All Chapters of Jatah Bulanan Ibu Mertuaku: Chapter 11 - Chapter 20

41 Chapters

Rumah Sakit

Baru kali ini aku diam saja ketika Nurma membentakku, keadaan membuatku menahan diri untuk tidak membalas. Mobil melaju meninggalkanku bersama kerumunan tetangga yang berkumpul dan ingin tahu.Mereka bertanya, aku saja tidak tahu, lebih baik aku pulang. Mas Pamuji pergi tanpa membawa ponsel atau pun dompetnya.Aku pun menemani Bagas dan Tika tidur dengan hati yang resah. Aku mengkhawatirkan Mas Pamuji yang baru pulang kerja dan belum sempat makan.Malam pun berlalu, saat subuh Bude Rum menelpon mengabariku tentang keadaan ibu. Ibu mengalami gejala stroke, kaki kanannya mati rasa sampai ke pinggang. Ibu dirawat di rumah sakit kota, dan Bude Rum mengajakku untuk kesana.Aku lemas dan tertunduk lesu, baru saja rumah tanggaku akan bahagia, tapi cobaan baru datang menyapa.Ibu sehat saja, gaji Mas Pamuji lebih banyak kesana, apa lagi nanti jika ibu stroke. Pembagian gaji yang Mas Pamuji katakan semalam sepertinya akan kembali gagal.Aku sedih ibu sakit, tapi aku merasa lebih sedih karena b
last updateLast Updated : 2025-03-27
Read more

Luka Hati Mas Pamuji

"Ibu mau makan dan minum obat tapi ada syaratnya," ucap ibu, dan perasaanku mulai tidak enak."Apa, Bu?" tanya Mas Pamuji dengan sabar."Ibu mau kamu ceraiin Sekar!" ucap ibu.Aku dan Mas Pamuji terdiam seketika, kami saling pandang, sementara Nurma tersenyum sinis ke arahku."Ibu ... jangan aneh-aneh," ucap Mas Pamuji."Ibu serius, semua terserah kamu mau pilih ibu atau wanita itu!" ucap ibu lagi dengan tegas.Kedua alis Mas Pamuji bertaut, aku pun sama, kelakuan ibu semakin tidak masuk akal."Ibu ini yang melahirkan kamu, sudah seharusnya kamu berbakti dan nurut sama ibu, tapi wanita itu orang lain.""Gara-gara dia kamu udah nggak takut lagi jadi anak durhaka, kamu terus ngelawan sama ibu.""Keputusan ibu udah bulat, kalau kamu masih mau sama dia, nggak usah peduli lagi sama ibu," ucap ibu penuh ancaman klasik."Ibu memang ngelahirin aku, tapi Sekar juga udah ngelahirin anak-anakku.""Aku milih kalian berdua, aku akan adil, Bu. Selama ini aku sudah banyak dzolim ke Sekar dan anak-an
last updateLast Updated : 2025-03-27
Read more

Masa Lalu Yang Kelam

"Tentang Bapak, tentang perlakuan Ibu yang amoral, apa aku boleh tahu?" tanyaku mencoba memberanikan diri untuk tahu.Mas Pamuji menunduk, membuang napas untuk mengosongkan dadanya yang berat."Nggak mau juga nggak papa, Mas. Tapi kalo Mas butuh temen cerita, jangan sungkan, ya. Aku baru tahu ternyata Mas banyak mendem masalah sendiri," ucapku mencoba membuat Mas Pamuji nyaman."Bapakku seorang pekerja kasar, dia ikut proyek jalan tol yang terkadang harus berpindah-pindah pulau," ucap Mas Pamuji mulai bercerita, diiringi deru suara bus dan klakson kendaraan yang saling melaju."Sebenernya uang yang bapak kirim waktu itu lebih dari cukup untuk kehidupan kami, tapi gaya hidup ibuku membuat semua terasa kurang dan kurang.""Ada aja barang yang ibu ambil dengan cara kredit, hingga lama kelamaan penghasilan Bapak nggak cukup untuk bayar semua tagihan-tagihan Ibu, sementara barang yang nggak berguna banyak teronggok di rumah.""Bukan satu dua orang yang udah negur Ibu waktu itu, tapi ... Ib
last updateLast Updated : 2025-03-27
Read more

