Home / Rumah Tangga / Terpaksa menjadi istri dadakan CEO / Bab 14 – Awal Kebiasaan Baru

Share

Bab 14 – Awal Kebiasaan Baru

Author: Cludsydayss
last update Last Updated: 2025-03-18 10:00:02

Pagi datang dengan suasana yang sama seperti sebelumnya. Eleanor terbangun dan menatap langit-langit kamar sebelum akhirnya menghela napas panjang. Hari ini ia bertekad untuk menjalani segalanya dengan lebih santai, tanpa memikirkan hal-hal yang membuatnya kesal.

Setelah mandi dan berganti pakaian, ia turun ke ruang makan. Nathaniel sudah duduk di sana dengan secangkir kopi di tangannya, seperti biasa.

“Pagi,” sapa Eleanor sambil duduk.

Nathaniel meliriknya sekilas. “Pagi.”

Pelayan datang dan menyajikan sarapan untuk Eleanor. Ia mulai makan dengan tenang, mencoba menikmati makanannya seperti yang kemarin ia ajarkan pada Nathaniel—walaupun pria itu tampaknya tetap dengan caranya sendiri yang serius dan tanpa ekspresi.

“Jadi, hari ini kau ada urusan?” tanya Eleanor sambil menyendok sarapannya.

Nathaniel menyesap kopinya sebelum men
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Terpaksa menjadi istri dadakan CEO   Bab 15 – Malam yang Tidak Biasa

    Setelah kembali dari studionya, Eleanor masuk ke rumah dengan langkah santai. Hari ini terasa cukup menyenangkan baginya—setidaknya ia bisa kembali melukis dan merasa seperti dirinya sendiri lagi. Saat melepas sepatu, ia melihat Nathaniel berdiri di ruang tamu dengan jaket yang sudah dikenakannya. Pria itu menatapnya sekilas sebelum berbicara. "Pergi bersiap-siap. Kita keluar." Eleanor mengerutkan dahi. "Ke mana?" "Mall." Eleanor memiringkan kepalanya, masih tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. "Mall? Kau bercanda?" Nathaniel menatapnya datar. "Aku tidak pernah bercanda soal hal seperti ini." Eleanor mengerutkan keningnya. "Dan kenapa tiba-tiba kita ke mall?" "Kau butuh banyak barang, kan? Ini lebih efisien daripada memesan satu per satu," jawab Nathaniel santai. Eleanor masih mena

    Last Updated : 2025-03-18
  • Terpaksa menjadi istri dadakan CEO   Bab 16 – Tidur dengan Suami

    Setelah menghabiskan waktu di mal, Nathaniel dan Eleanor akhirnya pulang. Nathaniel membawa beberapa kantong belanjaan Eleanor, meskipun awalnya ia menolak, mengatakan bahwa itu bukan urusannya. Tapi pada akhirnya, pria itu tetap membawanya tanpa banyak protes. Begitu sampai di rumah, Eleanor langsung menuju kamarnya—atau lebih tepatnya, kamar mereka. Ia meletakkan tas belanjaannya di sofa lalu meregangkan tubuhnya dengan lega. "Aku lelah," gumamnya sambil duduk di tepi tempat tidur. Nathaniel yang baru masuk hanya meliriknya sekilas sebelum melepas jasnya dan menggulung lengan kemejanya. "Kau sendiri yang bersemangat berbelanja tadi." Eleanor mendengus. "Tentu saja. Aku tidak akan menyia-nyiakan kesempatan jika sudah ada yang mau membayar." Nathaniel menaikkan sebelah alisnya. "Jadi, kau benar-benar melihatku hanya sebagai kartu kredit berjalan?" Eleanor menatapnya sambil tersenyum lebar. "Kau

    Last Updated : 2025-03-19
  • Terpaksa menjadi istri dadakan CEO   Bab 17 – Pagi yang Canggung

    Sinar matahari yang menembus tirai membuat Eleanor menggeliat pelan. Matanya masih berat, tapi ada sesuatu yang terasa… aneh. Saat kesadarannya mulai kembali, Eleanor merasakan sesuatu yang hangat di dekatnya. Napas seseorang terdengar begitu dekat, dan ketika ia benar-benar membuka mata, pemandangan yang disuguhkan langsung membuatnya membeku. Nathaniel. Lengan pria itu ada di pinggangnya, sementara wajahnya hanya berjarak beberapa senti darinya. Jantung Eleanor langsung berdegup kencang. Apa-apaan ini?! Eleanor menahan napas, matanya melirik ke arah Nathaniel yang masih terlelap. Ekspresinya tenang, tidak seperti biasanya. Wajah dinginnya terlihat lebih rileks, hampir… tampan. Tapi bukan itu intinya! Yang jadi masalah adalah—kenapa mereka bisa sedekat ini?! Eleanor mencoba bergerak, tapi justru membuat Nathaniel semakin menariknya mendekat.

