Semua Bab Kekasih Suamiku: Bab 1 - Bab 10

15 Bab

BAB 1

"Halo, Mbak Jihan, perkenalkan, aku Ralin, kekasih suamimu."Mendadak ruangan yang diperuntukkan bagi talent berdandan itu hening. Tempat yang tadinya ramai oleh canda dan tawa menjadi senyap seketika. Ruangan itu sempurna tanpa suara. Hanya terdengar pendingin ruangan yang berdesing pelan menandakan benda itu bekerja secara maksimal.Hampir secara bersamaan, semua orang yang ada di ruangan itu menoleh pada gadis muda yang berdiri santai di samping meja rias Jihan. Wanita itu tersenyum lebar dan mengulurkan tangan pada Jihan yang masih terpaku menatapnya dengan wajah kebingungan. Ketukan di pintu membuat kesibukan yang sempat terhenti menggeliat kembali. “Jihan, siap-siap yuk. Giliran kamu perform lima menit lagi.”“Oke, Mas Galang.” Jihan mengangkat jempol sambil mengedipkan mata pada crew stasiun televisi swasta itu. “Sudah, Kak?” Jihan menoleh pada Sisi, MUA yang sejak tadi memoles wajahnya dengan riasan dan memastikan pakaian yang dia kenakan menempel dengan sempurna di tubuh lan
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-12
Baca selengkapnya

BAB 2

“Nanti ya, Kak? Aku persiapan tampil dulu. Sebentar lagi giliranku.” Ralin tersenyum lebar pada beberapa wartawan yang sejak tadi terus mengikutinya kemanapun. Gadis itu berjalan cepat meninggalkan awak media yang terus menanyakan tentang ucapannya pada Jihan tadi.Saat akan naik ke panggung, Ralin melihat Jihan sedang melakukan konferensi pers. Kembalinya Jihan ke dunia modeling yang sepuluh tahun ini ditinggalkannya memang menarik atensi publik cukup tinggi. Di sampingnya, lelaki bertubuh atletis dengan tinggi seratus delapan puluh sentimeter duduk mendampingi sambil sesekali bercanda dengan dua mereka.Ralin menarik napas panjang. Dia urung melanjutkan langkah saat Aditya menoleh. Hatinya bergemuruh ketika tatapan mereka bertemu. Walau jarak mereka cukup jauh, Ralin dapat merasakan sorot mata lelaki itu menatapnya tajam. Sekejap, pria berusia empat puluh satu tahun itu langsung mengalihkan pandangan lagi.Ralin tersenyum tipis. Dia menarik napas panjang untuk mengendalikan getar-ge
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-12
Baca selengkapnya

BAB 3

“Apa salah satu alasan Jihan kembali ke dunia modeling adalah karena merasa kalah saing dengan Ralin?”“Ralin?” Aditya menautkan alis dan secara refleks mengulangi nama yang disebutkan oleh awak media barusan. Dia menoleh cepat pada Jihan yang juga sedang menatap dirinya dengan sorot mata yang sulit diartikan.“Apa Anda mengenal Ralin?” Sontak para awak media langsung fokus pada Aditya. Lelaki itu menarik napas panjang. Rahangnya terkatup rapat, dia tidak menyangka pertanyaan itu akan muncul malam ini.“Saya merasa inilah saatnya saya kembali ke dunia yang sudah membesarkan nama saya.” Jihan menjawab tenang saat keadaan mulai tidak terkendali. “Kedua anak saya sudah mandiri. Rayna sepuluh tahun dan adiknya, Damar, sebentar lagi genap berusia tujuh tahun.” Jihan tersenyum lebar. Tangannya bergerak menggandeng tangan Aditya.“Saya merindukan masa-masa saat menjadi model. Masa-masa penuh perjuangan dulu sebelum saya dipersunting oleh lelaki tampan di samping saya ini.” Jihan dan Aditya b
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-12
Baca selengkapnya