Kamar Ibu

"Ada apa, Mas?" tanyaku penasaran."Ibu pengen ketemu, katanya mau minta maaf, mintanya sekarang tapi aku bilang besok aja jadi sekalian pulang," cerita Mas Pamuji singkat.Minta maaf? Mudah-mudahan ibu sadar."Ibu udah boleh pulang?" tanyaku."Udah," jawab mas Pamuji singkat."Oh ... sukurlah kalo begitu.""Biaya rumah sakitnya gimana, Mas? Apa SPP Bagas nggak usah dibayar dulu?" tanyaku lagi."Kamu nggak usah khawatir Sekar, mulai sekarang aku nggak akan mengorbankan kehidupan kalian lagi, sementara kita bayar dulu pakai uang kemarin ya, tapi SPP Bagas kamu bayar dulu, nanti biar kuitansinya aku masukin ke perusahaan biar di rembesin," jawab Mas Pamuji."Jadi maksudnya nanti uangnya diganti gitu?""Iya," jawab Mas Pamuji."Kenapa dulu waktu Bagas sakit enggak begitu sistemnya?""Ini kebijakan baru, Sekar. Hasil dari rapat serikat pekerja sama managemen setahun lalu.""Alhamdulillah, seenggaknya kita punya jaminan kesehatan.""Iya, tapi semoga kita sehat-sehat terus."Aku senang mend
last updateLast Updated : 2025-03-28
Read more

Sosmed Ibu

Suara air di kamar mandi berhenti. Kurasakan langkah seseorang di belakangku, tapi aneh dia tidak menyapaku. Kuberjalan ke ruang depan untuk menitipkan pesan perihal pecel yang kubawa. Namun Rima dan Nurma masih pulas tertidur di depan tivi."Hah? Jadi yang tadi, siapa?" gumamku.Kutengok ke dalam kamar ibu, dan ibu pun masih tertidur. Mungkin aku salah lihat. Aku bergegas pulang karena aku pun harus menyiapkan sarapan untuk Mas Pamuji dan anak-anak. Kutinggalkan pesan di secarik kertas kemudian kuletakan di meja makan.Sesampainya di rumah Mas Pamuji sedang bermain dengan Bagas dan juga Tika, mereka berebut perhatian ayahnya untuk bermain mainan baru masing-masing. Mas Pamuji terlihat kewalahan tapi wajahnya terlihat sangat bahagia.Aku yakin Mas Pamuji tidak sengaja memanjakan ibu, dia hanya tahu kalau ibu minta pasti ibu sedang butuh, tanpa tahu kebutuhan apa yang diinginkan ibu.Hari ini setelah Bagas pulang sekolah aku mengajak mereka pergi ke rumah ibu. Tadi Nurma menelponku beb
last updateLast Updated : 2025-03-28
Read more

Kebohongan Ibu

"Hah? Mobil?"Mobil?"Doain aku Sekar biar semuanya berjalan lancar, kalo nggak ada masalah proses verifikasinya sebulan," ucap Mas Pamuji lagi.Aku belum tahu harus memberikan respon yang seperti apa, karena berita yang Mas Pamuji bawa begitu mengejutkan."Akhirnya, aku bisa bahagiain kalian," ucap Mas Pamuji penuh syukur."Hah?""Aku pengen banget bikin kalian bahagia setelah selama ini kamu dan anak-anak udah banyak menahan diri, ternyata Allah kabulin, kerjaanku juga lancar semua yang biasanya ruwet sekarang gampang," lanjut Mas Pamuji."Karena Mas udah nyenengin anak-anak, mereka kan masih polos jadi mungkin doanya gampang diterima, Mas.""Kamu juga Sekar, kalo pengen apa-apa dan uangnya ada, jangan ditahan, beli aja, aku pengen nebus semua kesalahanku selama ini sama kamu," ucap Mas Pamuji, ada penyesalan memang di nada suaranya."Iya, Mas.""Dulu aku pernah mikir kalo aku nyenengin ibu, rezeki kita akan ngalir deras, tapi nggak tahu kenapa, rasanya hidup makin sulit aja, padaha
last updateLast Updated : 2025-03-28
Read more

Batas Rasa Sekar

"Hem ...."Tubuh ibu kembali melunglai dan limbung di lantai, dengan dibuat-buat tentunya. Namun kali ini ketiga anaknya diam, tidak ada yang bergerak untuk menangkap tubuh ibu apalagi membantunya berdiri.Aku tahu karakter Nurma, dia pasti sangat marah dengan ibunya. Semantara Rima hanya bisa memandang penuh kecewa."Kenapa, Bu?" tanya Nurma lagi dengan nada kesal."Maafin ibu, ibu terpaksa!" ucap ibu lirih, kepalanya tertunduk pasrah.Mas Pamuji akhirnya tergerak dan membantu ibu untuk bangun, dan mendudukan ibu kembali di kasur. Tentu saja ibu bukan tidak mampu bangun sendiri, tapi dia sedang menahan malu.Ibu menangis, oke, drama selanjutnya.Nurma dan Rima yang selalu tegas membela ibunya kini hanya diam, Nurma melipat kedua tangan di dadanya. Tatapan matanya, ah ... susah dijelaskan, yang pasti dia jengkel."Udah, Bu, nggak usah nangis, coba jelasin sama kita alasannya apa," ucap Rima mencoba menyudahi drama ibu yang ambigu."Semua ini karena dia!" ucap ibu."Karena Sekar!" tega
last updateLast Updated : 2025-03-28
Read more