    Last Updated : 2025-03-19
  • Terpaksa menjadi istri dadakan CEO   Bab 18 – Gangguan yang Tidak Terduga

    Setelah Nathaniel pergi, Eleanor menghabiskan waktunya dengan bersantai di rumah. Awalnya, dia ingin keluar sebentar untuk menghirup udara segar, tapi mengingat perintah Nathaniel yang menyebalkan tadi pagi, dia jadi urung. Bukan karena takut, tentu saja, tapi dia hanya tidak ingin pria itu merasa menang. Dengan malas, Eleanor duduk di sofa sambil menggulir ponselnya. Rasanya aneh menghabiskan waktu sendirian di rumah sebesar ini. Biasanya, kalau sedang sendiri, dia akan pergi nongkrong bersama teman-temannya atau sekadar berjalan-jalan ke pusat perbelanjaan. Tapi sekarang… semuanya berbeda. Perlahan, dia mulai merasa bosan. Setelah beberapa menit berlalu, ponselnya tiba-tiba bergetar, menampilkan panggilan masuk dari seseorang yang tak terduga—Rachel. Eleanor menyipitkan mata, menimbang apakah harus mengangkatnya atau tidak. Tapi rasa penasarannya lebih besar. Kenapa wanita itu meneleponnya? D

    Last Updated : 2025-03-20
  • Terpaksa menjadi istri dadakan CEO   Bab 19 – Rahasia yang Mulai Terkuak

    Eleanor menghabiskan sisa malam itu dengan perasaan tidak tenang. Kata-kata Nathaniel terus terngiang di kepalanya. "Ada hal-hal yang tidak perlu kau tahu." Kenapa dia harus mengatakan itu? Jika memang tidak ada yang disembunyikan, kenapa tidak menjawab dengan lebih meyakinkan? Eleanor berbaring di tempat tidur, menatap langit-langit kamar dengan perasaan frustrasi. Dia mencoba meyakinkan dirinya sendiri bahwa ini bukan masalah besar, bahwa Rachel hanya mencoba mengacaukan pikirannya. Tapi hatinya tetap tidak bisa tenang. Nathaniel keluar dari kamar mandi tak lama kemudian. Dia mengenakan kaus hitam dan celana tidur, tampak santai seperti biasa. Namun, Eleanor tahu ada sesuatu yang mengganjal di antara mereka. "Kau masih memikirkan omongan Rachel?" tanya Nathaniel tiba-tiba, seakan bisa membaca pikirannya. Eleanor menoleh padanya, lalu duduk di tempat tidur. "Aku tidak suka kalau ada sesuatu ya

    Last Updated : 2025-03-20
  • Terpaksa menjadi istri dadakan CEO   Bab 20 – Tanda-Tanda yang Tak Bisa Diabaikan

    Eleanor tidak bisa tidur malam itu. Kata-kata Nathaniel terus terngiang di kepalanya, bercampur dengan rasa penasaran yang semakin membesar. "Jangan menggali sesuatu yang mungkin akan membuatmu menyesal." Kalimat itu seolah menjadi peringatan, tetapi bagi Eleanor, justru terdengar seperti tantangan. Dia membolak-balikkan tubuhnya di tempat tidur, tapi pikirannya tetap gelisah. Nathaniel sudah tidur di sisi lain ranjang, wajahnya terlihat tenang dalam redupnya cahaya lampu tidur. Eleanor menatapnya lama. Pria itu selalu terlihat begitu terkendali, seolah tidak ada satu hal pun yang bisa mengganggunya. Tapi malam ini, untuk pertama kalinya, dia melihat sisi lain dari Nathaniel—sisi yang lebih manusiawi, lebih rapuh. Eleanor menghela napas pelan. Tanpa sadar, tangannya bergerak, hampir menyentuh wajah Nathaniel. Tapi sebelum jemarinya menyentuh kulit pria itu, Nathaniel tiba-tiba me

    Last Updated : 2025-03-21
  • Terpaksa menjadi istri dadakan CEO   Bab 21 – Perasaan yang Tak Terduga

