Semua Bab CEO Amnesia Mencari Cinta Yang Hilang: Bab 11 - Bab 20

40 Bab

Bab 11: Gedung yang Berubah

Lalu lintas Jakarta siang itu terasa lebih padat dari biasanya. Dari jendela Mercedes hitam yang dikemudikan Rafi, Damian memandang ke luar dengan pikiran kosong. Cincin pertunangan Eliza aman tersimpan di laci meja kerjanya, tapi liontin matahari miliknya masih berada di saku Damian—sentuhan dingin logam yang entah kenapa memberikan ketenangan aneh."Kau yakin tentang ini, Dam?" tanya Rafi, memecah keheningan. "Bertemu Vianna di kantor?""Lebih baik di kantor," jawab Damian datar. "Tempat netral, banyak saksi."Rafi mengangguk setuju, tapi ekspresinya tetap cemas. "Aku sudah mengirimkan file-file tentang pemecatan Vianna ke emailmu. Mungkin sebaiknya kau membacanya sebelum bertemu dengannya.""Nanti," gumam Damian, tatapannya masih tertuju ke luar jendela. Pikirannya masih dipenuhi surat Eliza, kata-kata yang begitu tulus hingga terasa seperti pisau yang mengiris. Bagaimana mungkin ia melupakan seseorang yang begitu berarti?Mobil berbelok masuk k
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-10
Baca selengkapnya

Bab 12: Produk yang Tak Dikenal

"Lantai 20 sampai 25 adalah pusat pengembangan teknologi kita," jelas Rafi saat mereka keluar dari lift. Damian mengikuti dengan dahi berkerut, mencoba menyerap semua informasi baru. "Di sinilah tim kita mengembangkan seluruh lini produk HomeSense.""HomeSense," ulang Damian, merasakan nama itu di lidahnya. Dalam ingatannya, HomeSense hanyalah proyek konsep—sistem otomasi rumah sederhana yang baru dalam tahap pengembangan awal. "Ceritakan lebih banyak tentang itu."Rafi mengarahkannya ke sebuah ruangan luas dengan dinding kaca—innovation center yang dipenuhi insinyur dan desainer yang bekerja di berbagai workstation."HomeSense adalah flagship product LTI sekarang," Rafi mulai menjelaskan. "Kita meluncurkan versi pertamanya dua setengah tahun lalu—sistem otomasi rumah dasar dengan kontrol suara dan aplikasi. Sukses besar, tapi HomeSense 2.0 yang benar-benar mengubah perusahaan."Mereka berhenti di depan sebuah ruangan yang dirancang seperti apartemen mode
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-10
Baca selengkapnya

Bab 13: Rapat yang Kacau

Gedung LTI pagi itu dipenuhi atmosfer tegang. Berita tentang kembalinya Damian ke kantor menyebar cepat, menciptakan gelombang spekulasi di kalangan karyawan. Berbagai skenario beredar—mulai dari kekhawatiran akan restrukturisasi hingga harapan akan kepemimpinan baru yang lebih segar.Damian memasuki ruang rapat di lantai 40 dengan langkah tegap yang tidak mencerminkan kegugupan di dalamnya. Ruangan berukuran besar itu memiliki jendela dari lantai hingga langit-langit, memberikan pemandangan 360 derajat kota Jakarta. Meja rapat oval besar terbuat dari kayu jati solid, dikelilingi kursi kulit hitam yang hampir semuanya telah terisi."Selamat pagi," sapa Damian, mengambil tempat di kepala meja. Rafi duduk di sebelah kanannya, memberinya anggukan penuh dukungan."Damian!" Robert Chen, anggota dewan senior, adalah yang pertama menyapanya. "Senang melihatmu kembali. Bagaimana kesehatanmu?""Membaik, terima kasih," jawab Damian singkat, menghindari detail
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-10
Baca selengkapnya