Buah Kesabaran Sekar

"Aku lelah bersikap baik tapi selalu diinjak-injak, nggak pernah dihargai!" ucapku di ambang kesabaran, marah, kecewa, kesal, muak, berampur jadi satu membuat sabarku benar-benar habis."Aku muak, Mas, aku juga manusia, punya batas rasa, sekarang Mas pilih kami atau Ibu!" ucapku tanpa berpikir panjang.Aku tidak berharap Mas Pamuji memilih kami, aku hanya ... ingin lega dengan mengatakan apa yang selama ini ingin kukatakan pada ibu.Semua tingkah ibu yang rendah telah membakar sumbu emosiku dan membawaku ke pikiran yang pendek.Aku langsung membalik badan dan ingin berlari sejauh mungkin dari mereka, pergi secepat mungkin dari tempat ini. Aku takut lepas kendali dan tangan-tangan ini bisa melayang tanpa ampun, memberikan hukuman untuk ibu."Sekar!"Kurasakan tangan Mas Pamuji menjegalku, memegang lenganku dengan erat, matanya menatap tidak percaya padaku.Benar, aku lelah!Lelah diperlakukan tidak adil, lelah mendengar hal-hal yang buruk, lelah menyaksikan kekonyolan sifat dan watak y
last updateLast Updated : 2025-03-28
Read more

Ah, Ibu ....

"Mbak Sekar!" terdengar seseorang memanggilku.Mbak Murni, mamanya Raka, melambaikan tangan dan tersenyum menghampiri. Aku masih duduk di atas sepeda motor bersama Tika, sementara Bagas sudah masuk ke kelas."Nebeng dong pulangnya," ucapnya."Ayo, Mbak!" Rumah kami memang searah.Mbak Murni naik ke belakangku dan kulajukan sepeda motorku perlahan."Makasih lho Mbak Sekar," ucap Mbak Murni."Sama-sama, Mbak, nanti biar Raka bareng aku aja, jadi Mbak Murni nggak repot jemput Raka," usulku, selama ini Mbak Murni sudah baik sama Bagas, sampai Bagas pun betah kalau bermain di rumahnya."Oh, nggak ngerepotin, sih?""Enggak, Mbak," ucapku sambil tetap fokus berkendara.Sejak Mas Pamuji memiliki mobil inventaris, aku menggunakan sepeda motor legendaris milik kami untuk mengantar jemput Bagas sekolah."Mbak Sekar ini enak ya, punya mertua baik kaya bu Susi," ucap Mbak Murni."Hah?" Aku heran dengan ucapan Mbak Murni, tanpa kuceritakan citra ibu sudah kurang baik di mata masyarakat, baru kali i
last updateLast Updated : 2025-03-28
Read more

Marah Yang Dipendam

"Halaman kalian kan sempit, banyak pot-pot begini, gimana kalo parkirnya di rumah ibu aja?" tanya ibu."Nggak usahlah, Bu, repot ntar," tolak Mas Pamuji."Eh, enggak ngerepotin," bujuk ibu kembali melangkahkan kakinya mendekat pada kami."Bukan gitu, maksudnya aku yang repot berangkat sama pulang kerjanya," jelas Mas Pamuji."Repot gimana, sih?" tanya ibu."Rumah ibu kan nggak jauh, kamu bisa jalan kaki dulu baru naik mobil," usul ibu."Nah itu, Bu, repotnya disitu," sambungku."Eh, masa jalan kaki sedikit aja dibilang repot," ucap ibu bersikukuh."Biarin di sini aja, lagian nggak sempit-sempit amat," tolak Mas Pamuji lagi.Ibu terlihat kesal dan langsung pergi tanpa berpamitan."Nekat banget si ibu, sampe minta mobil parkir di sana," ucapku kesal.Kutinggalkan Mas Pamuji yang masih mematung dan kembali duduk di depan tivi. Ada rasa marah dan kecewa yang tidak bisa kujelaskan, membuat dadaku sesak dan napasku berat.Perasaanku pun kacau. Melihat figur seorang ibu yang tidak pantas un
last updateLast Updated : 2025-03-28
Read more
PREV
12345
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status