    "Baiklah," gumamnya. "Aku tidak akan memaksamu sekarang. Tapi ingat, aku tidak suka orang yang menyembunyikan sesuatu dariku." Nathaniel tersenyum tipis. "Aku tahu." Eleanor membuang napas kasar sebelum akhirnya beranjak dari tempat duduknya. "Aku mau tidur. Jangan berisik." Nathaniel hanya mengangguk, matanya masih memperhatikan Eleanor yang naik ke tempat tidur dan menarik selimut hingga ke dadanya. Nathaniel tetap duduk di sofa beberapa saat sebelum akhirnya ikut beranjak ke tempat tidur. Ia berbaring di sisi lain tempat tidur, menjaga jarak dari Eleanor. Hening menyelimuti ruangan. Eleanor menatap langit-langit, pikirannya penuh dengan kata-kata Nathaniel tadi. Pernikahan mereka hanyalah strategi? Tapi jika begitu, kenapa sekarang Nathaniel terlihat seakan mulai ragu? Apa yang sebenarnya ia sembunyikan? Di sampingnya, Nathaniel menutup mata, tapi pikirannya juga ti

    Last Updated : 2025-03-21
  • Terpaksa menjadi istri dadakan CEO   Bab 22 – Kecemburuan yang Tersembunyi

    Bab 22 – Kecemburuan yang Tersembunyi Eleanor dan Alex mengobrol cukup lama di kafe. Meskipun awalnya canggung, percakapan mereka perlahan mengalir dengan lebih santai. Alex masih seperti dulu—ramah, perhatian, dan penuh senyum. "Aku dengar kau sudah menikah," ujar Alex tiba-tiba. Eleanor terdiam sejenak, lalu mengangguk. "Ya, itu benar." Alex tersenyum kecil, tetapi ada sesuatu di matanya yang sulit diartikan. "Aku tidak menyangka. Kau tidak pernah bercerita bahwa kau akan menikah." Eleanor menggigit bibirnya. "Itu terjadi begitu saja. Aku juga tidak menyangka." "Tapi kau bahagia, kan?" Alex menatapnya dengan sorot penuh perhatian. Eleanor tidak langsung menjawab. Ia mengaduk kopinya dengan gelisah, lalu akhirnya tersenyum kecil. "Aku baik-baik saja." Alex tidak bertanya lebih jauh, tetapi ekspresinya menunjukkan bahwa ia sedikit meragukan jawaban itu.

    Last Updated : 2025-03-22

Latest chapter

  • Terpaksa menjadi istri dadakan CEO   Bab 42 – Tarikan yang Tak Terhindarkan (Lanjutan)

    Eleanor berjalan menuju kamarnya dengan langkah cepat, tapi pikirannya masih berkecamuk. Pertanyaan Nathaniel tadi terus terngiang di kepalanya. Apa kau mulai merasa nyaman denganku? Ia mendesah pelan, berusaha menepis perasaan aneh yang mulai muncul dalam dirinya. Ini tidak boleh terjadi. Ia tidak boleh lengah. Namun, bayangan tatapan serius Nathaniel dan nada suaranya yang berbeda dari biasanya tetap melekat dalam benaknya. Setelah berganti pakaian dan bersiap untuk pergi, Eleanor turun kembali ke ruang tamu. Nathaniel masih di sana, berdiri dengan kemeja putihnya yang sudah tertata rapi, siap untuk berangkat ke kantor. Saat pria itu melihatnya, ia mengangkat alis. "Kau mau ke butik hari ini?" Eleanor mengangguk. "Ya, ada beberapa hal yang harus aku urus." Nathaniel menatapnya sesaat sebelum akhirnya berkata, "Aku bisa mengantarmu." Eleanor terkejut, lalu buru-bu

  • Terpaksa menjadi istri dadakan CEO   Bab 43 – Kebingungan yang Makin Jelas

    Setelah perjalanan yang terasa lebih lama dari seharusnya, mobil akhirnya berhenti di depan butik Eleanor. Wanita itu buru-buru membuka pintu dan keluar, seolah ingin segera menjauh dari aura mengganggu yang ditimbulkan oleh kehadiran Nathaniel di sisinya. Nathaniel menatapnya dengan ekspresi tak terbaca. "Aku jemput nanti?" Eleanor menoleh sekilas, mencoba mencari alasan untuk menolak, tapi pada akhirnya hanya mengangguk kecil. "Terserah." Nathaniel tersenyum tipis mendengar jawaban itu. "Baiklah, sampai nanti." Tanpa menunggu lebih lama, Eleanor segera masuk ke dalam butiknya. Ia merasa perlu menenangkan pikirannya sebelum emosinya semakin kacau. Namun, begitu ia melangkah masuk, seorang pegawainya, Lisa, langsung menyambut dengan tatapan penuh selidik. "Kak Eleanor... tadi aku lihat bos besar nganterin kakak?" tanyanya dengan nada penasaran. Eleanor menghela napas panjang. "Jangan

