Semua Bab Terpaksa menjadi istri dadakan CEO: Bab 21 - Bab 30

43 Bab

Bab 21 – Perasaan yang Tak Terduga

"Baiklah," gumamnya. "Aku tidak akan memaksamu sekarang. Tapi ingat, aku tidak suka orang yang menyembunyikan sesuatu dariku." Nathaniel tersenyum tipis. "Aku tahu." Eleanor membuang napas kasar sebelum akhirnya beranjak dari tempat duduknya. "Aku mau tidur. Jangan berisik." Nathaniel hanya mengangguk, matanya masih memperhatikan Eleanor yang naik ke tempat tidur dan menarik selimut hingga ke dadanya. Nathaniel tetap duduk di sofa beberapa saat sebelum akhirnya ikut beranjak ke tempat tidur. Ia berbaring di sisi lain tempat tidur, menjaga jarak dari Eleanor. Hening menyelimuti ruangan. Eleanor menatap langit-langit, pikirannya penuh dengan kata-kata Nathaniel tadi. Pernikahan mereka hanyalah strategi? Tapi jika begitu, kenapa sekarang Nathaniel terlihat seakan mulai ragu? Apa yang sebenarnya ia sembunyikan? Di sampingnya, Nathaniel menutup mata, tapi pikirannya juga ti
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-21
Baca selengkapnya

Bab 22 – Kecemburuan yang Tersembunyi

Bab 22 – Kecemburuan yang Tersembunyi Eleanor dan Alex mengobrol cukup lama di kafe. Meskipun awalnya canggung, percakapan mereka perlahan mengalir dengan lebih santai. Alex masih seperti dulu—ramah, perhatian, dan penuh senyum. "Aku dengar kau sudah menikah," ujar Alex tiba-tiba. Eleanor terdiam sejenak, lalu mengangguk. "Ya, itu benar." Alex tersenyum kecil, tetapi ada sesuatu di matanya yang sulit diartikan. "Aku tidak menyangka. Kau tidak pernah bercerita bahwa kau akan menikah." Eleanor menggigit bibirnya. "Itu terjadi begitu saja. Aku juga tidak menyangka." "Tapi kau bahagia, kan?" Alex menatapnya dengan sorot penuh perhatian. Eleanor tidak langsung menjawab. Ia mengaduk kopinya dengan gelisah, lalu akhirnya tersenyum kecil. "Aku baik-baik saja." Alex tidak bertanya lebih jauh, tetapi ekspresinya menunjukkan bahwa ia sedikit meragukan jawaban itu.
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-22
Baca selengkapnya

Bab 23 – Perasaan yang Mulai Tak Terdefinisi

Nathaniel tidak menjawab. Ia hanya diam, seolah sedang memikirkan sesuatu. Eleanor menutup lemari dengan sedikit keras. "Dengar, Nathaniel. Aku tidak punya alasan untuk menjelaskan semuanya padamu. Lagipula, kau sendiri bilang pernikahan kita ini hanya formalitas, kan? Jadi, kenapa kau bertingkah seolah kau peduli?" Nathaniel masih diam. Namun, ada sesuatu di sorot matanya yang membuat Eleanor merasa aneh. "Aku tidak suka melihat istriku berbicara dengan pria lain, apalagi jika itu mantannya," kata Nathaniel akhirnya dengan suara datar. Eleanor terbelalak. "Jadi kau mengaku kalau kau cemburu?" Nathaniel mendekat perlahan, berdiri di depan Eleanor dengan tatapan tajamnya. "Jika iya, lalu kenapa?" Eleanor menahan napas sejenak. Ia tidak tahu harus menjawab apa. "Aku..." Ia menggigit bibirnya, merasa jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya. Nathaniel menatapnya
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-22
Baca selengkapnya

