Share

Buah Kesabaran Sekar

Penulis: Betti Cahaya
last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-28 05:38:35

"Aku lelah bersikap baik tapi selalu diinjak-injak, nggak pernah dihargai!" ucapku di ambang kesabaran, marah, kecewa, kesal, muak, berampur jadi satu membuat sabarku benar-benar habis.

"Aku muak, Mas, aku juga manusia, punya batas rasa, sekarang Mas pilih kami atau Ibu!" ucapku tanpa berpikir panjang.

Aku tidak berharap Mas Pamuji memilih kami, aku hanya ... ingin lega dengan mengatakan apa yang selama ini ingin kukatakan pada ibu.

Semua tingkah ibu yang rendah telah membakar sumbu emosiku dan membawaku ke pikiran yang pendek.

Aku langsung membalik badan dan ingin berlari sejauh mungkin dari mereka, pergi secepat mungkin dari tempat ini. Aku takut lepas kendali dan tangan-tangan ini bisa melayang tanpa ampun, memberikan hukuman untuk ibu.

"Sekar!"

Kurasakan tangan Mas Pamuji menjegalku, memegang lenganku dengan erat, matanya menatap tidak percaya padaku.

Benar, aku lelah!

Lelah diperlakukan tidak adil, lelah mendengar hal-hal yang buruk, lelah menyaksikan kekonyolan sifat dan watak y
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Jatah Bulanan Ibu Mertuaku   Ah, Ibu ....

    "Mbak Sekar!" terdengar seseorang memanggilku.Mbak Murni, mamanya Raka, melambaikan tangan dan tersenyum menghampiri. Aku masih duduk di atas sepeda motor bersama Tika, sementara Bagas sudah masuk ke kelas."Nebeng dong pulangnya," ucapnya."Ayo, Mbak!" Rumah kami memang searah.Mbak Murni naik ke belakangku dan kulajukan sepeda motorku perlahan."Makasih lho Mbak Sekar," ucap Mbak Murni."Sama-sama, Mbak, nanti biar Raka bareng aku aja, jadi Mbak Murni nggak repot jemput Raka," usulku, selama ini Mbak Murni sudah baik sama Bagas, sampai Bagas pun betah kalau bermain di rumahnya."Oh, nggak ngerepotin, sih?""Enggak, Mbak," ucapku sambil tetap fokus berkendara.Sejak Mas Pamuji memiliki mobil inventaris, aku menggunakan sepeda motor legendaris milik kami untuk mengantar jemput Bagas sekolah."Mbak Sekar ini enak ya, punya mertua baik kaya bu Susi," ucap Mbak Murni."Hah?" Aku heran dengan ucapan Mbak Murni, tanpa kuceritakan citra ibu sudah kurang baik di mata masyarakat, baru kali i

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-28
  • Jatah Bulanan Ibu Mertuaku   Marah Yang Dipendam

    "Halaman kalian kan sempit, banyak pot-pot begini, gimana kalo parkirnya di rumah ibu aja?" tanya ibu."Nggak usahlah, Bu, repot ntar," tolak Mas Pamuji."Eh, enggak ngerepotin," bujuk ibu kembali melangkahkan kakinya mendekat pada kami."Bukan gitu, maksudnya aku yang repot berangkat sama pulang kerjanya," jelas Mas Pamuji."Repot gimana, sih?" tanya ibu."Rumah ibu kan nggak jauh, kamu bisa jalan kaki dulu baru naik mobil," usul ibu."Nah itu, Bu, repotnya disitu," sambungku."Eh, masa jalan kaki sedikit aja dibilang repot," ucap ibu bersikukuh."Biarin di sini aja, lagian nggak sempit-sempit amat," tolak Mas Pamuji lagi.Ibu terlihat kesal dan langsung pergi tanpa berpamitan."Nekat banget si ibu, sampe minta mobil parkir di sana," ucapku kesal.Kutinggalkan Mas Pamuji yang masih mematung dan kembali duduk di depan tivi. Ada rasa marah dan kecewa yang tidak bisa kujelaskan, membuat dadaku sesak dan napasku berat.Perasaanku pun kacau. Melihat figur seorang ibu yang tidak pantas un

