Share

Ah, Ibu ....

Author: Betti Cahaya
last update Last Updated: 2025-03-28 22:26:02

"Mbak Sekar!" terdengar seseorang memanggilku.

Mbak Murni, mamanya Raka, melambaikan tangan dan tersenyum menghampiri. Aku masih duduk di atas sepeda motor bersama Tika, sementara Bagas sudah masuk ke kelas.

"Nebeng dong pulangnya," ucapnya.

"Ayo, Mbak!" Rumah kami memang searah.

Mbak Murni naik ke belakangku dan kulajukan sepeda motorku perlahan.

"Makasih lho Mbak Sekar," ucap Mbak Murni.

"Sama-sama, Mbak, nanti biar Raka bareng aku aja, jadi Mbak Murni nggak repot jemput Raka," usulku, selama ini Mbak Murni sudah baik sama Bagas, sampai Bagas pun betah kalau bermain di rumahnya.

"Oh, nggak ngerepotin, sih?"

"Enggak, Mbak," ucapku sambil tetap fokus berkendara.

Sejak Mas Pamuji memiliki mobil inventaris, aku menggunakan sepeda motor legendaris milik kami untuk mengantar jemput Bagas sekolah.

"Mbak Sekar ini enak ya, punya mertua baik kaya bu Susi," ucap Mbak Murni.

"Hah?" Aku heran dengan ucapan Mbak Murni, tanpa kuceritakan citra ibu sudah kurang baik di mata masyarakat, baru kali i
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Jatah Bulanan Ibu Mertuaku   Marah Yang Dipendam

    "Halaman kalian kan sempit, banyak pot-pot begini, gimana kalo parkirnya di rumah ibu aja?" tanya ibu."Nggak usahlah, Bu, repot ntar," tolak Mas Pamuji."Eh, enggak ngerepotin," bujuk ibu kembali melangkahkan kakinya mendekat pada kami."Bukan gitu, maksudnya aku yang repot berangkat sama pulang kerjanya," jelas Mas Pamuji."Repot gimana, sih?" tanya ibu."Rumah ibu kan nggak jauh, kamu bisa jalan kaki dulu baru naik mobil," usul ibu."Nah itu, Bu, repotnya disitu," sambungku."Eh, masa jalan kaki sedikit aja dibilang repot," ucap ibu bersikukuh."Biarin di sini aja, lagian nggak sempit-sempit amat," tolak Mas Pamuji lagi.Ibu terlihat kesal dan langsung pergi tanpa berpamitan."Nekat banget si ibu, sampe minta mobil parkir di sana," ucapku kesal.Kutinggalkan Mas Pamuji yang masih mematung dan kembali duduk di depan tivi. Ada rasa marah dan kecewa yang tidak bisa kujelaskan, membuat dadaku sesak dan napasku berat.Perasaanku pun kacau. Melihat figur seorang ibu yang tidak pantas un

    Last Updated : 2025-03-28
  • Jatah Bulanan Ibu Mertuaku   Diblokir Ibu

    "Itu mobil ayahmu, mobil ayahmu ya mobil keluarga, mobil kita semua, mobil Mbah juga," jawab ibu, aku terkejut mendengar konsep kepemilikan yang dijabarkan ibu di depan Bagas.Ini lucu sekaligus menjengkelkan.Ada dua sisi yang berperang di dalam pikiranku. Ramaikan? Abaikan?Kalau diramaikan, artinya aku sama bodohnya dengan ibu kalau diabaikan hatiku kesal dan gemas.Kubanting piring bekas sarapanku yang sedang kucuci, praank!"Sekar?" panggil Mas Pamuji sambil tergopoh-gopoh menghampiriku."Kenapa?" tanya Mas Pamuji."Kesel aku, Mas!" ungkapku berapi-api."Sabar, Sekar!" ucap Mas Pamuji berusaha menenangkanku."Jangan nurutin ibu terus, Mas. Tujuannya itu jelas untuk pamer, Mas jangan mau jadi bagian dosanya ibu!" ucapku sambil memunguti pecahan-pecahan piring yang tercecer."Aw!" seruku, sebuah pecahan yang runcing tak sengaja mengenai kulitku."Hati-hati, Sekar!" ucap Mas Pamuji khawatir, tapi aneh, rasa sakit di dadaku mengalir perlahan ke goresan luka di tanganku yang perih, sa

