Semua Bab Terpaksa menjadi istri dadakan CEO: Bab 11 - Bab 20

43 Bab

Bab 11 – Hidup Bersama Nathaniel

Malam pertama di rumah Nathaniel, Eleanor mencoba menyesuaikan diri. Setelah Nathaniel keluar dari kamar, ia membereskan beberapa barangnya di dalam lemari. Suasana kamar yang luas dan mewah itu masih terasa asing, tapi tidak ada pilihan lain selain beradaptasi. Setelah selesai, ia masuk ke kamar mandi dan mengganti bajunya dengan piyama yang nyaman. Ia duduk di sofa sambil membaca buku yang dibawanya dari apartemen. Waktu berlalu tanpa terasa, hingga matanya mulai terasa berat. Nathaniel masih belum kembali. Eleanor tidak terlalu peduli, ia hanya naik ke tempat tidur dan menarik selimut. Tidak ada alasan untuk menunggunya. Keesokan paginya, ia terbangun karena suara samar dari luar kamar. Setelah mencuci muka, ia turun ke lantai bawah. Nathaniel sudah duduk di meja makan, menikmati kopi sambil membaca dokumen. Eleanor berjalan mendekat dan duduk di kursi seber
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-16
Baca selengkapnya

Bab 12 – Suami Dingin, Istri Canggung

Pagi hari di rumah Nathaniel terasa berbeda bagi Eleanor. Ia terbangun di tempat tidur luas dengan selimut yang masih rapi di sisi lain. Nathaniel pasti sudah bangun lebih dulu. Setelah mandi dan turun ke lantai bawah, ia melihat pria itu duduk di meja makan dengan kopi dan koran di tangannya. "Selamat pagi," sapa Eleanor sambil berjalan ke dapur. Nathaniel hanya mengangguk tanpa menoleh. Eleanor membuka kulkas, melihat bahan makanan yang ia beli kemarin. Ia memutuskan untuk membuat sarapan. "Kau mau omelet atau roti panggang?" tanyanya. "Apa saja." Eleanor mendengus pelan. "Jawabanmu selalu tidak membantu." Nathaniel hanya menyeruput kopinya. Beberapa menit kemudian, Eleanor meletakkan piring berisi omelet di depannya. Nathaniel menatapnya sebentar seb
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-17
Baca selengkapnya

Bab 13 – Kembali ke Kanvas

Setelah sarapan yang penuh perdebatan kecil tadi, Eleanor duduk di sofa ruang tamu, menggulir layar ponselnya tanpa fokus. Pikirannya masih dipenuhi keinginan untuk kembali melukis. Sudah terlalu lama ia meninggalkan studionya sejak pernikahan ini terjadi. Matanya melirik ke arah Nathaniel yang sedang membaca dokumen di seberang ruangan. Pria itu tampak sibuk seperti biasa, tapi Eleanor tahu ia harus berbicara sekarang sebelum suasana berubah menjadi lebih sulit. Ia menarik napas dan bangkit dari sofa, berjalan mendekat lalu berhenti di samping Nathaniel. "Aku ingin pergi ke studionya hari ini," katanya langsung. Nathaniel tidak langsung menanggapi. Ia hanya membalik halaman dokumen dengan tenang sebelum akhirnya menoleh padanya. "Studio?" "Ya, tempat aku biasa melukis. Aku sudah lama tidak ke sana," jawab
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-17
Baca selengkapnya