BAB 4

“Ya, aku mundur.”Aditya menegakkan badan. Tubuhnya terasa kaku seketika. Dia menatap Jihan tidak percaya. Suara lembut istrinya barusan terasa menghantam dadanya.“Aku menyerah di usia sebelas tahun pernikahan kita.” Jihan menekan dada. Bibirnya tertarik membentuk segaris senyuman tipis. Ucapan suaminya barusan kembali terngiang di telinga. “Saya begini dari dulu. Kamu juga tahu itu. Kalau kamu tidak terima, silahkan mundur!” Ah … ringan benar kalimat itu keluar dari bibir Aditya. Seolah dia tak ada harganya sebagai seorang istri dari dua anaknya.“Apa maksudmu?” Napas Aditya memburu. Lelaki itu menajamkan pandangan melihat Jihan justru tersenyum diantara tangis. Dia tersengal saat Jihan mengangkat kepala. Mereka bertemu pandang. Tatapan itu, mata cemerlang Jihan menampakkan luka yang teramat sangat.Aditya memalingkan wajah. Dia tidak sanggup melihat wajah Jihan yang basah. Selama mereka menikah, baru kali ini dia melihat istrinya itu meneteskan air mata.“Seperti yang Mas ucapkan
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-12
Baca selengkapnya

BAB 5

“Mau kemana?” Aditya menautkan alis melihat Jihan yang sedang memoles wajah di depan meja rias. Lelaki itu melirik jam mewah di tangannya, hampir tepat jam empat. Setelah proses penandatanganan kontrak kerjasama dengan pelanggan baru selesai, dia memang langsung pulang.“Mas sudah pulang?” Jihan bertanya heran. Wanita itu mengambil tas kerja suaminya dan mencium tangan Aditya.Inilah yang Aditya suka, semarah apapun, Jihan tetap menghormatinya sebagai suami dan melayaninya dengan baik. Bahkan, setelah perdebatan mereka tadi malam yang membuat Jihan berkeras ingin bercerai, wanita itu tetap menjalankan kewajibannya saat Aditya meminta hak. Seminggu mengurus pekerjaan di luar kota membuat keinginan itu begitu kuat.“Tumben.” Jihan tersenyum tipis. Dia kembali melanjutkan merias wajah setelah meletakkan tas kerja Aditya. Mendadak, Jihan tertawa kecil. Dia merasa geli melihat Aditya sudah di rumah sesore ini. Biasanya, lelaki itu selalu pulang di atas jam sembilan malam. Paling cepat jam
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-12
Baca selengkapnya

BAB 6

Aditya menghembuskan napas kencang. Baru kali ini Jihan sangat keras. Walaupun sikapnya tetap lembut seperti biasa, tapi wanita itu tegas mengatakan keputusan yang akan dia ambil.Mereka diam sepanjang sisa perjalanan. Jihan memilih menyibukkan diri memperhatikan kendaraan yang berlalu lalang. Sesekali, wanita itu membenarkan hijab yang dia kenakan. “Kenapa berhijab?” Aditya mendadak teringat pertanyaannya setahun yang lalu. Mereka akan menghadiri acara gathering keluarga bersama karyawan hari itu. Aditya sedikit heran karena Jihan tampil dengan tunik selutut dan hijab kekinian.“Tidak apa-apa. Aku mulai rutin mengikuti kajian, Mas. Tahun depan usiaku menginjak pertengahan kepala tiga, aku ingin mulai memperbaiki diri.”Aditya hanya mengangguk mendengar jawaban istrinya saat itu. Sejujurnya, Jihan terlihat sangat manis dengan hijab bunga-bunga yang dia kenakan. Namun, lidahnya kelu untuk memuji. Bertahun-tahun kata rayuan sudah tak pernah lagi dia ucapkan. Lagipula, tanpa dia katakan
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-11
Baca selengkapnya

BAB 7

Satu jam lebih dua puluh menit, pemotretan akhirnya selesai. Jihan langsung menuju ruangan untuk beristirahat yang sudah disediakan. Sebagai model senior yang sudah punya nama, dia memang diistimewakan.Ah … tidak mudah untuk sampai di tahap ini. Dulu, masa-masa masih merintis, ruangan tempat dia istirahat itu bisa ditempati sampai belasan model. Mereka berjubel menunggu giliran. Sesak. Lapar. Lelah. Semua rasa berbaur menjadi satu.Makan tisu yang dicelupkan pada air lemon sudah menjadi konsumsi sehari-hari untuk mengganjal perut saat sedang ada event. Semua dilakukan oleh para talent agar tetap langsing dan memenuhi kriteria yang dibutuhkan oleh penyelenggara acara.Dimarahi, dicaci, semua sudah dia lewati. Jihan kenyang oleh makian saat namanya belum diperhitungkan. Sungguh, gemerlap dunia model yang selalu tampil cantik dan penuh kemewahan tak seindah yang selalu diperlihatkan.“Foto-foto kemesraan Ralin dan Aditya menggemparkan media hari ini. Di salah satu foto dengan latar Mena
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-11
Baca selengkapnya