Bab 24 – Janji yang Tak Terhindarkan

Siang itu, Eleanor melangkah keluar dari rumah dengan mengenakan pakaian kasual yang nyaman—blus putih longgar dan celana jeans. Rambutnya ia biarkan terurai dengan sedikit gelombang alami. Ia tak ingin berdandan terlalu berlebihan, toh ini hanya pertemuan santai dengan Hazel. Saat ia hendak masuk ke dalam mobil, suara Nathaniel menghentikannya. "Jangan pulang terlalu malam," ucap pria itu dengan nada datar. Eleanor mendengus kecil. "Aku sudah cukup dewasa untuk tahu kapan harus pulang." Nathaniel hanya menatapnya sekilas sebelum kembali fokus pada ponselnya. "Kalau kau membuat masalah, aku tak akan repot-repot menjemputmu." Eleanor menatapnya tajam. "Siapa juga yang mau kau jemput?" Nathaniel tak menjawab, hanya menaikkan sebelah alisnya dengan ekspresi seolah-olah mengatakan kita lihat saja nanti. Eleanor menghela napas panjang, lalu masuk ke dalam mobil dan pergi. Sesampainya
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-23
Baca selengkapnya

Bab 25 – Sebuah Kebetulan yang Mencurigakan

Pagi itu, Eleanor bangun sedikit lebih siang dari biasanya. Ia mengerjap pelan, lalu menoleh ke samping—tempat tidur sebelahnya sudah kosong. Nathaniel pasti sudah bangun sejak lama.Ia mengerang pelan, lalu menarik selimutnya lebih erat. Rasanya masih malas untuk bangun, tapi ketika mencium aroma kopi dari luar kamar, ia akhirnya menyerah. Dengan enggan, Eleanor bangkit dan berjalan ke luar kamar.Begitu sampai di ruang makan, ia menemukan Nathaniel duduk santai dengan secangkir kopi di tangannya. Ia masih mengenakan pakaian kerja yang rapi, terlihat seperti selalu siap menghadapi hari.“Kau bangun siang,” komentar Nathaniel tanpa melihatnya.Eleanor mendengus sambil duduk. “Aku butuh istirahat yang cukup setelah menemani seseorang berbelanja semalaman.”Nathaniel mengangkat alis. “Bukankah kau yang berbelanja? Aku hanya menemanimu.”Eleanor meliriknya tajam. “Dan kau yang membayar.”Nathaniel hanya tersenyum kecil sebe
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-23
Baca selengkapnya

Bab 26 – Masa Lalu yang Mulai Mengusik

Pagi hari di rumah mereka terasa lebih sunyi dari biasanya. Eleanor duduk di meja makan, mengaduk-aduk sarapannya tanpa niat untuk benar-benar memakannya. Pikirannya masih dipenuhi oleh percakapan dengan Edgar semalam. Nathaniel yang duduk di seberangnya meliriknya sekilas. “Kau kenapa?” tanyanya akhirnya. Eleanor tersentak dari lamunannya. “Hah?” “Kau bengong dari tadi,” Nathaniel meletakkan cangkir kopinya. “Ada yang mengganggumu?” Eleanor menggeleng cepat. “Tidak ada.” Nathaniel menatapnya lebih lama, jelas tidak percaya. Tapi ia tidak memaksanya bicara. Eleanor tahu Nathaniel cukup peka untuk menyadari ada sesuatu yang mengusik pikirannya. Tapi ia juga tahu bahwa pria itu tidak akan bertanya lebih jauh jika ia tidak mau membicarakannya. Setelah sarapan, Eleanor bergegas bersiap untuk bekerja. Ia mengenakan pakaian kerja seperti biasa dan mengambil tasnya. Namun, saat akan kel
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-24
Baca selengkapnya

Bab 27 – Momen yang Tak Terduga

Setelah hari yang panjang, Eleanor duduk di sofa dengan secangkir teh hangat di tangannya. Matanya menatap ke luar jendela, menikmati pemandangan kota yang mulai dipenuhi cahaya lampu. Suasana di rumah terasa tenang, hanya ada suara jam dinding yang berdetak pelan. Nathaniel keluar dari kamar dengan pakaian santai, kaus hitam dan celana panjang. Ia baru saja selesai mandi, rambutnya masih sedikit basah. Ia berjalan ke dapur tanpa berkata apa-apa, lalu menuangkan segelas air dan meminumnya dalam sekali teguk. Eleanor meliriknya sekilas. "Kau terlihat seperti baru pulang dari latihan tinju." Nathaniel menaikkan alisnya. "Kenapa?" "Rambutmu berantakan, dan kau terlihat lebih santai dari biasanya." Eleanor menyeruput tehnya. "Jarang sekali melihatmu tidak mengenakan setelan jas." Nathaniel berjalan mendekat dan duduk di sofa yang sama, tapi menjaga jarak. "Aku juga manusia. Aku tidak akan memakai jas saat di ruma
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-24
Baca selengkapnya