    Last Updated : 2025-03-29
  • Jatah Bulanan Ibu Mertuaku   Kecewa

    "Kamu kan mantunya!" ucap Bu Ida."Tapi--""Seenggaknya bayarin separuhnya dulu juga nggak papa, kami nggak mungkin nungguin di sini seharian, dan Bu Ida ini lagi butuh duit itu," bujuk Bu Fitri."Kenapa Bu-ibu ini nggak telpon ibu aja?" usulku, jelas aku keberatan mengeluarkan uang untuk menalanginya, pasti uangku tidak kembali."Udah, Mbak, tapi nggak diangkat, terus kami diblokir," jawab Bu Ida.Keterlaluan sekali ibu."Emangnya berapa arisan ibu?" tanyaku sekedar ingin tahu."Kami main dua jutaan sebulan, dan ini udah jalan ke-7, salahnya ibumu, dulu bikin kocokan nggak teliti akhirnya nama Bu Ida nggak ada di dalemnya, kalo ibumu teliti pasti nggak bakalan gini," jawab Bu Fitri."Halah, bukannya nggak teliti, Susi pasti sengaja curang," timpal Bu Ida, warna bibirnya yang merah membuat wajahnya semakin terlihat marah."Sebenernya aku ngerasa ada yang aneh dari bulan ke-3 tapi aku masih ragu, pas kemarin aku iseng minta kocokan dibuka semua, eh ternyata feelingku bener kalo namaku

    Last Updated : 2025-03-29
  • Jatah Bulanan Ibu Mertuaku   Lelah

    "Kalo ibu ikut, aku nggak usah pergi aja," ucapku.Ada lelah yang tidak bisa kujelaskan."Sekar ... aku pikir ibu nggak akan minta ikut, mau ngelarang juga nggak enak, maaf ...," ucapnya tertunduk lesu.Kubuang napas dengan kasar."Kar, kamu boleh benci ibuku sebanyak yang kamu mau, tapi jangan bermusuhan secara terang-terangan, bagaimana pun Bagas sama Tika ngeliat," ucap Mas Pamuji mencoba membuatku mengerti dengan nada yang lemas."Mas, kita udah bahas hal ini berkali-kali," ucapku sedikit berbisik agar Bagas dan Tika tidak mendengarnya."Iya, makanya aku minta maaf, bersabarlah Sekar, kali ini aja, aku mohon," ucap Mas Pamuji."Maaf Mas aku nggak bisa, kalimat 'yang waras ngalah' udah nggak berlaku lagi, coba kamu minta sekali aja ibumu yang ngalah biar kita tahu seberapa waras dia, karena kali ini aku yang mulai sakit mental karena kalian!" ucapku pelan tapi tegas."Jangan gitu, Kar. Besok-besok kita bisa pergi lagi tanpa ibu, aku janji akan lebih sering ngajak kalian pergi, biar

    Last Updated : 2025-03-29
  • Jatah Bulanan Ibu Mertuaku   Rahasia Masa Lalu

    "Ibu bisa tetap puas dengan hobinya berhaha-hihi dan berdrama, dan aku tetap tenang merawat Bagas dan Tika tanpa terpengaruh sikap ibumu yang absurd, bukankah ini solusi terbaik?"Hubunganku dengan Mas Pamuji semakin hari semakin renggang, ada tembok dingin yang sengaja kubangun untuk melindungi diriku sendiri. Dari sifat dan watak ibu, dan juga dari ketidak tegasan Mas Pamuji bersikap.Meski sekarang kopi dan teh kami setiap pagi terasa manis, tapi hubungan kami justru menghambar. Mungkin sekarang perut kami lebih terjamin, karena tidak ada lagi beras segelas yang harus dimasak lembek, tapi tidak ada lagi cinta yang terhidang sebagai lauk makan.Mungkin anak-anak kami sudah tidak lagi bersedih karena tidak mampu membeli mainan yang mereka mau, tapi canda tawa kami hampir tidak hangat lagi. Mungkin taraf hidup kami telah jauh lebih baik, tapi ranjang kami sepi tidak ada lagi obrolan hangat menjelang tidur malam.Untunglah Bagas dan Tika masih leluasa tertawa, terkadang karena mereka-l