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-28
  • Jatah Bulanan Ibu Mertuaku   Diblokir Ibu

    "Itu mobil ayahmu, mobil ayahmu ya mobil keluarga, mobil kita semua, mobil Mbah juga," jawab ibu, aku terkejut mendengar konsep kepemilikan yang dijabarkan ibu di depan Bagas.Ini lucu sekaligus menjengkelkan.Ada dua sisi yang berperang di dalam pikiranku. Ramaikan? Abaikan?Kalau diramaikan, artinya aku sama bodohnya dengan ibu kalau diabaikan hatiku kesal dan gemas.Kubanting piring bekas sarapanku yang sedang kucuci, praank!"Sekar?" panggil Mas Pamuji sambil tergopoh-gopoh menghampiriku."Kenapa?" tanya Mas Pamuji."Kesel aku, Mas!" ungkapku berapi-api."Sabar, Sekar!" ucap Mas Pamuji berusaha menenangkanku."Jangan nurutin ibu terus, Mas. Tujuannya itu jelas untuk pamer, Mas jangan mau jadi bagian dosanya ibu!" ucapku sambil memunguti pecahan-pecahan piring yang tercecer."Aw!" seruku, sebuah pecahan yang runcing tak sengaja mengenai kulitku."Hati-hati, Sekar!" ucap Mas Pamuji khawatir, tapi aneh, rasa sakit di dadaku mengalir perlahan ke goresan luka di tanganku yang perih, sa

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-29
  • Jatah Bulanan Ibu Mertuaku   Kecewa

    "Kamu kan mantunya!" ucap Bu Ida."Tapi--""Seenggaknya bayarin separuhnya dulu juga nggak papa, kami nggak mungkin nungguin di sini seharian, dan Bu Ida ini lagi butuh duit itu," bujuk Bu Fitri."Kenapa Bu-ibu ini nggak telpon ibu aja?" usulku, jelas aku keberatan mengeluarkan uang untuk menalanginya, pasti uangku tidak kembali."Udah, Mbak, tapi nggak diangkat, terus kami diblokir," jawab Bu Ida.Keterlaluan sekali ibu."Emangnya berapa arisan ibu?" tanyaku sekedar ingin tahu."Kami main dua jutaan sebulan, dan ini udah jalan ke-7, salahnya ibumu, dulu bikin kocokan nggak teliti akhirnya nama Bu Ida nggak ada di dalemnya, kalo ibumu teliti pasti nggak bakalan gini," jawab Bu Fitri."Halah, bukannya nggak teliti, Susi pasti sengaja curang," timpal Bu Ida, warna bibirnya yang merah membuat wajahnya semakin terlihat marah."Sebenernya aku ngerasa ada yang aneh dari bulan ke-3 tapi aku masih ragu, pas kemarin aku iseng minta kocokan dibuka semua, eh ternyata feelingku bener kalo namaku

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-29
  • Jatah Bulanan Ibu Mertuaku   Lelah

    "Kalo ibu ikut, aku nggak usah pergi aja," ucapku.Ada lelah yang tidak bisa kujelaskan."Sekar ... aku pikir ibu nggak akan minta ikut, mau ngelarang juga nggak enak, maaf ...," ucapnya tertunduk lesu.Kubuang napas dengan kasar."Kar, kamu boleh benci ibuku sebanyak yang kamu mau, tapi jangan bermusuhan secara terang-terangan, bagaimana pun Bagas sama Tika ngeliat," ucap Mas Pamuji mencoba membuatku mengerti dengan nada yang lemas."Mas, kita udah bahas hal ini berkali-kali," ucapku sedikit berbisik agar Bagas dan Tika tidak mendengarnya."Iya, makanya aku minta maaf, bersabarlah Sekar, kali ini aja, aku mohon," ucap Mas Pamuji."Maaf Mas aku nggak bisa, kalimat 'yang waras ngalah' udah nggak berlaku lagi, coba kamu minta sekali aja ibumu yang ngalah biar kita tahu seberapa waras dia, karena kali ini aku yang mulai sakit mental karena kalian!" ucapku pelan tapi tegas."Jangan gitu, Kar. Besok-besok kita bisa pergi lagi tanpa ibu, aku janji akan lebih sering ngajak kalian pergi, biar

