Semua Bab CEO Amnesia Mencari Cinta Yang Hilang: Bab 21 - Bab 30

40 Bab

Bab 21: Wajah dari Masa Lalu

Sore itu, Galeri Spectrum diselimuti cahaya lembut senja yang menembus jendela kaca besar. Eliza Valentina sedang menyelesaikan penyusunan katalog pameran tunggalnya yang akan dibuka minggu depan. Meski tangannya sibuk bekerja, pikirannya terus melayang pada Damian dan situasi rumit yang mereka hadapi. Upayanya mengalihkan pikiran dari kekacauan hubungan mereka tampak sia-sia."Mungkin warna biru lebih cocok untuk sampulnya," gumam Eliza pada dirinya sendiri, jemarinya dengan cekatan mengganti template di laptopnya. Sudah hampir tiga jam ia berkutat dengan desain yang sama, mencoba mencapai kesempurnaan yang mungkin hanya pengalihan dari masalah pribadinya."Kau selalu menyukai warna biru. Beberapa hal tidak berubah, ya?"Suara familiar itu membuat Eliza seketika membeku. Detak jantungnya terasa berhenti sesaat. Perlahan ia mengangkat wajah, matanya melebar melihat sosok di depannya. Tidak mungkin, pikirnya, ini pasti halusina
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-13
Baca selengkapnya

Bab 22: Penawaran Bantuan

Keesokan harinya, Eliza duduk gelisah di kafe kecil tidak jauh dari apartemennya, jemarinya terus menggenggam liontin matahari di lehernya seperti jimat perlindungan. Semalaman ia nyaris tidak bisa tidur, memikirkan pesan misterius Dani dan potensi keterlibatannya dalam situasi Damian. Apakah ia harus mempercayai pria yang pernah menghancurkan hatinya lima tahun lalu?Pengunjung kafe pagi itu sedikit, kebanyakan pekerja kantoran yang mampir sebelum berangkat kerja. Dinding kaca kafe memperlihatkan kesibukan jalan di luar, kontras dengan kegelisahan Eliza yang tertahan. Ia telah tiba lima belas menit lebih awal, memesan secangkir teh herbal yang kini hampir tak tersentuh.Tepat pukul sepuluh, Dani memasuki kafe, mengenakan pakaian yang jauh lebih kasual dibandingkan penampilannya di galeri kemarin—kemeja lengan panjang digulung dan celana chino, tampak lebih seperti Dani yang dulu ia kenal. Tanpa jas dan dasi, ia terlihat lebih manusiawi, lebih d
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-13
Baca selengkapnya

Bab 23: Kenangan Masa Lalu

 Malam itu, Eliza duduk di tepi tempat tidurnya, memandangi kotak kayu berukir yang sudah lama tersimpan di bagian belakang lemarinya. Ia telah menghabiskan hampir satu jam hanya untuk memutuskan apakah akan membukanya atau tidak. Kotak itu seperti kotak Pandora—sekali dibuka, semua kenangan yang telah ia kubur akan meledak keluar dan mungkin tidak bisa dikembalikan.Dengan tangan sedikit gemetar, ia akhirnya mengangkat tutupnya, mengeluarkan sekumpulan foto dan surat dari masa kuliahnya. Aroma samar kertas lama dan parfum yang dulu ia gunakan menyeruak, membawa gelombang nostalgia yang hampir menyesakkan.Pertemuannya dengan Dani hari ini membangkitkan memori yang telah lama ia kubur, memaksa Eliza melihat kembali bagian hidupnya yang telah ia tutup rapat-rapat.Universitas Seni Ja
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-14
Baca selengkapnya

Bab 24: Keraguan Eliza

Gedung LTI menjulang di hadapan Eliza, merefleksikan cahaya matahari sore. Ia menarik napas dalam-dalam sebelum melangkah masuk, liontin matahari terasa hangat di dadanya. Makan malam dengan Damian telah diubah menjadi pertemuan persiapan preview HomeSense 3.0 di kantor.Eliza tidak punya waktu memeriksa isi flashdisk dari Dani sebelum pertemuan. Ia hanya memindahkannya ke flashdisk lain dan menyembunyikan yang asli di apartemennya, berjaga-jaga jika ada yang mencoba mengambilnya."Eliza!" Michelle Tanuwijaya, direktur pemasaran, menyambutnya hangat di lobi. "Syukurlah kau datang. Kami membutuhkan mata desainermu untuk presentasi.""Tentu," Eliza tersenyum, berusaha terlihat profesional meski pikirannya masih dipenuhi peringatan Dani tentang Vianna. "Aku membawa beberapa alternatif desain seperti yang kita diskusikan sebelumnya." "Perfect!" Michelle menepuk tangannya sekali, dengan antusiasme khasnya. "Damian sangat mengharapkan idemu. Amnesia atau
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-14
Baca selengkapnya

Bab 25: Latar Belakang Dani

Silicon Valley, California, empat tahun lalu.Dani Sasongko berdiri di depan gedung perusahaan venture capital ternama, kemeja terakhirnya yang masih bersih disetrika rapi. Ini pitching kesembilannya bulan ini, untuk startup yang ia bangun selama dua tahun sejak lulus MIT. TechNebula—platform cloud computing dengan algoritma AI yang ia kembangkan sendiri."Maaf, Mr. Sasongko," seorang wanita dengan setelan bisnis sempurna menyampaikan dengan nada profesional. "Dewan investor kami memutuskan untuk tidak melanjutkan pendanaan.""Tapi mereka bahkan tidak melihat demonstrasi lengkapnya," protes Dani."Mereka merasa teknologi Anda memiliki potensi, tapi model bisnisnya belum matang," wanita itu melanjutkan. "Dan kompetisi di se
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-14
Baca selengkapnya