Bab 14: Saham Anjlok

 Headline surat kabar bisnis Jakarta pagi itu bagaikan tamparan keras: "SAHAM LTI ANJLOK 15% SETELAH KONFIRMASI AMNESIA CEO DAMIAN LESMANA" Damian membaca artikel tersebut dengan dahi berkerut dalam. Menurut laporan, sumber internal LTI mengonfirmasi bahwa ia menderita amnesia retrograde yang menghapus ingatannya selama tiga tahun terakhir—tepat periode di mana perusahaan mengalami transformasi terbesar. "Siapa yang membocorkan ini?" geram Damian, membanting koran ke meja ruang kerjanya. Rafi berdiri di depannya, ekspresinya sama geramnya. "Kita sedang menyelidikinya," jawab Rafi. "Tapi kerusakan sudah terjadi. Pasar bereaksi panik. Investor khawatir tentang stabilitas kepemimpinan perusahaan." 
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-11
Baca selengkapnya

Bab 15: Kepercayaan Dipertanyakan

 Kafe Enigma terletak di kawasan Senopati, jauh dari gedung pencakar langit SCBD. Desain interiornya perpaduan industrial dan vintage—dinding bata ekspos, lampu gantung dengan bohlam edison, dan furnitur kayu tua yang direstorasi. Tempat yang populer di kalangan profesional kreatif Jakarta. Damian tiba lima belas menit lebih awal, sengaja memilih meja di sudut yang sama seperti yang dideskripsikan Eliza dalam suratnya—tempat pertemuan pertama mereka tiga tahun lalu. Sepanjang perjalanan ke kafe, pikirannya dipenuhi strategi untuk menyelamatkan perusahaan dari krisis yang sedang terjadi. Tapi saat duduk menunggu, semua pikiran itu tergantikan oleh kegelisahan tentang pertemuan dengan Eliza. Tepat pukul dua, pintu kafe terbuka dan Eliza melangkah masuk. Bahkan dari kejauhan, Damian bisa melihat perubahan padanya—lingkaran hitam tipis di bawah matan
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-11
Baca selengkapnya

Bab 16: Pesan Misterius

Sore menjelang di mansion Lesmana. Hujan rintik-rintik mulai turun, menciptakan melodi lembut di atap kaca studio lukis yang kini sepi. Tiga hari telah berlalu sejak pertemuan Damian dan Eliza di Kafe Enigma. Pertemuan itu berakhir dengan kesepakatan tentatif—Eliza setuju membantu dengan preview HomeSense 3.0, tetapi hubungan personal mereka masih berada di zona abu-abu.Damian duduk di ruang kerjanya, jemarinya dengan cepat mengetik email kepada Michelle Tanuwijaya tentang persiapan event eksklusif untuk investor dan media terpilih. Meskipun saham LTI mulai menunjukkan tanda-tanda stabilisasi, ancaman dari Robert Chen masih menjadi bayang-bayang gelap yang mengganggu pikirannya."Kirana," panggil Damian saat melihat kepala pelayan setia keluarganya melewati pintu yang sedikit terbuka."Ya, Tuan?" Kirana muncul di ambang pintu, wajahnya selalu menampilkan ketenangan yang sama seperti yang Damian ingat."Tolong buatkan kopi. Sepertinya malam ini akan panja
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-11
Baca selengkapnya

Bab 17: Pertemuan Berbahaya

Langit Jakarta masih mendung ketika Damian melangkah memasuki lobi gedung LTI. Jam tangannya menunjukkan pukul 09:45, memberinya waktu lima belas menit sebelum pertemuan dengan Vianna."Pagi, Tuan Lesmana," sapa resepsionis. "Tuan Pratama sudah menunggu di ruang meeting lantai 38.""Terima kasih," Damian mengangguk singkat, melangkah menuju lift eksekutif.Di perjalanan naik, Damian mengulang rencana mereka. Rafi akan hadir sebagai saksi, merekam pembicaraan secara diam-diam. Michael Wong ditempatkan di ruangan sebelah dengan akses audio, memberikan informasi melalui earpiece tersembunyi yang kini Damian kenakan.Pintu lift terbuka di lantai 38. Rafi sudah menunggu, wajahnya menunjukkan kecemasan."Dia sudah datang?" tanya Damian."Belum," jawab Rafi. "Tapi keamanan memberitahu dia sedang dalam perjalanan naik. Dam, sekali lagi kuperingatkan—""Aku tahu," potong Damian pelan. "Jangan percaya apapun yang dia katakan tanpa bukti konkret
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-12
Baca selengkapnya