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-29
  • Jatah Bulanan Ibu Mertuaku   Rahasia Masa Lalu

    "Ibu bisa tetap puas dengan hobinya berhaha-hihi dan berdrama, dan aku tetap tenang merawat Bagas dan Tika tanpa terpengaruh sikap ibumu yang absurd, bukankah ini solusi terbaik?"Hubunganku dengan Mas Pamuji semakin hari semakin renggang, ada tembok dingin yang sengaja kubangun untuk melindungi diriku sendiri. Dari sifat dan watak ibu, dan juga dari ketidak tegasan Mas Pamuji bersikap.Meski sekarang kopi dan teh kami setiap pagi terasa manis, tapi hubungan kami justru menghambar. Mungkin sekarang perut kami lebih terjamin, karena tidak ada lagi beras segelas yang harus dimasak lembek, tapi tidak ada lagi cinta yang terhidang sebagai lauk makan.Mungkin anak-anak kami sudah tidak lagi bersedih karena tidak mampu membeli mainan yang mereka mau, tapi canda tawa kami hampir tidak hangat lagi. Mungkin taraf hidup kami telah jauh lebih baik, tapi ranjang kami sepi tidak ada lagi obrolan hangat menjelang tidur malam.Untunglah Bagas dan Tika masih leluasa tertawa, terkadang karena mereka-l

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-29
  • Jatah Bulanan Ibu Mertuaku   Jawaban Bude Rum

    "Sekar, kalo cuma ibu yang bermasalah sama Susi, mungkin aja ibu yang bermasalah. Tapi Susi bermasalah sama banyak orang, artinya dia sendirilah masalah itu!" pungkas Bu Wandi seraya pergi meninggalkanku dalam kekalutan.Kasihan sekali Mas Pamuji, aku benar-benar syok mengetahui kenyataan ini. Terbesit dalam pikiranku untuk menjauhkan Mas Pamuji dari ibu.Apa aku berdosa?Aku seharusnya memahami, sakit batin yang Mas Pamuji derita. Dia hanya ingin dicintai, hanya ingin ada seseorang yang nyaman untuk tempatnya pulang. Naluri seorang anak pastilah menganggap seorang ibu adalah segalanya.Aku kembali menyesal mendiamkannya selama ini, mengurungnya dalam tembok dingin, padahal dia berharap aku adalah tempatnya berkasih sayang tanpa tapi.Dengan hati kalut kutinggalkan Bagas dan Tika di rumah, Bagas sudah cukup besar untuk bisa kuandalkan. Aku pergi ke rumah Bude Rum untuk mencari kebenaran. Hanya Bude Rum yang kupercaya."Kenapa, Kar? Kok wajahmu kayak orang linglung begitu?" tanya Bude

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-29
  • Jatah Bulanan Ibu Mertuaku   Aku Akan Melindungi Suamiku

    "Mau kondangan kemana Nur?" tanya Mas Pamuji."Ke luar kota Mas, sodaranya Mas Dani hajatan," jawab Nurma."Nggak usah dikasih, Mas! Giliran kita ada mobil tiba-tiba suaminya punya sodara di luar kota yang hajatan, gitu?" bisikku di telinga Mas Pamuji."Besok aku lembur, Nur, mobilnya kepake," tutur Mas Pamuji."Mas pake motor aja, dulu juga Mas pake motor terus," rajuk Nurma."Wong lemburnya juga keluar kota, kunjungan industri, mau ngeliat vendor baru," ucap Mas Pamuji."Dulu kerjaan Mas cuma di pabrik, sekarang kan harus sering ke luar kota, banyak mobilitasnya, makanya dikasih inventaris mobil, kalo enggak ya nggak dikasih sama kantor," lanjut Mas Pamuji menjelaskan.Nurma terlihat kesal, aku tidak peduli benar atau tidak alasan lemburnya Mas Pamuji, aku merasa puas. Kemana mereka saat kami susah?Saat kami punya mereka datang bagaikan lalat. Aku tidak akan membiarkan suamiku mengemis kasih sayang lagi pada mereka."Ya udah aku pinjemnya hari minggu aja," pinta Nurma pantang menye