Bab 14 – Awal Kebiasaan Baru

Pagi datang dengan suasana yang sama seperti sebelumnya. Eleanor terbangun dan menatap langit-langit kamar sebelum akhirnya menghela napas panjang. Hari ini ia bertekad untuk menjalani segalanya dengan lebih santai, tanpa memikirkan hal-hal yang membuatnya kesal. Setelah mandi dan berganti pakaian, ia turun ke ruang makan. Nathaniel sudah duduk di sana dengan secangkir kopi di tangannya, seperti biasa. “Pagi,” sapa Eleanor sambil duduk. Nathaniel meliriknya sekilas. “Pagi.” Pelayan datang dan menyajikan sarapan untuk Eleanor. Ia mulai makan dengan tenang, mencoba menikmati makanannya seperti yang kemarin ia ajarkan pada Nathaniel—walaupun pria itu tampaknya tetap dengan caranya sendiri yang serius dan tanpa ekspresi. “Jadi, hari ini kau ada urusan?” tanya Eleanor sambil menyendok sarapannya. Nathaniel menyesap kopinya sebelum men
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-18
Baca selengkapnya

Bab 15 – Malam yang Tidak Biasa

Setelah kembali dari studionya, Eleanor masuk ke rumah dengan langkah santai. Hari ini terasa cukup menyenangkan baginya—setidaknya ia bisa kembali melukis dan merasa seperti dirinya sendiri lagi. Saat melepas sepatu, ia melihat Nathaniel berdiri di ruang tamu dengan jaket yang sudah dikenakannya. Pria itu menatapnya sekilas sebelum berbicara. "Pergi bersiap-siap. Kita keluar." Eleanor mengerutkan dahi. "Ke mana?" "Mall." Eleanor memiringkan kepalanya, masih tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. "Mall? Kau bercanda?" Nathaniel menatapnya datar. "Aku tidak pernah bercanda soal hal seperti ini." Eleanor mengerutkan keningnya. "Dan kenapa tiba-tiba kita ke mall?" "Kau butuh banyak barang, kan? Ini lebih efisien daripada memesan satu per satu," jawab Nathaniel santai. Eleanor masih mena
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-18
Baca selengkapnya

Bab 16 – Tidur dengan Suami

Setelah menghabiskan waktu di mal, Nathaniel dan Eleanor akhirnya pulang. Nathaniel membawa beberapa kantong belanjaan Eleanor, meskipun awalnya ia menolak, mengatakan bahwa itu bukan urusannya. Tapi pada akhirnya, pria itu tetap membawanya tanpa banyak protes. Begitu sampai di rumah, Eleanor langsung menuju kamarnya—atau lebih tepatnya, kamar mereka. Ia meletakkan tas belanjaannya di sofa lalu meregangkan tubuhnya dengan lega. "Aku lelah," gumamnya sambil duduk di tepi tempat tidur. Nathaniel yang baru masuk hanya meliriknya sekilas sebelum melepas jasnya dan menggulung lengan kemejanya. "Kau sendiri yang bersemangat berbelanja tadi." Eleanor mendengus. "Tentu saja. Aku tidak akan menyia-nyiakan kesempatan jika sudah ada yang mau membayar." Nathaniel menaikkan sebelah alisnya. "Jadi, kau benar-benar melihatku hanya sebagai kartu kredit berjalan?" Eleanor menatapnya sambil tersenyum lebar. "Kau
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-19
Baca selengkapnya

Bab 17 – Pagi yang Canggung

Sinar matahari yang menembus tirai membuat Eleanor menggeliat pelan. Matanya masih berat, tapi ada sesuatu yang terasa… aneh. Saat kesadarannya mulai kembali, Eleanor merasakan sesuatu yang hangat di dekatnya. Napas seseorang terdengar begitu dekat, dan ketika ia benar-benar membuka mata, pemandangan yang disuguhkan langsung membuatnya membeku. Nathaniel. Lengan pria itu ada di pinggangnya, sementara wajahnya hanya berjarak beberapa senti darinya. Jantung Eleanor langsung berdegup kencang. Apa-apaan ini?! Eleanor menahan napas, matanya melirik ke arah Nathaniel yang masih terlelap. Ekspresinya tenang, tidak seperti biasanya. Wajah dinginnya terlihat lebih rileks, hampir… tampan. Tapi bukan itu intinya! Yang jadi masalah adalah—kenapa mereka bisa sedekat ini?! Eleanor mencoba bergerak, tapi justru membuat Nathaniel semakin menariknya mendekat.
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-19
Baca selengkapnya

