Semua Bab Atasan Posesif itu Mantan Suamiku: Bab 11 - Bab 20

21 Bab

Bab 11. Menyelamatanku?

Setelah rapat selesai dan semua dokumen ditandatangani, Aurora merasakan dadanya sesak. Rasanya seperti menjual bagian dari hidupnya sendiri—sebagian besar Blue Sea Corp bukan lagi miliknya, melainkan bagian dari Wilmington Group yang dipimpin oleh pria yang pernah ia cintai dan benci dalam waktu yang bersamaan. Vernon menepuk punggungnya dengan lembut. “Kau baik-baik saja?” Aurora menarik napas dalam dan mengangguk pelan. “Aku baik-baik saja.” Tapi itu bohong. Ketika Henry berdiri dari kursinya, memasukkan tangannya ke dalam saku jas dengan ekspresi yang nyaris tak terbaca, Aurora merasakan amarah sekaligus perasaan lain yang tak bisa ia jelaskan. Pria itu telah mengambil segalanya darinya, dan sekarang, ia juga mengambil kendali atas hidupnya di perusahaan. Sebelum Henry berbalik pergi, Aurora berbicara, suaranya rendah tapi tajam. “Kau menikmati ini, bukan?” Henry berhenti di tempatnya, lalu menoleh. Tatapan matanya dalam, ada sesuatu yang mengintai di sana—sebuah emosi
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-21
Baca selengkapnya

Bab 12. Aku ingin kau percaya padaku

Henry menatapnya dengan serius. “Perusahaan ini memiliki utang yang lebih besar dari yang kau kira. Jika bukan aku yang mengambil alih, maka investor lain yang tidak peduli dengan apa pun selain keuntungan mereka akan melakukannya. Aku tahu betapa pentingnya perusahaan ini bagimu, dan aku tidak bisa membiarkan orang lain menghancurkannya.”Aurora terdiam. Ia memang tahu bahwa kondisi keuangan perusahaannya tidak stabil, tetapi ia tidak menyangka bahwa situasinya seburuk ini.Henry melanjutkan, “Aku tidak bisa memberitahumu sebelumnya, karena aku tahu kau tidak akan mau menerimanya. Aku harus melakukannya dengan cara yang akan memastikan kau tetap memiliki tempat di sini, bukan di bawah kendali orang lain yang hanya ingin meraup keuntungan.”Aurora menatapnya, mencoba mencari kebohongan di wajah pria itu. Tetapi yang ia lihat hanyalah kelelahan dan sesuatu yang menyerupai rasa sakit.Ia menggigit bibirnya. “Kenapa kau peduli?”Henry tertawa kecil, tapi tidak ada kebahagiaan di sana. “A
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-21
Baca selengkapnya

Bab 13. Kehangatan cangkir kopi

Ruangan itu langsung hening.Erik mengerjapkan mata, tampak tidak siap dengan jawaban itu. Beberapa orang yang sebelumnya tampak skeptis kini mulai duduk lebih tegak, menunggu reaksi selanjutnya.Aurora tidak memberinya waktu untuk membalas. Ia meletakkan beberapa laporan di atas meja, lalu melanjutkan, "Aku tidak meminta kalian untuk langsung setuju denganku sekarang. Aku hanya ingin kalian memberi kesempatan untuk melihat datanya lebih dalam. Kita akan membahas ulang dalam dua hari. Deal?"Beberapa orang saling bertukar pandang sebelum akhirnya mengangguk pelan.Aurora menahan napas sejenak, merasakan ketegangan di bahunya mulai mengendur. Ini baru langkah pertama, tapi setidaknya ia berhasil mengendalikan situasi.Setelah rapat berakhir, Aurora kembali ke ruangannya. Ia menghempaskan diri ke kursi, membiarkan kepalanya bersandar beberapa detik. Namun, sesuatu di mejanya membuatnya terhenti.Secangkir kopi.Aroma pahit dan hangatnya begitu familiar, menyelinap masuk ke dalam memorin
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-21
Baca selengkapnya