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-29

Bab terbaru

  • Jatah Bulanan Ibu Mertuaku   Hinaan Ibu

    "Aku di-PHK, Kar," tuturnya."Hah? Di-PHK? Jangan bercanda, Mas," tegurku.Mas Pamuji tidak menjawab, dia melewatiku begitu saja dan merebahkan tubuhnya di sofa. Aku penasaran, tapi aku harus menata hatiku jika kabar ini bukan candaan dari Mas Pamuji.Kubuatkan secangkir teh dulu untuk Mas Pamuji seraya berpikir, dalam rangka apa perusahaan mengurangi karyawannya? Atau jangan-jangan Mas Pamuji membuat kesalahan?"Minum dulu, Mas," ucapku sambil meletakan secangkir teh itu di meja.Mas Pamuji bangkit dengan lesu kemudian menyeruput teh yang kubuat. Matanya tidak berani melihat ke arahku."Mas? Beneran di-PHK?" tanyaku coba memberanikan diri.Mas Pamuji hanya mengangguk pelan."Kenapa, Mas? Alasannya apa?" tanyaku tidak terima."Ada Manager yang nggak suka sama serikat pekerja, jadi ... dia memanipulasi data, membuat masalah seolah-olah anggota serikat yang buat," jelas Mas Pamuji."Jadi?""Ya jadi beberapa pengurus serikat disalahkan atas kerugian perusahaan karena masalah fiktif itu,

  • Jatah Bulanan Ibu Mertuaku   Kabar Buruk Setelah Kabar Buruk

    "Tika ketabrak mobil, sekarang di rumah sakit! Kita kocar kacir nyariin kamu dari tadi!"Ibu berteriak, bukan suara keras ibu yang membuat kesadaranku berhamburan, tapi kabar yang ibu sampaikan membuatku panik.Aku diam, aku nge-blank. Aku berusaha mencerna kabar yang ibu bawa. Aku tidak peduli lagi pada kesengajaan ibu memakiku di depan umum."Heh! Sekar! Malah bengong anak di rumah sakit kamu malah diem nggak cepet tanggap!""Begini nih, mantu durhaka, sibuk nilai kekurangan mertuanya tapi lupa sama kewajiban sendiri!" maki ibu lagi.Sakit!Tapi kalimatnya berhasil membuat pikiranku yang syok kembali bekerja normal."Ditabrak dimana, Bu? Kok bisa? Mereka udah pulang tadi?" tanyaku bingung."Harusnya ibu yang nanya! Kamu itu ibu mereka bukan?!" hardik ibu."Rumah sakit mana, Bu?" tanyaku panik."Rumah sakit Permata keluarga, udah susul sana! Dari tadi dicariin juga!" teriak ibu kasar. Suaranya keras menggema kemana-mana, semua orang mendengar.Aku pantas menerimanya. Aku teledor. Sei

  • Jatah Bulanan Ibu Mertuaku   Hari Pernikahan Ibu

    Hari ini rumah ibu sudah penuh dengan persiapan, hanya Nurma yang antusias dan penuh semangat. Aku akui, di usianya yang mendekati senja ibu masih terlihat cantik.Ya pastilah, dulu gaji Mas Pamuji banyak meresap ke kulitnya dari pada ke perut anak-anakku. Nurma sibuk merias ibu, entah apa yang mereka berdua bincangkan dengan semangat.Mas Pamuji enggan hadir dengan memilih lembur, sementara Rima tidak diijinkan pergi oleh suaminya. Pakde dan Bude Rum turut hadir sebagai yang dituakan, sementara Bulek Tri dan keluarganya tidak hadir, kabarnya mereka tidak akur."Eh, jangan dimakan, belum mulai udah mau ngabis-ngabisin aja anakmu!" tegur Nurma padaku ketika Bagas dan Tika mengambil kue di nampan, padahal jelas-jelas itu sisa dari kue yang sudah tertata rapi di piring."Mamah ... Bagas cuma ngambil satu," rengek Bagas padaku sementara Tika tetap memakan kue di tangannya tanpa peduli pada teguran Nurma."Makan aja, Gas, kalau kurang ambil lagi masih banyak kok," ucapku pada Bagas."Hih,