Bab 26: Konfrontasi Panas

"Jadi ini yang kau sebut kebetulan?" Damian menggebrak meja, suaranya menggema di ruang konferensi kosong. "Mantan kekasihmu kebetulan menjadi investor LTI? Kebetulan menemuimu tepat saat aku mengalami amnesia? Dan kebetulan juga kalian berdua terlihat sangat akrab di kafe dua hari lalu?"Eliza berdiri kaku, masih terkejut dengan foto-foto yang ditunjukkan Vianna. Ada foto-foto lama dirinya dengan Dani di kampus—yang wajar dimiliki sebagai kenangan—tapi juga beberapa foto yang tampak baru dan diambil secara diam-diam, menunjukkan mereka bertemu di kafe dua hari lalu. Vianna telah menjelaskan dengan detail bagaimana DS Tech secara sistematis mengakuisisi saham LTI melalui berbagai perusahaan cangkang tepat setelah kecelakaan Damian."Itu bukan seperti yang kau pikirkan," Eliza berusaha menjelaskan, suaranya gemetar. "Ya, aku bertemu D
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-15
Baca selengkapnya

Bab 27: Tuduhan Brutal

Ruang konferensi lantai 38 LTI berubah menjadi arena pertempuran emosional. Vianna meletakkan folder baru di hadapan Damian, membukanya dengan gerakan dramatis."Ini adalah dokumen yang memberatkan lainnya," ucapnya dengan nada profesional. "Perjanjian konfidensial antara Eliza dan DS Tech yang berhasil kami lacak."Damian menatap dokumen tersebut, rahangnya mengeras. Berita tender offer DS Tech masih menggantung di udara seperti kabut beracun, menciptakan ketegangan yang nyaris bisa disentuh. Di luar, langit Jakarta mulai menggelap dengan awan mendung, mencerminkan suasana di dalam ruangan."Katakan padaku, Eliza," suara Damian rendah dan berbahaya, seperti predator yang siap menyerang. "Apa tujuan sebenarnya kau mendekati LTI? Karena sekarang semua terlihat sangat jelas."
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-15
Baca selengkapnya

Bab 28: Eliza Terjatuh

Tuduhan demi tuduhan Damian terus menghujani Eliza seperti pecahan kaca yang mengiris jiwanya. Tanpa sadar, ia meraih botol air di meja, tangannya gemetar saat meneguk isinya, berharap dapat menenangkan diri. Ruangan itu mulai terasa berputar, suara Damian semakin jauh seolah datang dari terowongan panjang. Vianna berdiri di belakang Damian, wajahnya menunjukkan simpati palsu namun matanya berkilat penuh kemenangan."Aku telah memeriksa semua kontrak yang kau tandatangani sebagai desainer HomeSense," Damian melanjutkan, suaranya dipenuhi kemarahan dan pengkhianatan. "Klausul royalti yang kau masukkan memberimu akses ke sebagian keuntungan produk. Awalnya kupikir itu wajar, tapi sekarang jelas itu bagian dari rencana besar. Berapa banyak informasi yang kau bagi dengan Dani dari hasil uji pasar kita? Data pengguna? Roadmap pengembangan?"
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-15
Baca selengkapnya

Bab 29: Kemenangan Vianna

Di ruang VIP klinik LTI di lantai 10, Eliza terbaring dengan selang oksigen di hidungnya. Dua jam telah berlalu sejak ia kolaps di ruang konferensi. Dr. Maya Suryadi, dokter perusahaan, baru saja selesai memeriksanya untuk kedua kalinya. Damian berdiri di pojok ruangan, wajahnya menunjukkan campuran emosi—kemarahan, kebingungan, kelelahan, dan meski ia enggan mengakuinya, kekhawatiran. Kilatan ingatan yang ia alami tadi membuatnya gelisah, tapi ia menepis perasaan itu sebagai ilusi."Dia mengalami serangan panik akut disertai hiperventilasi," jelas Dr. Maya, melepas stetoskopnya. "Tekanan darahnya juga sangat rendah, 90/60, tidak ideal. Ditambah kadar gula darah di bawah normal. Apa dia memiliki riwayat kondisi ini sebelumnya?"Damian tidak menjawab, matanya menatap kosong ke arah jendela yang menampilkan langit Jakarta yang semakin
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-16
Baca selengkapnya

Bab 30: Hujan dan Air Mata

Hujan deras mengguyur Jakarta sore itu, menciptakan dinding air yang mengaburkan pandangan. Eliza berdiri diam di ambang pintu guest house yang selama beberapa minggu terakhir menjadi tempat tinggalnya. Berkat intervensi cepat Dr. Adrian yang diam-diam menormalisasi infusnya, ia telah pulih lebih cepat dari yang diperkirakan Vianna. Namun hatinya masih terasa kosong, sehampa mansion yang kini harus ia tinggalkan.Air mata mengalir di pipinya, bercampur dengan tetesan hujan yang membasahi wajahnya. Badannya masih terasa lemah, kepalanya pusing, namun rasa sakit fisik ini tidak sebanding dengan luka di hatinya.Eliza memandang ke sekeliling ruangan kecil yang telah menjadi tempat berlindungnya selama masa-masa sulit setelah Damian kehilangan ingatan. Kini ruangan itu hampir kosong—barang-barangnya sebagian besar telah diangkut ke apart
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-16
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status