All Chapters of Atasan Posesif itu Mantan Suamiku: Chapter 21 - Chapter 30

36 Chapters

Bab 21. Bukan untuk bernostalgia

Henry menyandarkan tubuhnya, matanya tak lepas dari Aurora yang masih menatap meja dengan ekspresi rumit. Ia tersenyum kecil. "Kau sengaja membawa aku ke sini?" tanya Aurora akhirnya, menyilangkan tangan di dada, mencoba menyembunyikan kegugupannya. Henry mengangkat alis. "Kenapa? Terlalu banyak kenangan?" Aurora mendengus pelan. Ia mengambil menu dan berpura-pura fokus memilih makanan, padahal pikirannya kacau. Sementara itu, Henry justru tak menyentuh menu sama sekali. Ia hanya menatap Aurora, seolah-olah sedang menghafal setiap detail wajahnya. "Kau tampak cantik hari ini." Aurora menghela napas, meletakkan menu dengan sedikit keras. "Henry, kita di sini untuk makan siang, bukan untuk bernostalgia." Henry tersenyum, menikmati reaksi Aurora yang berusaha keras menjaga batas. "Baiklah, kalau begitu aku akan langsung ke intinya." Ia mencondongkan tubuhnya sedikit, mendekat ke meja, tatapannya lebih serius. "Aku ingin kita bicara soal kita lagi." Aurora menegang. Ia me
last updateLast Updated : 2025-03-25
Read more

Bab 22. Archer Wilmington

Henry duduk di belakang meja kerjanya begitu tiba di ruangannya. Secangkir kopi panas sudah tersedia di meja kerjanya. Ia menyesap kopinya perlahan, membiarkan pahitnya menyatu dengan pikirannya yang juga terasa getir. Perbincangannya dengan Aurora tadi terus terngiang di kepalanya, terutama bagaimana wanita itu menghindari tatapannya dan menarik tangannya dengan gemetar.Henry menyandarkan tubuhnya ke kursi, senyum kecil terulas di wajahnya. Ponselnya bergetar di meja. Henry menoleh dan melihat nama yang terpampang di layar. Archer.Seketika ekspresinya berubah. Senyumnya sirna, tergantikan oleh tatapan dingin dan rahang yang mengeras. Henry tidak langsung mengangkatnya. Ia menatap layar itu beberapa saat, mempertimbangkan apakah ia harus mengabaikan panggilan tersebut. Namun, ia tahu ayahnya bukan tipe yang menyerah begitu saja.Dengan napas berat, ia akhirnya mengangkatnya. "Ada apa?"Suara berat di seberang terdengar formal, seperti biasa. "Temui aku di Izakaya Hana pukul delapan
last updateLast Updated : 2025-03-26
Read more

Bab 23. Cinta yang tidak akan membawa kebahagiaan

Archer hanya mengaduk sup misonya dengan sumpit, lalu berkata dengan nada datar, "Yang perlu kau tahu adalah aku tidak ingin kau bersamanya dan aku memperingatkanmu untuk menjauhinya." Henry mendecakkan lidah. "Dulu aku sudah menuruti kemauanmu, tapi tidak lagi. Aku tidak akan membiarkanmu mengatur hidupku lagi." Mata Archer menyipit. "Jangan terlalu percaya diri, Henry. Aku tidak akan tinggal diam." Mereka saling menatap dengan ketegangan yang hampir bisa dirasakan di udara. Kemudian, Archer menenangkan dirinya dan meletakkan sumpitnya. "Sebenarnya, aku memanggilmu ke sini untuk hal lain." Henry mengerutkan kening. "Aku sudah mengatur perjodohan untukmu." Dada Henry terasa seperti ditinju. "Apa?" "Dia putri dari rekan bisnisku. Wanita yang berkelas dan berasal dari keluarga terpandang." Henry terkekeh sinis. "Aku tidak tertarik." "Henry, ini bukan permintaan." Henry menyilangkan tangan di dada. "Aku tidak peduli. Aku tidak akan menikahi seseorang hanya karena kau mengingink
last updateLast Updated : 2025-03-26
Read more

Bab 24. Terkadang, cinta saja memang tidak cukup.