Bab 18 – Gangguan yang Tidak Terduga

Setelah Nathaniel pergi, Eleanor menghabiskan waktunya dengan bersantai di rumah. Awalnya, dia ingin keluar sebentar untuk menghirup udara segar, tapi mengingat perintah Nathaniel yang menyebalkan tadi pagi, dia jadi urung. Bukan karena takut, tentu saja, tapi dia hanya tidak ingin pria itu merasa menang. Dengan malas, Eleanor duduk di sofa sambil menggulir ponselnya. Rasanya aneh menghabiskan waktu sendirian di rumah sebesar ini. Biasanya, kalau sedang sendiri, dia akan pergi nongkrong bersama teman-temannya atau sekadar berjalan-jalan ke pusat perbelanjaan. Tapi sekarang… semuanya berbeda. Perlahan, dia mulai merasa bosan. Setelah beberapa menit berlalu, ponselnya tiba-tiba bergetar, menampilkan panggilan masuk dari seseorang yang tak terduga—Rachel. Eleanor menyipitkan mata, menimbang apakah harus mengangkatnya atau tidak. Tapi rasa penasarannya lebih besar. Kenapa wanita itu meneleponnya? D
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-20
Baca selengkapnya

Bab 19 – Rahasia yang Mulai Terkuak

Eleanor menghabiskan sisa malam itu dengan perasaan tidak tenang. Kata-kata Nathaniel terus terngiang di kepalanya. "Ada hal-hal yang tidak perlu kau tahu." Kenapa dia harus mengatakan itu? Jika memang tidak ada yang disembunyikan, kenapa tidak menjawab dengan lebih meyakinkan? Eleanor berbaring di tempat tidur, menatap langit-langit kamar dengan perasaan frustrasi. Dia mencoba meyakinkan dirinya sendiri bahwa ini bukan masalah besar, bahwa Rachel hanya mencoba mengacaukan pikirannya. Tapi hatinya tetap tidak bisa tenang. Nathaniel keluar dari kamar mandi tak lama kemudian. Dia mengenakan kaus hitam dan celana tidur, tampak santai seperti biasa. Namun, Eleanor tahu ada sesuatu yang mengganjal di antara mereka. "Kau masih memikirkan omongan Rachel?" tanya Nathaniel tiba-tiba, seakan bisa membaca pikirannya. Eleanor menoleh padanya, lalu duduk di tempat tidur. "Aku tidak suka kalau ada sesuatu ya
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-20
Baca selengkapnya

Bab 20 – Tanda-Tanda yang Tak Bisa Diabaikan

Eleanor tidak bisa tidur malam itu. Kata-kata Nathaniel terus terngiang di kepalanya, bercampur dengan rasa penasaran yang semakin membesar. "Jangan menggali sesuatu yang mungkin akan membuatmu menyesal." Kalimat itu seolah menjadi peringatan, tetapi bagi Eleanor, justru terdengar seperti tantangan. Dia membolak-balikkan tubuhnya di tempat tidur, tapi pikirannya tetap gelisah. Nathaniel sudah tidur di sisi lain ranjang, wajahnya terlihat tenang dalam redupnya cahaya lampu tidur. Eleanor menatapnya lama. Pria itu selalu terlihat begitu terkendali, seolah tidak ada satu hal pun yang bisa mengganggunya. Tapi malam ini, untuk pertama kalinya, dia melihat sisi lain dari Nathaniel—sisi yang lebih manusiawi, lebih rapuh. Eleanor menghela napas pelan. Tanpa sadar, tangannya bergerak, hampir menyentuh wajah Nathaniel. Tapi sebelum jemarinya menyentuh kulit pria itu, Nathaniel tiba-tiba me
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-21
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status