    Last Updated : 2025-03-29
  • Jatah Bulanan Ibu Mertuaku   Jawaban Bude Rum

    "Sekar, kalo cuma ibu yang bermasalah sama Susi, mungkin aja ibu yang bermasalah. Tapi Susi bermasalah sama banyak orang, artinya dia sendirilah masalah itu!" pungkas Bu Wandi seraya pergi meninggalkanku dalam kekalutan.Kasihan sekali Mas Pamuji, aku benar-benar syok mengetahui kenyataan ini. Terbesit dalam pikiranku untuk menjauhkan Mas Pamuji dari ibu.Apa aku berdosa?Aku seharusnya memahami, sakit batin yang Mas Pamuji derita. Dia hanya ingin dicintai, hanya ingin ada seseorang yang nyaman untuk tempatnya pulang. Naluri seorang anak pastilah menganggap seorang ibu adalah segalanya.Aku kembali menyesal mendiamkannya selama ini, mengurungnya dalam tembok dingin, padahal dia berharap aku adalah tempatnya berkasih sayang tanpa tapi.Dengan hati kalut kutinggalkan Bagas dan Tika di rumah, Bagas sudah cukup besar untuk bisa kuandalkan. Aku pergi ke rumah Bude Rum untuk mencari kebenaran. Hanya Bude Rum yang kupercaya."Kenapa, Kar? Kok wajahmu kayak orang linglung begitu?" tanya Bude

    Last Updated : 2025-03-29
  • Jatah Bulanan Ibu Mertuaku   Aku Akan Melindungi Suamiku

    "Mau kondangan kemana Nur?" tanya Mas Pamuji."Ke luar kota Mas, sodaranya Mas Dani hajatan," jawab Nurma."Nggak usah dikasih, Mas! Giliran kita ada mobil tiba-tiba suaminya punya sodara di luar kota yang hajatan, gitu?" bisikku di telinga Mas Pamuji."Besok aku lembur, Nur, mobilnya kepake," tutur Mas Pamuji."Mas pake motor aja, dulu juga Mas pake motor terus," rajuk Nurma."Wong lemburnya juga keluar kota, kunjungan industri, mau ngeliat vendor baru," ucap Mas Pamuji."Dulu kerjaan Mas cuma di pabrik, sekarang kan harus sering ke luar kota, banyak mobilitasnya, makanya dikasih inventaris mobil, kalo enggak ya nggak dikasih sama kantor," lanjut Mas Pamuji menjelaskan.Nurma terlihat kesal, aku tidak peduli benar atau tidak alasan lemburnya Mas Pamuji, aku merasa puas. Kemana mereka saat kami susah?Saat kami punya mereka datang bagaikan lalat. Aku tidak akan membiarkan suamiku mengemis kasih sayang lagi pada mereka."Ya udah aku pinjemnya hari minggu aja," pinta Nurma pantang menye

    Last Updated : 2025-03-29
  • Jatah Bulanan Ibu Mertuaku   Permintaan Maaf Dari Ibu

    Kudekatkan mulutku ke telinga Ibu, kubisikan kalimat yang sudah kutahan-tahan."Mulai sekarang aku akan ngelindungin Mas Pamuji dari orang yang suka manfaatin dia, terutama dari orang yang udah mencoba membunuh Mas Pamuji sebelum dia lahir!"Mata ibu membelalak, dan aku puas.Sikap ibu yang terlihat sangat terkejut dan panik, menunjukan bahwa dia benar-benar pernah melakukan usaha aborsi itu. Rasa kecewaku semakin memuncak. Sebutan ibu hampir tidak pantas disandangnya.Nurma terlihat bingung menyaksikan ekspresi ibunya yang terkejut. Dadaku naik turun menahan emosi, keberanian yang kukumpulkan untuk melawan mereka sudah mulai berbaur dengan amarah."K-kamu?" ucap ibu tergagap."Iya, aku tahu semua!" tegasku."Ada apa, Bu?" tanya Nurma panik, dia yang datang dengan percaya diri sekarang terintimidasi."Dari mana kamu tahu?" tanya ibu sedikit berbisik, berusaha agar Nurma tidak tahu."Udah waktunya aja rahasia Ibu kebongkar," jawabku sengaja membuat ibu bingung."Jangan sok tahu kamu!"