Bab 14. Tidak akan menyerah

Henry tidak langsung menjawab. Ia hanya menatapnya lama, sebelum akhirnya berkata dengan suara rendah, "Aku hanya ingin memastikan kau baik-baik saja." Aurora menelan ludah. "Aku baik-baik saja." Henry mengangguk pelan, tetapi tidak pergi. Aurora bisa merasakan udara di antara mereka berubah. Ada sesuatu yang tidak terucap, sesuatu yang menggantung di udara. "Aurora." Henry berbisik, suaranya hampir seperti doa. Aurora menatapnya. "Ya?" Henry menatapnya dalam, seolah-olah ini adalah kesempatan terakhirnya untuk mengatakan sesuatu yang penting. Tetapi pada akhirnya, ia hanya tersenyum kecil, lalu berkata, "Selamat malam!" Aurora hanya bisa menatap punggungnya saat ia pergi, meninggalkan perasaan yang semakin rumit di dalam dadanya.***Keesokan harinya, Aurora berpikir semuanya akan kembali normal, bahwa kejadian di dalam mobil dan di depan pintu kamarnya semalam hanyalah momen sesaat yang bisa ia lupakan. Tetapi Henry membuktikan bahwa ia salah.Saat mereka turun ke lobi hotel u
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-22
Baca selengkapnya

Bab 15. Bersinar di tengah kegelapan

Aurora mengira malam itu akan berakhir seperti sebelumnya dengan perasaan yang menggantung, dengan kebingungan yang tak kunjung menemukan jalan keluar. Tetapi ketika ia menutup pintu kamarnya, tangannya masih menggenggam erat gantungan kunci yang diberikan Henry. Ia menatap benda kecil itu dalam diam. Bentuknya sederhana, tetapi detailnya menunjukkan perhatian. Henry mengingat bahwa ia menyukai kucing. Henry bahkan ingat inisialnya. Mengapa? Aurora mendesah, meletakkan gantungan kunci itu di meja, tetapi tetap tidak bisa mengalihkan pikirannya. Rasanya Henry selalu ada di sekitarnya, selalu memberikan perhatian-perhatian kecil yang membuatnya goyah. Keesokan harinya, Aurora bangun lebih pagi dari biasanya, berpikir bahwa ia bisa menghindari Henry jika turun ke restoran hotel sebelum pria itu tiba. Tetapi begitu ia memasuki ruangan, matanya langsung menangkap sosok yang duduk di dekat jendela, mengenakan kemeja putih bersih yang dilipat hingga siku. Aurora berhenti sejenak, mempert
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-23
Baca selengkapnya

Bab 16. Ruang pertemuan

Henry masih berdiri di depan pintu setelah Aurora pergi, menatap kosong ke arah koridor yang kini sepi. Pikirannya masih dipenuhi sosok wanita itu—cara matanya membelalak saat ia berbisik di dekatnya, bagaimana wajahnya memerah setiap kali ia menggoda. Sebuah ketukan pelan di pintu mengalihkan perhatiannya. Henry menghela napas dan melangkah ke pintu, membukanya dengan ekspresi datar. Di depan pintu berdiri seorang wanita dengan pakaian formal, rambutnya disanggul rapi, dan wajahnya menunjukkan profesionalisme yang tak tergoyahkan. Clara, sekretaris pribadinya. "Selamat pagi, Pak Wilmington!" sapanya dengan suara tenang. "Saya hanya ingin mengingatkan bahwa Anda masih memiliki satu pertemuan lagi dengan klien jam sepuluh nanti." Henry mengangguk pelan, "Aku mengerti." Clara mengamati ekspresi bosnya yang terlihat sedikit berbeda dari biasany seolah pikirannya sedang berada di tempat lain. "Apakah Anda ingin saya mengatur ulang jadwal jika Anda perlu waktu lebih lama untuk beristi
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-23
Baca selengkapnya

Bab 17. Cemburu

Aurora, tidak menyadari perubahan ekspresi Henry, mulai mempresentasikan produk mereka. "Kami sangat bangga memperkenalkan rangkaian produk makanan laut terbaru ini," katanya dengan suara jernih dan penuh semangat. Ia menggeser beberapa piring lebih dekat ke para klien. "Produk kami berasal dari sumber terbaik, ditangkap dengan metode ramah lingkungan, dan diproses menggunakan teknologi canggih untuk memastikan kesegarannya tetap terjaga." Sambil berbicara, Aurora mengambil satu piring kecil berisi scallop panggang yang berkilau dengan lapisan mentega bawang putih. Ia meletakkannya di depan Michael. "Silakan coba, Pak Gilroy," katanya. "Scallop ini langsung diambil dari perairan dalam dan hanya membutuhkan waktu kurang dari 24 jam sebelum sampai ke tangan Anda. Kami memastikan kualitas premium tanpa bahan tambahan yang dapat mengubah cita rasa aslinya." Michael mengambil garpunya dan mencicipi. Matanya sedikit melebar sebelum mengangguk puas. "Luar biasa. Rasanya manis alami, tida
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-23
Baca selengkapnya