Aurora menarik napas panjang, berusaha mengendalikan emosinya. Hatinya terasa sesak. Ia tahu ibunya hanya ingin melindunginya, tetapi mendengar permintaan itu dari mulut Rosamaria seperti pisau yang menusuk tepat ke jantungnya.“Ibu pikir aku akan lebih bahagia tanpa Henry?” suaranya bergetar, hampir berbisik.Rosamaria menatapnya dengan sorot mata penuh kasih, tapi juga ada ketegasan di sana. “Kadang, kebahagiaan bukan hanya tentang siapa yang kita cintai, tapi juga siapa yang membuat kita lebih baik.”Aurora terdiam. Kata-kata ibunya menggema dalam benaknya. Ia mengangkat wajah, matanya yang berkaca-kaca menatap lurus ke mata Rosamaria. “Ibu, apakah ini karena seseorang menyuruhmu mengatakan ini?”Rosamaria terkejut. Sekilas, matanya berkedip panik, tapi ia segera menyembunyikannya.“Aurora.”Aurora menggeleng, suaranya lebih kuat sekarang. “Ibu tidak akan tiba-tiba mengatakan ini kalau tidak ada sesuatu di baliknya.”Rosamaria terdiam. Ia ingin menyangkal, tetapi tatapan tajam putr
last updateLast Updated : 2025-03-27
Read more

Bab 25. Bayang-bayang cemburu

Aurora menutup matanya sejenak, berusaha menenangkan hatinya yang kacau. Sejak pertemuannya dengan ibunya tadi sore, pikirannya dipenuhi dengan kata-kata Rosamaria dan bayangan Henry yang terus menghantuinya. Ia meraih ponselnya yang tergeletak di atas meja, jari-jarinya gemetar saat hendak menghubungi Henry. Namun, sebelum sempat menekan tombol panggilan, ponselnya bergetar. "Andrew Smith?" gumamnya saat melihat nama yang tertera di layar. Dengan sedikit ragu, ia menggeser ikon hijau dan menempelkan ponsel ke telinga. "Halo?" "Aurora, aku harap tidak mengganggumu." Suara Andrew terdengar ramah seperti biasa. "Tidak, ada apa, Andrew?" "Aku ingin bertemu denganmu untuk membahas beberapa dokumen penting terkait keluargamu. Bisa kita bertemu di restoran Saville malam ini?" tanyanya sopan. Aurora mengerutkan kening. "Dokumen penting? Terkait apa?" "Lebih baik kita bahas secara langsung. Aku janji ini tidak akan memakan banyak waktumu." Aurora berpikir sejenak. Ia memang mem
last updateLast Updated : 2025-03-30
Read more

Bab 26. Keteganan di lift

Henry menghela napas dalam, berusaha meredam emosi yang berkecamuk di dadanya. Begitu pintu lift terbuka di lantai tempat kantor Aurora berada, wanita itu segera melangkah keluar tanpa memberi Henry kesempatan untuk berbicara lebih jauh. Henry mengikutinya, langkahnya cepat menyusul Aurora yang sudah hampir mencapai ruangannya. "Aurora, kita perlu bicara," suara Henry terdengar lebih lembut, tetapi tetap penuh ketegasan. Aurora berhenti di depan pintu kantornya, tangannya menggenggam kenop pintu sejenak sebelum berbalik menghadap Henry. Tatapannya tajam dan penuh keteguhan. "Henry, aku lelah. Aku tidak ingin bertengkar denganmu saat ini." Henry mengusap wajahnya frustasi. "Aku tidak ingin bertengkar, Aurora. Aku hanya ingin kau mengerti. Aku tidak bisa diam saja melihatmu bersama pria lain tanpa tahu apa yang sebenarnya terjadi. Aku—" "Kau apa, Henry? Cemburu?" potong Aurora cepat. "Kau tidak punya hak untuk bersikap seperti ini padaku. Kita sudah bukan siapa-siapa lagi." Wajah H
last updateLast Updated : 2025-04-03
Read more

Bab 27. Foto

Henry tidak langsung kembali ke kantornya. Ia keluar dari gedung itu tanpa tujuan jelas, berjalan menyusuri trotoar kota. Angin sore menusuk kulitnya, namun tak ada yang lebih dingin dari perasaan yang menyelimuti dadanya. Tatapan Aurora tadi—penuh keraguan dan ketegasan—masih terpatri jelas dalam pikirannya.Ia berhenti di sebuah kedai kopi kecil yang biasa mereka kunjungi dulu. Tempat itu kini terasa begitu asing. Duduk di sudut dekat jendela, Henry memandang kosong ke luar sambil menggenggam cangkir yang bahkan tak disentuh isinya. Kepalanya terus dipenuhi bayangan Aurora dan Jordan.Jordan.Nama itu terasa seperti duri. Ia tak pernah suka pria itu sejak awal. Terlalu sopan, terlalu sempurna, dan yang paling menyebalkan terlalu dekat dengan Aurora.***Sementara itu, Aurora termenung di ruangannya. Rapat yang menunggunya pukul lima terpaksa ia batalkan. Perasaannya terlalu kacau. Ia menatap ponsel di meja, berharap Henry menghubunginya. Tapi layar tetap gelap. Tak ada pesan, tak ad
last updateLast Updated : 2025-04-04
Read more