BAB 8

“Kamu serius mau mengajukan gugatan?”Jihan yang sedang merapikan kotak bekal menatap Aditya yang berdiri di pintu dapur. Lelaki itu menarik napas panjang dan menarik kursi. Dia duduk diam memperhatikan tangan istrinya yang cekatan menyiapkan perbekalan.“Buahnya mau langsung di iris semua, Bu?” Rumi, wanita setengah baya yang sudah bekerja di rumah mereka sejak Damar lahir mendekat sambil membawa buah-buahan yang sudah dicuci.“Melon dan pepaya dipotong kotak kecil-kecil, Bi, biar gampang nanti dimakan pakai garpu. Mangga sama apel bawa masing-masing tiga saja. Langsung taruh di rantang saja, nanti biar saya kupas sendiri. Terima kasih ya, Bi.” Jihan memberikan arahan sambil tangannya sibuk memasukkan ayam masak rica-rica, sambal, rebusan labu siam, buncis dan bayam.“Tolong ambil kerupuk udang itu, Mas.” Jihan menunjuk toples besar di samping Aditya. “Terima kasih.” Jihan tersenyum tipis. Wanita yang memiliki alis tebal itu langsung sibuk menata perbekalan dalam satu keranjang.“Kam
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-11
Baca selengkapnya

BAB 9

“Bersiap-siaplah, Mas, anak-anak sudah menunggu.” Jihan melepaskan pelukan saat suara riang Rayna dan Damar terdengar di luar sana. Dia bergegas menuju meja rias dan memoles sedikit make up agar wajahnya yang habis menangis tidak kentara.Seperti biasa, setiap akhir pekan di minggu ketiga mereka akan jalan-jalan. Kemana saja. Menikmati waktu bersama sambil membawa perbekalan sendiri. Bulan kemarin mereka berkemah di kaki bukit perbatasan kota. Dua bulan sebelumnya mereka menghabiskan waktu seharian dengan bermain di waterboom pusat kota. Hari ini, tujuan mereka adalah pantai. Asin angin laut dan debur ombak sepertinya cocok untuk menghabiskan waktu bersama keluarga.“Aku di depan!” Rayna langsung membuka pintu mobil dan bergegas menguncinya.“Rayna, jangan lari-lari! Nanti jatuh.” Jihan melotot pada Rayna yang sudah duduk di kursi depan mobil.“Kak Rayna curang! Bulan kemarin Kakak sudah di depan. Hari ini giliran Damar yang duduk sebelahan sama Papa. Buka!” Damar memukul-mukul kaca m
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-11
Baca selengkapnya

BAB 10

“Damar! Damar! Aduh! HAHAHA … Damar, awas kamu ya!” Rayna berteriak-teriak di antara tawanya. Anak wanita berkulit putih yang rambutnya dikepang dua itu terpingkal-pingkal. Bajunya basah dan kotor terkena pasir. Sejak tadi, dia dan Damar saling dorong saat ombak datang.“Dih! Kak Rayna curang!” Damar menatap kesal pada kakaknya yang kembali tertawa-tawa. Rayna bahkan sampai meringkuk di pasir setelah menghancurkan istana pasir buatan Damar. “Kita berdamai saja! Tadi kamu duluan yang menarik-narik bajuku sampai terjatuh dan basah begini ‘kan?” Rayna nyengir sambil mendekati Damar yang sedang menatap istana pasirnya yang sudah tidak berbentuk lagi. Dia mengibas-ngibaskan baju agar pasir yang menempel berjatuhan.“Ish! Kak Rayna!”Rayna kembali tertawa kencang melihat wajah Damar yang cemberut karena terkena pasir dari bajunya. Mereka memang senang sekali bertengkar. Bahkan hal-hal remeh pun bisa menjadi perdebatan panjang.Di sini, Jihan tersenyum lebar melihat kedua anaknya yang asik
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-11
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status