terdiam. "Biarkan aku yang memakaikan sepatunya," kata Nero tegas. Patra pun m
last updateLast Updated : 2025-04-22
Read more

Bertemu di Depan Lift

Juan menahan napasnya mendengar nama itu. "P-Patra? Patra? Kau ... masih memikirkan wanita itu, Nero?" Dengan cepat Juan pun kembali menghampiri Nero dan memapah Nero. Juan cukup mengetahui kisah cinta tentang Nero dan Patra di masa lalu termasuk bagaimana sakit hatinya Nero setelah ditinggalkan oleh Patra. Juan pun tahu kalau Nero masih menyimpan perasaan untuk Patra, karena itu, Nero belum bisa mencintai Kania. Namun, Juan hanya tidak menyangka akan mendengar nama itu lagi dari mulut Nero. Selama ini Nero sudah berusaha melupakan Patra dan tidak pernah menyebutkan nama itu sama sekali di depan Juan. Bahkan saat Nero mencari tahu tentang Patra pun, Nero meminta bantuan dari anak buah ibunya. Sedangkan urusan menjegal karir Patra, Nero meminta bantuan dari salah satu temannya yang cukup bisa dipercaya. Juan sama sekali tidak tahu apa pun tentang usaha Nero mencari Patra, karena itu, Juan sangat kaget sekarang. "Astaga, sudah, Nero! Kau meresahkan sekali! Kita pulang saja, Ne
last updateLast Updated : 2025-04-23
Read more
PREV
1234567
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status