    Last Updated : 2025-03-29

Latest chapter

  • Jatah Bulanan Ibu Mertuaku   Ibu Sedang Menebus Dosa

    "Jangan-jangan ibu diguna-guna?" ucap Nurma menduga-duga.Mas Pamuji yang sedang kalut pun tersulut dengan praduga dari Nurma, padahal benda-benda di tangannya lebih mirip benda yang telah lama dirawat, mungkin saja benda itu milik ibu."Mas ... itu bukan benda buat guna-guna perasaan deh," ucapku berusaha mengoyahkan prasangka buruk Mas Pamuji pada siapapun."Kita coba aja, Kar, tanya ke Mbah Sanusi," tutur Mas Pamuji.Kami semua pergi ke rumah Mbah Sanusi, seseorang yang dituakan di kampung Mas Pamuji. Aku tidak tahu kalau Mbah Sanusi ternyata bisa mengetahui hal-hal gaib semacam ini.Mobil terparkir di halaman sebuah rumah yang sederhana, meskipun begitu suasana hangat dan sejuk menyatu menjadi satu di hunian yang nyaman. Terlihat sekali kalau Mbah Sanusi orang yang taat.Kami bertiga dipersilahkan masuk. Sambil menyesap rokok lintingannya Mbah Sanusi menanyai maksud kedatangan kami."Mbah udah denger tentang Susi, Ji," ucap Mbah Sanusi."Iya, Mbah guru, kalau kata dokter ibu depre

  • Jatah Bulanan Ibu Mertuaku   Depresi Berat Dan Bungkusan Putih

    Setelah kepergian Rima, kami bersikap seolah tidak tahu apa-apa. Kami bergegas menyelesaikan urusan rumah dan kembali ke rumah kami yang baru secepatnya.Sedikit ada rasa yang mengganjal ketika kuturuti keinginan Mas Pamuji yang tidak mau mampir ke rumah ibu. Sejujurnya aku senang, hanya saja aku takut salah. Ya sudah, toh itu ibu Mas Pamuji, dan yang tidak mau datang anaknya sendiri, aku tidak ikut campur.Seminggu kemudian, ponselku dan Mas Pamuji terus berdering. Panggilan dari ibu dan juga Nurma, keduanya menanyakan keberadaan Rima. Sesuai perjanjian kami diam dan pura-pura tidak tahu. Keluarga Irfan berkali-kali datang ke rumah ibu, mereka masih menganggap ibu dan Nurma yang menyembunyikan Rima.Karena jarak kami jauh, sehingga memudahkanku dan Mas Pamuji untuk berbohong, kami akhirnya sibuk dan lupa pada masalah Rima meski ibu dan Nurma masih sering menghubungi kami dan menceritakan betapa kacaunya keadaan mereka.Ibu ... andai saja ibu tahu kepedihan Rima, pasti ibu akan berpi

  • Jatah Bulanan Ibu Mertuaku   Karma

    Aku bergantian mandi dengan Mas Pamuji, setelahnya kami pergi makan di luar berdua saja."Mas ... kamu nggak mau mampir ke rumah Ibu?" tanyaku pada Mas Pamuji."Nggak usahlah," jawab Mas Pamuji apatis."Kita kelarin aja urusan kita di sini, terus kita pulang," lanjut Mas Pamuji.Aku senang mendengarnya, tidak munafik bukan?"Ehm, seenggaknya mampir ke tempat Bude," ucapku lagi."Iya, nanti mampir," jawab Mas Pamuji.Kami membeli martabak dan buah-buahan untuk Bude Rum. Kali ini kami juga membelikan jajanan untuk cucu Bude Rum di mini market."Assalamualaikum," sapaku. Terdengar jawaban dari dalam rumah besar milik Bude."Waalaikumsalam, eh kamu, Kar? Apa kabar?" jawab Mbak Arum menyalamiku."Baik Mbak.""Kamu keliatan ganteng sekarang, Ji," ucap Mbak Arum menyalami Mas Pamuji."Ganteng dari dulu perasaan," jawab Mas Pamuji sambil terkekeh."Pakde mana?" tanya Mas Pamuji."Di dalam, cari aja," ucap Mbak Arum, Mas Pamuji pun masuk ke dalam."Mana Bagas sama Tika?" tanya Mbak Arum."Ngga