Bab 18. Senyum kemenangan

Aurora merasa tubuhnya memanas. Bukan hanya karena kata-kata Henry yang begitu intens, tetapi juga karena caranya menatapnya seolah-olah ia adalah satu-satunya wanita di dunia ini.Namun, sebelum ia sempat mengeluarkan satu kata pun, Henry mundur sedikit, masih dengan ekspresi yang sulit diartikan. Ia lalu meraih tangan Aurora dan menggenggamnya lembut, tetapi dengan cengkeraman yang cukup kuat untuk memberi tahu bahwa ia serius."Ayo, kita kembali ke kamar hotel!" kata Henry.Aurora berusaha menarik tangannya, tapi Henry tidak membiarkannya. "Aku bisa jalan sendiri, Henry.""Tentu saja bisa," katanya, tetapi tetap menggenggam tangannya erat, membimbingnya menuju lift.Setibanya di kamar hotel, Aurora menghempaskan dirinya ke sofa, mencoba menenangkan diri. Ia berpikir bahwa Henry akan duduk di kursi di seberangnya, tetapi ternyata tidak. Ia justru berdiri di dekatnya, menatapnya dari atas dengan ekspresi penuh ketegangan."Aku ingin tahu satu hal," kata Henry tiba-tiba.Aurora mengan
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-25
Baca selengkapnya

Bab 19. Ajakan makan siang

Setelah kepergian Henry, Aurora segera masuk ke apartemennya, mencoba mengabaikan debaran jantungnya yang tidak beraturan. Ia menggigit bibir, meneguk segelas air dingin untuk menenangkan diri. Namun, ia tidak punya waktu untuk terlalu lama memikirkan Henry. Esok hari ada rapat penting yang sudah tertunda selama tiga hari gara-gara Henry mengajaknya bertemu klien di luar kota terpaksa Aurora harus memundurkan jadwal yang sudah di susun.Mila, sekretarisnya, sudah menghubunginya sejak tadi pagi, mengingatkan hari ini ada rapat dengan staf marketing.Aurora segera mandi dan bersiap. Ia mengenakan setelan berwarna merah, memoleskan sedikit riasan untuk menyamarkan kelelahan di wajahnya, lalu bergegas menuju kantor.Begitu ia tiba, Mila langsung menghampirinya.."Bu Aurora. Para staf marketing sudah berkumpul di ruang rapat," bisik Mila.Aurora mengangguk. "Aku mengerti. Mari kita mulai."Ia melangkah ke ruang rapat dengan percaya diri, meskipun ia bisa merasakan tatapan penuh ekspektasi
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-25
Baca selengkapnya

Bab 20. Gosip

Aurora melangkah keluar dari gedung perusahaannya dengan langkah tergesa. Matahari siang menyinari jalanan kota, tetapi tidak mampu mengurangi hawa panas yang ia rasakan di dadanya. Di sampingnya, Henry berjalan dengan santai, seolah tidak peduli dengan sorot mata karyawan yang memperhatikan mereka. Saat mereka tiba di lobi utama, Henry tiba-tiba meraih tangannya. Aurora tersentak, menoleh cepat. "Henry," bisiknya tajam, matanya melirik sekitar dengan gelisah. "Lepaskan tanganku!" Henry hanya menatapnya sekilas, bibirnya melengkung dalam senyum kecil yang tak terbaca. "Kenapa? Aku hanya menggandeng tangan istriku." Aurora menghela napas panjang, mencoba menarik tangannya dengan halus. Namun, genggaman Henry terlalu kuat. "Aku bukan istrimu lagi." Henry menunduk sedikit, mendekat ke telinganya, suaranya rendah namun penuh keyakinan. "Benarkah? Karena menurutku, aku masih mengingat dengan jelas bagaimana rasanya memiliki tangan ini di dalam genggamanku setiap hari." Aurora menegang
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-25
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status