  • Terpaksa menjadi istri dadakan CEO   Bab 40 – Kebiasaan Baru

    Pagi di apartemen terasa lebih tenang dari biasanya. Eleanor terbangun sedikit lebih awal dari alarmnya, matanya masih setengah terpejam saat ia menyadari suasana di sekelilingnya. Butuh beberapa detik baginya untuk mengingat bahwa ini bukan kamarnya di rumah lama, melainkan apartemen tempat ia tinggal bersama Nathaniel.Ia menghela napas pelan sebelum turun dari tempat tidur. Setelah mencuci muka dan mengganti pakaian, Eleanor keluar dari kamar, sedikit terkejut saat melihat Nathaniel sudah berada di dapur, mengenakan kemeja putih yang lengannya digulung hingga siku.Pria itu sedang menuangkan kopi ke dalam cangkirnya sendiri, lalu melirik sekilas ke arah Eleanor. “Pagi.”Eleanor berjalan mendekat. “Kau bangun lebih awal.”Nathaniel menyesap kopinya sebelum menjawab. “Aku memang selalu bangun pagi.”Eleanor mengangguk pelan. Ia sempat melirik meja makan dan menemukan satu cangkir tambahan di sana. “Kau buatkan kopi untukku juga?”

  • Terpaksa menjadi istri dadakan CEO   Bab 41 – Perasaan yang Mulai Mengusik

    Malam semakin larut, tetapi Eleanor masih belum bisa tidur. Pikirannya terus berputar, mengingat bagaimana Nathaniel mulai berubah. Ada sesuatu dalam tatapan pria itu, dalam caranya berbicara, yang terasa berbeda.Ia berbaring di tempat tidur, menatap langit-langit dengan napas pelan. Jantungnya berdetak sedikit lebih cepat dari biasanya, dan itu membuatnya frustrasi.“Apa aku terlalu banyak berpikir?” gumamnya pelan.Namun, meskipun ia mencoba mengabaikannya, kenyataan bahwa Nathaniel tidak lagi terasa seperti pria dingin yang dulu ia kenal tetap menghantuinya.Tiba-tiba, suara ketukan pelan terdengar dari pintu kamarnya. Eleanor menoleh, sedikit terkejut.“Eleanor,” suara Nathaniel terdengar dari luar. “Kau masih bangun?”Eleanor ragu sejenak sebelum akhirnya menjawab, “Iya, ada apa?”Nathaniel tidak langsung menjawab. Ada jeda singkat sebelum akhirnya ia berkata, “Aku hanya ingin memastikan kau baik-baik saja.”

  • Terpaksa menjadi istri dadakan CEO   Bab 38 – Perasaan yang Makin Sulit Dibantah

    Pagi datang dengan sinar matahari yang perlahan menerobos tirai kamar. Eleanor menggerakkan tubuhnya sedikit, matanya masih setengah terpejam. Ia merasa hangat, lebih nyaman dari biasanya.Saat kesadarannya kembali sepenuhnya, ia menyadari sesuatu—ada lengan kuat yang melingkar di pinggangnya.Jantungnya langsung berdetak lebih cepat. Dengan hati-hati, ia menoleh dan menemukan dirinya berada dalam pelukan Nathaniel.Lelaki itu masih tertidur, napasnya teratur, dan wajahnya tampak lebih tenang dari biasanya. Biasanya, Nathaniel selalu menjaga jarak darinya. Tapi sekarang…Eleanor menelan ludah, tidak yakin harus berbuat apa. Ia mencoba bergerak pelan agar tidak membangunkannya, tetapi saat ia sedikit bergeser, cengkeraman lengan Nathaniel justru mengerat."Jangan gerak," suara Nathaniel terdengar, serak dan dalam.Eleanor membeku. "Kau sudah bangun?"Nathaniel tidak langsung menjawab. Ia menarik napas panjang sebelum akhi

