Bab 1: Hari Perjodohan yang Berantakan “Nadia ke mana?!” Suara Ibu menggema di ruang rias, membuat semua orang di dalam ruangan terpaku. Aisyah berdiri kaku di sudut, menggenggam ujung jilbab putihnya yang sudah basah oleh keringat dingin. Dari pantulan cermin besar, ia bisa melihat wajah Ibu yang merah padam, sementara Bapak mencoba menenangkan istrinya dengan suara rendah. “Tadi masih di sini, Buk. Dia bilang mau ke kamar mandi,” jawab salah seorang kerabat yang ikut membantu acara. “Sudah setengah jam!” Ibu mendengus kesal. Ia menoleh ke arah Aisyah. “Ais, kamu lihat kakakmu enggak?” Aisyah menggeleng cepat. “Enggak, Bu. Tadi Mbak Nadia bilang mau ke kamar mandi, tapi Ais enggak tahu ke mana lagi.” Ibu menekan pelipisnya, napasnya memburu. “Ya Allah… apa dia kabur?” gumamnya, hampir tak terdengar. Namun, itu cukup membuat Aisyah terkejut. “Bu, jangan berpikiran macam-macam dulu. Mungkin Nadia hanya butuh waktu,” sahut Bapak, mencoba meredakan situasi. “Waktu apa, Pak?
Last Updated : 2025-02-24 Read more