  • Jatah Bulanan Ibu Mertuaku   Jalan Kesuksesan

    "Harusnya kamu juga bersikap baik ke aku, atau ... jangan-jangan mereka juga udah ngebuang kamu sama Dani pas kalian susah begini?" tuturku menyindir, muka Nurma merah padam, dadanya naik turun tidak terima dengan ucapanku."Sekar!" seru Nurma."Jadi benar?" tanyaku mengulang.Tangan Nurma melayang ke wajahku dengan cepat, aku tidak punya waktu untuk menangkisnya, tapi aku masih sempat untuk menghindar."Nur!" bentak Mas Pamuji.Tangan Nurma hanya menabrak udara kosong. Tampaknya aku telah memasuki ranah sensitif pada diri Nurma. Ibu hanya bisa diam, sudah terlanjur malu."Kamu marah, Nur?""Enggak salah?""Kamu pun memperlakukan aku kaya gitu, enggak sadar atau emang sengaja?" tanyaku menahan kesal."Jangan ikut campur masalahku, Kar! Kalau nggak mau bantu ya sudah," seru Nurma, emosinya meninggi, dia benar-benar tersinggung."Bagus kalo gitu, kamu juga nggak usah ikut campur lagi, ngeliat saudara punya kok langsung panas, aku bisa baik kalau kamu baik, aku cuma menyesuaikan diri sam

  • Jatah Bulanan Ibu Mertuaku   Culas Dan Sombong

    "Rumahnya nggak usah dijual, kalo kamu mau pindah ke kampungnya Sekar yang di kaki gunung itu, ya pindah aja, kasian adekmu nggak punya rumah, kasih aja ke Nurma," ucap ibu.Inti kalimat yang sukses membuat mataku membelalak."Apa?!" seruku tidak percaya."Nggak bisa gitu dong, Bu," protes Mas Pamuji, penolakannya yang terlalu halus membuatku semakin kesal."Kasian sedikit lah sama aku, Mas, utang Mas Dani banyak, omongan tetangga semakin hari semakin nggak enak karena aku malah numpang di rumah ibu, aku juga sering berantem sama Mas Dani," lanjut Nurma mengiba."Ya nggak bisa, Nur, Mas udah cukup mbantu kamu dengan nggak minta pertanggung jawaban apapun ke kamu tentang mobil yang rusak, tentang skors yang harus Mas dapet dari perusahaan, tentang pemindahan bagian dan lainnya," jelas Mas Pamuji."Bahkan kejadian itu juga nambah alasan perusahaan buat ngeluarin Mas dari pekerjaan," lanjut Mas Pamuji."Sudahlah, Ji, itu udah berlalu, sesama saudara itu saling tolong menolong, siapa yang

  • Jatah Bulanan Ibu Mertuaku   Kok bisa?

    Aku mencoba memaafkan ibu meski dia tidak pernah meminta maaf, bukan karena aku baik, tapi karena aku harus sehat secara mental.Meskipun begitu adegan pelemparan uang di rumah bude masih belum bisa kulupakan. Aku tidak mengingatnya, aku justru berusaha keras melupakannya, tapi sulit rasanya, hampir di setiap mataku terpejam adegan itu kembali terbayang.Merasa terhina, rendah, dan dilecehkan. Aku tidak terima tapi tidak bisa melawan. Aku hanya bisa membayangkan jika aku bisa memutar kembali waktu, akan kutepis tangan ibu, atau paling tidak aku akan membela diri.Secara tidak sadar ucapan dan doa buruk ibu yang terus berulang telah mendoktrinku. Terekam di alam bawah sadar, membuat semua ucapan ibu seolah menjadi nyata.Aku sangat takut, cemas, dan insecure. Namun perlahan kucoba menggapai kembali kesadaranku, berkali-kali kuucapkan, ini bukan karma!Ini berkah, ini jawaban dari doa-doaku, ini jalan keluar dari masalah yang sudah membuatku muak, akhirnya aku bisa menjauh dari ibu, bah

  • Jatah Bulanan Ibu Mertuaku   Bukan Musibah Tapi ....