Bab 18: Kebohongan Pertama

Damian menatap pesan Eliza di ponselnya sekali lagi. Kafe Enigma, jam 2. Jemarinya mengetikkan balasan singkat: "Maaf, ada urusan mendadak. Bisakah kita reschedule besok?" Meski sebagian dirinya ingin langsung mengonfrontasi Eliza tentang Dani Sasongko, instingnya mengatakan ia perlu lebih banyak informasi terlebih dahulu.Lima menit kemudian, pesan lain masuk di ponselnya. Bukan dari Eliza, tapi dari Vianna: "Aku punya kenangan pribadi yang mungkin membantu ingatanmu. Makan siang di Altitude Restaurant, Hotel Mulia, 12:30?"Damian meraih jasnya, memutuskan untuk bertemu Vianna. Bukan karena mempercayainya, tapi untuk memahami lebih jauh permainan yang sedang dijalankan wanita itu."Terima kasih sudah meluangkan waktu, Damian," sapa Vianna saat Damian tiba di restoran mewah lantai atas Hotel Mulia. Dia terlihat anggun dalam dress navy yang elegan."Langsung saja, Ms. Darmawan," Damian duduk tanpa basa-basi. "Kau bilang memiliki informasi
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-12
Baca selengkapnya

Bab 19: Keraguan Tertanam

Amplop yang diberikan Vianna terasa berat di saku jas Damian. Sepanjang perjalanan dari Hotel Mulia kembali ke kantor LTI, pikirannya dipenuhi tanda tanya. Siapa yang mengirim pesan misterius tentang neurotoksin? Bagaimana Vianna mengetahui detail-detail pribadinya yang begitu spesifik?Di ruang kerjanya, Damian memastikan pintu terkunci sebelum mengeluarkan amplop pemberian Vianna. Dengan hati-hati, ia menumpahkan isinya ke atas meja—lebih banyak foto, beberapa tiket konser dengan tanggal tiga tahun lalu, dan sepucuk surat dengan tulisan tangan yang mengklaim sebagai tulisannya sendiri.Foto-foto itu menunjukkan dirinya dan Vianna dalam berbagai kesempatan dan lokasi. Damian mengamati tiap foto dengan cermat, mencari tanda-tanda manipulasi digital. Beberapa terlihat meyakinkan, tapi beberapa lainnya mencurigakan.Ponselnya berdering. Rafi."Kau di mana?" tanya Rafi langsung. "Aku mencarimu sejak tadi.""Di kantorku," jawab Damian. "Ada perkembanga
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-12
Baca selengkapnya

Bab 20: Latar Belakang Gelap

Cilandak, Jakarta Selatan, 1998.Hujan deras mengguyur permukiman kumuh di pinggiran kota. Di salah satu rumah berdinding triplek tipis, seorang gadis berusia enam belas tahun meringkuk di sudut kamar sempit, kedua tangannya menutup telinga. Di luar, teriakan ayahnya yang mabuk bercampur dengan suara tangis ibunya."Aku sudah muak dengan kehidupan ini!" teriak sang ayah, diikuti suara barang pecah. "Sudah cukup susah mencari uang, dan kau masih minta lebih?""Aku hanya minta uang untuk sekolah Vianna," suara lemah ibunya terdengar memohon. "Dia pintar, dia bisa jadi orang. Tidak seperti kita."Tamparan keras terdengar, diikuti isak tangis tertahan.Vianna Hartati—nama aslinya sebelum mengubahnya menjadi Vianna Darmawan—mengepalkan tangannya erat-erat. Air mata mengalir di pipinya yang tirus, tapi tidak ada isakan yang keluar. Dia sudah lama belajar untuk menangis dalam diam.Di tangannya tergenggam surat pemberitahuan beasiswa da
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-13
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status