Bab 29 – Malam Jamuan yang Berbeda

Eleanor menatap pantulan dirinya di cermin. Gaun hitam elegan yang membalut tubuhnya terlihat sempurna, dengan potongan sederhana namun anggun. Rambutnya ia biarkan tergerai dengan sedikit gelombang di ujungnya. Riasan wajahnya juga lebih rapi dari biasanya—tidak terlalu mencolok, tapi cukup untuk menunjukkan kesan profesional dan berkelas. Ia menarik napas dalam-dalam sebelum melangkah keluar dari kamar. Begitu tiba di lantai bawah, ia menemukan Nathaniel yang sudah siap dengan setelan jas hitamnya, berdiri di dekat pintu dengan ponsel di tangannya. Saat mendengar langkahnya, Nathaniel mengangkat kepala. Matanya sempat terpaku beberapa detik sebelum ia akhirnya berbicara dengan nada datar seperti biasa. “Kau sudah siap?” Eleanor mengangguk. “Ya.” Nathaniel tidak mengatakan apa-apa lagi, hanya mengulurkan tangan ke arahnya. Eleanor menatap tangan itu sesaat sebelum akhirnya meletakkan tangannya di atas tangan Nathaniel.
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-25
Baca selengkapnya

Bab 30 – Luka Lama yang Terbuka

Eleanor meletakkan gelasnya di meja, berusaha menenangkan pikirannya. Pertemuan dengan mantannya tadi benar-benar mengacaukan suasana hatinya. Meskipun ia mencoba terlihat tenang, ada perasaan tidak nyaman yang terus mengganggunya. Nathaniel, yang berdiri di sampingnya, tetap diam. Ia tidak menanyakan lebih lanjut tentang pria tadi, tapi tatapan matanya cukup menunjukkan bahwa ia menyadari perubahan ekspresi Eleanor. "Kau mau keluar sebentar?" tanya Nathaniel akhirnya. Eleanor meliriknya, lalu mengangguk pelan. "Ya, mungkin udara segar akan membantu." Tanpa banyak bicara, Nathaniel menggenggam pergelangan tangannya dengan lembut dan membawanya keluar ke balkon yang sepi. Angin malam berembus pelan, membawa kesejukan yang sedikit meredakan kegelisahan di dada Eleanor. Ia bersandar di pagar, menghela napas panjang. "Aku tidak menyangka akan bertemu dengannya lagi." Nathaniel berdiri di sampingnya
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-25
Baca selengkapnya

Bab 28 – Perubahan yang Tak Disadari

Pagi itu, sinar matahari yang masuk melalui celah tirai membuat Eleanor menggeliat pelan di tempat tidurnya. Matanya masih terasa berat, tapi perlahan ia mulai tersadar dari tidurnya. Ia menatap langit-langit kamar untuk beberapa saat sebelum akhirnya teringat kejadian tadi malam. Ia tertidur di bahu Nathaniel. Seketika wajahnya memanas. Eleanor langsung bangun dan duduk di tepi tempat tidur, menepuk pipinya sendiri pelan. Kenapa ia sampai ketiduran seperti itu? Dan lebih parahnya, ia menyebut nama Nathaniel dalam tidur. Apa pria itu mendengarnya? Eleanor menggelengkan kepalanya cepat. Tidak, tidak mungkin Nathaniel mendengar. Kalau iya, pasti tadi malam ia akan mengejeknya habis-habisan. Ia menarik napas dalam, mencoba mengembalikan kesadarannya sepenuhnya. Setelah itu, ia beranjak dari tempat tidur dan berjalan ke kamar mandi untuk bersiap-siap. Sementara itu, di
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-25
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status