    Hari itu juga kami pergi ke rumah Mas Anjar diantar oleh Pakde menggunakan mobilnya. Tentu saja aku sangat terbantu mengingat banyaknya barang bawaanku.Mentalku semakin lemah. Aku ingin pergi sejauh mungkin dari ibu, dari makiannya, dari sumpah serapahnya, dari doa-doa buruk yang tidak pantas keluar dari mulutnya."Banyak-banyak beristighfar, mohon ampun, nggak akan rugi orang yang berbanyak-banyak meminta ampun pada Alloh. Mungkin ibu mertuamu salah, mungkin juga kalian salah dalam menegurnya. Nggak ada yang tahu. Hanya Alloh yang berhak menghakimi keadaan kalian."Nasehat Pakde akan selalu kuingat.*Kedatangan kami disambut hangat oleh Mas Anjar dan Mba Fatma, kakak iparku. Meskipun mereka sedikit heran melihat barang bawaan kami yang banyak, karena aku membawa semua baju dan mainan anak-anak, tapi mereka mengerti dan tidak terburu-buru banyak bertanya.Rumah yang Mas Anjar tempati adalah rumah masa kecil kami dulu, tempat dimana kenangan orang tuaku masih ada. Aku merasa nyaman d

  • Jatah Bulanan Ibu Mertuaku   Hinaan Ibu

    "Aku di-PHK, Kar," tuturnya."Hah? Di-PHK? Jangan bercanda, Mas," tegurku.Mas Pamuji tidak menjawab, dia melewatiku begitu saja dan merebahkan tubuhnya di sofa. Aku penasaran, tapi aku harus menata hatiku jika kabar ini bukan candaan dari Mas Pamuji.Kubuatkan secangkir teh dulu untuk Mas Pamuji seraya berpikir, dalam rangka apa perusahaan mengurangi karyawannya? Atau jangan-jangan Mas Pamuji membuat kesalahan?"Minum dulu, Mas," ucapku sambil meletakan secangkir teh itu di meja.Mas Pamuji bangkit dengan lesu kemudian menyeruput teh yang kubuat. Matanya tidak berani melihat ke arahku."Mas? Beneran di-PHK?" tanyaku coba memberanikan diri.Mas Pamuji hanya mengangguk pelan."Kenapa, Mas? Alasannya apa?" tanyaku tidak terima."Ada Manager yang nggak suka sama serikat pekerja, jadi ... dia memanipulasi data, membuat masalah seolah-olah anggota serikat yang buat," jelas Mas Pamuji."Jadi?""Ya jadi beberapa pengurus serikat disalahkan atas kerugian perusahaan karena masalah fiktif itu,

  • Jatah Bulanan Ibu Mertuaku   Kabar Buruk Setelah Kabar Buruk

    "Tika ketabrak mobil, sekarang di rumah sakit! Kita kocar kacir nyariin kamu dari tadi!"Ibu berteriak, bukan suara keras ibu yang membuat kesadaranku berhamburan, tapi kabar yang ibu sampaikan membuatku panik.Aku diam, aku nge-blank. Aku berusaha mencerna kabar yang ibu bawa. Aku tidak peduli lagi pada kesengajaan ibu memakiku di depan umum."Heh! Sekar! Malah bengong anak di rumah sakit kamu malah diem nggak cepet tanggap!""Begini nih, mantu durhaka, sibuk nilai kekurangan mertuanya tapi lupa sama kewajiban sendiri!" maki ibu lagi.Sakit!Tapi kalimatnya berhasil membuat pikiranku yang syok kembali bekerja normal."Ditabrak dimana, Bu? Kok bisa? Mereka udah pulang tadi?" tanyaku bingung."Harusnya ibu yang nanya! Kamu itu ibu mereka bukan?!" hardik ibu."Rumah sakit mana, Bu?" tanyaku panik."Rumah sakit Permata keluarga, udah susul sana! Dari tadi dicariin juga!" teriak ibu kasar. Suaranya keras menggema kemana-mana, semua orang mendengar.Aku pantas menerimanya. Aku teledor. Sei

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status