  • Terpaksa menjadi istri dadakan CEO   Bab 37 – Kebersamaan yang Mengusik

    Eleanor masih terdiam di tempatnya, merasakan hembusan angin malam yang menyapu wajahnya. Perkataan Nathaniel barusan membuatnya kehilangan kata-kata. Ia tidak menyangka pria itu akan mengatakannya secara langsung seperti itu.Nathaniel tetap berdiri di hadapannya, menunggu reaksi. Tapi Eleanor hanya mengalihkan pandangan, berusaha menenangkan detak jantungnya yang tiba-tiba tidak teratur."Apa kau selalu mengatakan hal seperti itu kepada semua wanita?" tanya Eleanor akhirnya, berusaha terdengar santai.Nathaniel menatapnya tanpa ekspresi. "Tidak."Jawaban singkat itu justru semakin mengganggunya. Eleanor berdeham pelan, mencoba mengembalikan kontrol atas emosinya. Ia tidak boleh terbawa suasana."Kau terlalu percaya diri, Nathaniel," katanya, berusaha tersenyum sinis. "Aku tidak merasa terganggu."Nathaniel tidak langsung membalas. Ia hanya mengamati Eleanor dengan mata tajamnya, seolah membaca setiap kebohongan kecil dalam kata

  • Terpaksa menjadi istri dadakan CEO   Bab 39 – Makan Malam Bersama Keluarga

    Keesokan harinya, Eleanor berdiri di depan cermin, memastikan penampilannya sebelum pergi. Gaun sederhana berwarna navy yang ia pilih terasa nyaman, dan riasannya cukup natural, tidak terlalu mencolok.Nathaniel yang baru keluar dari kamar mandi sempat meliriknya sekilas. "Kau terlihat baik-baik saja," komentarnya singkat.Eleanor menoleh. "Memangnya aku terlihat buruk sebelumnya?" tanyanya, sedikit mengangkat alis.Nathaniel hanya mengangkat bahu, tak ingin memperpanjang pembicaraan. "Ayo berangkat."Di perjalanan menuju kediaman keluarga Nathaniel, suasana di dalam mobil terasa lebih tenang dari yang ia bayangkan. Nathaniel tidak banyak bicara, hanya sesekali melirik ke luar jendela, sementara Eleanor berusaha menenangkan pikirannya.Begitu mereka tiba, pintu besar rumah keluarga Nathaniel sudah terbuka lebar, menyambut kedatangan mereka. Beberapa pelayan berlalu-lalang, menyiapkan hidangan di ruang makan."Eleanor!" Suara hang

  • Terpaksa menjadi istri dadakan CEO   Bab 36 – Bayangan Masa Lalu

    Eleanor masih berdiri di samping Nathaniel, memperhatikan interaksi pria itu dengan Vivian. Meskipun ekspresi Nathaniel tetap datar, Eleanor bisa merasakan ada sesuatu yang berbeda dalam sorot matanya. Seperti ada sejarah yang belum ia ketahui.Vivian tersenyum tipis, lalu mengambil segelas sampanye dari pelayan yang lewat. "Jadi, bagaimana kehidupan pernikahanmu, Nathaniel?"Nada suaranya terdengar terlalu santai, seolah-olah ia sedang menunggu jawaban yang menarik.Nathaniel tidak langsung menjawab. Ia hanya menatap Vivian beberapa detik sebelum berkata, "Cukup baik."Vivian mengangkat alis. "Hanya 'cukup baik'?"Eleanor merasakan Vivian sedang mencoba memancing sesuatu. Ia bisa saja diam dan membiarkan Nathaniel menangani ini, tapi tiba-tiba ia merasa tidak ingin membiarkan wanita itu berpikir bahwa dirinya bisa meremehkan mereka.Ia tersenyum manis dan meraih lengan Nathaniel dengan santai. "Mungkin bagi Nathaniel itu 'cukup

  • Terpaksa menjadi istri dadakan CEO   Bab 35 – Undangan yang Tak Bisa Ditolak

    Pagi itu, Eleanor duduk di meja makan, menyeruput kopinya dengan pelan. Matahari pagi masuk melalui jendela besar, menciptakan bayangan lembut di sekeliling ruangan. Namun, pikirannya masih dipenuhi oleh kata-kata Nathaniel tadi malam."Karena kamu adalah istriku."Kalimat itu sederhana, tapi entah kenapa, ada sesuatu di dalamnya yang terasa lebih dari sekadar pernyataan biasa.Nathaniel duduk di seberangnya, menikmati sarapannya seperti biasa. Tatapan Eleanor sesekali melirik pria itu, tapi ia tidak mengatakan apa-apa."Aku akan menjemputmu pukul tujuh malam," ujar Nathaniel tiba-tiba tanpa menoleh.Eleanor meletakkan cangkir kopinya dan menatapnya. "Aku belum bilang aku setuju untuk datang."Nathaniel akhirnya mengangkat kepalanya, menatap Eleanor dengan santai. "Aku tahu kamu akan datang."Eleanor mendengus. "Kenapa kamu terdengar begitu yakin?"Nathaniel menyandarkan tubuhnya ke kursi, ekspresinya tetap tena

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status