  • Jatah Bulanan Ibu Mertuaku   Aku Bukan Anak Haram

    "Arum ... pulang duluan aja, ibu masih ada urusan," ucap Bude pada Mbak Arum yang menunggu di teras, nampaknya dia tidak tertarik sama sekali dengan drama keluarga kami."Tapi udah malem, Bu! Dan Ibu belum bener-bener sembuh," tolak Mbak Arum sedikit protektif pada ibunya."Sebentar aja, nanti pulangnya biar dianter Pamuji," ucap Bude bersikeras. Mbak Arum mengikuti arahan Bude Rum dengan berat hati, dia naik dan memutar sepeda motornya."Maafin aku ya Mbak Arum, tadi aku bingung ... panik, jadi aku telpon Bude, dan terpaksa harus ngerepotin Bude lagi," bisikku pada Mbak Arum sebelum dia pergi, jujur aku merasa bersalah dan tidak enak hati."Nggak papa, Kar. Tolong dijaga aja jangan kebanyakan pikiran budenya," ucap Mbak Arum sebelum memacu motornya menjauh."Bude mau ngomong sama kalian."Akhirnya kami pulang ke rumah setelah Pak Wandi diusir oleh Bude Rum. Sesampainya di rumah kusuguhkan teh hangat karena di rumah ibu, Bude tidak minum apa pun, sementara perdebatan tadi telah mengur

  • Jatah Bulanan Ibu Mertuaku   Aku Ingin Bahagia

    Mas Pamuji berhenti dan melangkahkan kakinya dengan cepat hendak masuk ke sana."Mas?" Percuma panggilanku tidak dihiraukan.Aku lari sebisaku, akhirnya tangan Mas Pamuji berhasil kuraih dan kupegang erat."Mas!" seruku lagi sambil menarik lengannya, aku mulai panik."Ada anak-anak!" sentakku keras.Mas Pamuji tersadar, dia menatapku ragu, antara menegur ibunya atau melindungi kepolosan anak-anaknya."Aku nggak mau anak-anakku terkena pengaruh buruk!" seruku lagi.Aku juga tidak mau berurusan lagi dengan ibu. Aku tidak ingin Mas Pamuji terluka. Aku tidak ingin anak-anakku melihat sejarah buruk neneknya, apa jadinya bila peristiwa ini terekam sampai mereka dewasa dan mengerti betapa bobroknya semua ini?Aku ingin bahagia!Tanpa ibu!Apa bisa?!Kutatap mata Mas Pamuji penuh arti."Apa kita bisa pura-pura nggak tahu aja, Mas?" ucapku dengan bergetar."Aku capek!" ungkapku.Aku lelah dengan cobaan ini, semua sisi hidupku seperti dihajar oleh ibu tanpa ampun. Ekonomi, mental, kesehatan, ka

  • Jatah Bulanan Ibu Mertuaku   Pengakuan Ibu

    Sesampainya di depan rumah ibu, terlihat pintu sedikit terbuka, tampak sebuah sepeda motor besar terparkir di depannya, sepasang sandal lelaki juga bertengger manis di teras ibu.Jangan-jangan!Dengan jantung berdegup kencang kuberanikan diri mendekat dan membuka pintu agar semakin melebar."Assalamualaikum, Bu!" seruku.Ibu dan Pak Wandi kompak menengok ke arahku, mereka terkejut begitu pun aku. Pasangan kakek dan nenek yang tidak halal, sedang duduk saling menyuapi makanan dengan mesra. Aku geli melihatnya."Ada apa, Kar?" tanya ibu kasar.Dia tetap bersikap wajar seolah apa yang sedang mereka lakukan adalah hal biasa.Ibu meletakan garpu bekas mangga kembali ke piring dan berjalan ke arahku dengan raut wajah, bangga? Ya ampun."Ada apa? Ditanya malah plenga-plengo begitu!" ucap ibu membuyarkan pikiranku.Kutarik lengan ibu ke teras menghindari tatapan Pak Wandi yang nakal. Aku jijik."Jadi gosip itu bener, Bu?" tanyaku sedikit berbisik."Gosip? Gosip apa?" tanya ibu berlagak."I-ib