Bab 28. Dihantam gelombang

Aurora bangkit dari kursinya, matanya mulai berkaca. "Kau tak bisa menuntut aku memilih sekarang, Henry. Aku juga sedang berjuang dengan diriku sendiri!" "Kau tidak bersikap seolah aku bukan siapa-siapa." "Dan kau? Kau pikir mudah bagiku? Kau selalu hadir tanpa memberi kepastian. Kau menuntut kejelasan dari hatiku, tapi kau sendiri belum menyembuhkan luka kita dulu." Henry menatapnya dalam-dalam. "Karena aku pikir, cinta itu bisa menyembuhkan sendiri." "Aku lelah!" Aurora berseru. "Aku lelah mencintaimu, lalu harus bersikap seolah aku tidak peduli hanya karena takut jatuh lagi. Aku lelah menahan semuanya sendiri." Henry menghela napas panjang. Wajahnya kini dipenuhi luka, kekecewaan, dan kesedihan. "Kalau begitu mungkin aku memang harus pergi," katanya pelan. Aurora menatapnya, terkejut. "Apa maksudmu?" "Aku mencintaimu, Aurora, tapi kalau kehadiranku justru membuatmu semakin ragu, mungkin aku memang harus menjauh." Aurora menggeleng. "Jangan lakukan ini!" Tapi Henr
last updateLast Updated : 2025-04-05
Read more

Bab 29. Harga yang pantas untuk dibayar

Archer bersandar santai di kursinya. “Aku hanya menunjukkan pada dunia kebenaran, Henry atau kau ingin tetap buta pada perempuan yang jelas-jelas mengkhianatimu?” “Kau tidak tahu apa-apa tentang kami!” Henry membanting tangannya ke meja, wajahnya memerah. “Kau tidak tahu bagaimana aku mencintainya. Kau tidak berhak mencampuri urusan pribadiku!” Archer tidak mundur, tidak gentar. “Kau masih bertindak seperti anak kecil. Kau pikir cinta bisa menyelamatkan masa depanmu? Kau pewaris Wilmington. Hidupmu bukan hanya tentang perasaan. Kau butuh stabilitas. Yolanda memberimu itu.” Henry tertawa miris. “Apa itu? Stabilitas? Atau kendali? Kau ingin aku jadi boneka yang bisa kau arahkan sesuka hati?” Archer berdiri, perlahan. “Aku ingin kau menjadi pria yang tidak dikendalikan oleh kelemahan emosional. Kau pikir aku membangun ini semua dengan cinta? Dunia ini dibangun oleh pilihan logis dan aliansi strategis.” Henry menggeleng. “Kau membangun semuanya dengan kekejaman.” Keheningan menggant
last updateLast Updated : 2025-04-07
Read more

Bab 30. Tembok tinggi

Aurora berdiri di pantry kantor dengan secangkir kopi yang sudah dingin di tangannya. Kepalanya masih terasa berat oleh tatapan Henry pagi tadi—dingin, tanpa kata, namun menyakitkan. Langkah cepat seseorang membuatnya menoleh. “Aurora!” Florien muncul dengan wajah cemas dan napas terengah. “Aku langsung ke sini setelah lihat foto itu. Kamu… kamu baik-baik saja?” Aurora mengerjap, berusaha tersenyum meski lelah. “Sepertinya aku masih jadi pusat gosip." Florien menghela napas dalam-dalam, lalu menyodorkan ponselnya. Di layar masih terbuka foto yang sudah viral di lingkaran terbatas mereka: Aurora dan Jordan, tampak berciuman di balkon restoran. “Vernon yang nemu ini. Dia kaget setengah mati. Dia bahkan sempat pikir ini editan." “Aku dan dia tidak ada hubungan apa-apa,” sela Aurora dengan nada lirih. Florien terdiam, matanya menyiratkan simpati yang dalam. “Benarkah?" “Iya ” Aurora menatap cangkirnya dengan hampa. “Itu bukan ciuman yang kuminta, bahkan bukan ciuman sungguhan." F
last updateLast Updated : 2025-04-08
Read more
PREV
1234
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status