  • Jatah Bulanan Ibu Mertuaku   Kita Hadapi Bersama

    "Sekalinya murahan tetaplah murahan si Susi itu! Wanita gatal! Kamu pun anak hasil dia melo*te!" teriak Bu Lasmi lagi."Bu! Cukup!" bentakku."Tapi bener, Kar! Si Susi emang murahan," seru Bu Lasmi lagi."Kalau Bu Lasmi pikir memaki ibu di depan kami bisa bikin Bu Lasmi puas, Bu Lasmi salah! Apa bedanya Bu Lasmi sama ibu mertuaku?" Aku tidak terima dia mengungkit masa lalu ibu tentang kelahiran Mas Pamuji.Bu Lasmi menunduk dan kembali tergugu, aku prihatin pada sakit hatinya, aku paham dia hancur. Tapi aku juga tidak bisa membiarkan Bu Lasmi menghancurkan Mas Pamuji. Reflek kupeluk Bu Lasmi yang mulai melunglai lemas, membiarkannya kembali menangis meluapkan sakit hatinya.Mas Pamuji duduk terdiam, sesekali dia melirik ke arah kami."Tidur aja, Mas. Biar aku nemenin Bu Lasmi dulu," usulku pada Mas Pamuji, aku takut akan lebih banyak kalimat menyakitkan keluar dari bibir Bu Lasmi.Dengan berat Mas Pamuji meninggalkan kami berdua, memberikan ruang yang lebih luas agar Bu Lasmi bisa mel

  • Jatah Bulanan Ibu Mertuaku   Anak Hasil Mel*nte 😭

    "Tapi ... mantannya Mas Pamuji cantik, kan?!" seru Nurma padaku."Cantik sih, tapi dia cantik dan sukses buat balas dendam! Apa kamu nggak sadar?!" ucapku marah.Nurma terlihat semakin kesal padaku, ibu pun sama tapi sepertinya dia mencoba menahannya."Sudah, Kar, ayo kita pulang!" ajak Mas Pamuji.Aku menuruti ajakan Mas Pamuji, meladeni Nurma bisa-bisa membuatku ikut kehilangan akal sehat. Terlihat Nurma kembali sibuk mengagumi uang di depannya sementara ibu menatap tidak rela."Kamu kenapa diem aja, Kar?" tanya Mas Pamuji setibanya di rumah."Aku kesel, Mas! Mala emang cantik, kan?" tanyaku memojokkan Mas Pamuji."Eh, enggak ... cantikan kamu Sekar," jawab Mas Pamuji tergagap, sepertinya Mas Pamuji tahu pertanyaan seperti ini akan salah apapun jawabannya."Mas ... jangan bohong, siapapun juga tahu kalo Mala itu cantik, aku mah apa atuh, bedak aja barengan sama Tika sama Bagas, lipstik harga 15 ribu belinya bisa dua tahun sekali, sabun mu--""Hust, sudahlah, Kar, nanti kalo kita pun

  • Jatah Bulanan Ibu Mertuaku   Balas Dendam Mala

    "Coba dulu Mbak Mala jadi iparku!" ucap Nurma.Seketika darahku mendidih, Nurma benar-benar menguji kesabaranku. Mungkin saja saat ini wajahku semerah tomat."Heh, nggak boleh gitu kamu, Nur!" tegur ibu pada Nurma.Aku terkejut, jelas sangat terkejut.Apa ibu sedang membelaku? Nampaknya ibu benar-benar mengibarkan bendera putih sekarang."Bercanda, Bu!" kilah Nurma."Pamali ngomong gitu, Nur, lagian kalo aku dulu jadi sama masmu, mungkin aku nggak di titik ini sekarang," ucap Mala sambil tersenyum."Jadi Mbak Mala ini mantannya Mas Pamuji?" tanyaku pura-pura tidak tahu."Bisa dibilang begitu, Mbak Sekar, tapi dulu kami nggak direstui," jawab Mala tanpa ragu.Aku melirik pada Mas Pamuji dan ibu."Tapi jangan salah paham, aku nggak maksud apa-apa, aku emang pengen beli sesuatu buat si mbokku, kebetulan liat postingannya Nurma jadi aku beli," lanjut Mala, dan aku meragukannya."Oh ... kenapa nggak direstui?" tanyaku penasaran, susah sekali menyembunyikan rasa cemburu, apalagi Mala sangat

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status