All Chapters of Lamar Kakak, Nikahi Adiknya: Chapter 11 - Chapter 20

28 Chapters

Bab 11

"Aku hanya ingin semua orang tahu kebenarannya, Za. Mereka berhak tahu." Suara Nadia terdengar begitu tenang, tetapi setiap katanya menusuk seperti belati. Di seberang telepon, Reza mengepalkan tangannya, rahangnya mengeras."Apa maksudmu?""Aku sudah berbicara dengan media. Mereka tertarik dengan kisah kalian. Aku pikir, dunia perlu tahu bahwa pernikahanmu bukan atas dasar cinta, tapi sekadar menutupi aib keluarga."Darah Reza mendidih. "Nadia! Apa yang kau lakukan?! Kau sadar ini bisa menghancurkan Aisyah?"Hening sejenak sebelum suara tawa kecil terdengar dari ujung telepon. "Aisyah? Oh, jadi sekarang kau peduli padanya?"Reza terdiam, hatinya bergejolak. Bagaimana mungkin Nadia bisa bersikap seakan semua ini hanya permainan? "Reza, aku hanya ingin kau jujur. Kau tidak benar-benar mencintainya, kan? Pernikahan itu hanya cara keluargamu untuk menutup-nutupi sesuatu. Aku hanya membantumu melepaskan beban ini."Tanpa berpikir panjang, Reza menutup teleponnya. Napasnya memburu. Ia seg
last updateLast Updated : 2025-03-14
Read more

Bab 12

"Aku pergi dari rumah ini."Aisyah menatap Reza dengan sorot mata yang tak lagi ragu. Suaranya lembut, tetapi ada ketegasan yang tak bisa diabaikan. Saat itu, ia merasakan setiap detak jantungnya berdentang keras, semacam sinyal untuk dirinya sendiri bahwa ini adalah langkah yang harus diambil.Reza, yang baru saja melepaskan dasinya setelah seharian bekerja, membeku di tempat. Dahinya berkerut, ekspresinya datar, tetapi matanya menunjukkan sesuatu yang lain—kaget, marah, atau mungkin takut? Ketiga perasaan itu saling beradu di dalam dirinya."Apa maksudmu?" Suaranya terdengar lebih tajam dari yang ia maksudkan, tetapi ketegangan di antara mereka membuatnya sulit untuk berbicara lembut.Aisyah menarik napas dalam, berusaha mengendalikan detak jantungnya yang terasa berat. "Aku butuh waktu untuk sendiri, Mas Reza. Aku nggak bisa terus-terusan berada di sini tanpa tahu apa posisiku sebenarnya."Reza melangkah mendekat dengan langkah mantap, seolah ingin menegaskan keberadaannya. "Aisyah
last updateLast Updated : 2025-03-16
Read more

Bab 13

"Aku nggak akan diam aja, Za."Reza menatap perempuan di hadapannya dengan rahang mengatup rapat. Nadia, dengan tatapan penuh perhitungan, bersandar di kursinya. Kedai kopi tempat mereka bertemu terasa sesak meski hanya ada beberapa pengunjung. Suasana menjadi tegang, seolah ada badai yang siap mengguncang kedamaian yang sempat mereka nikmati."Apa maksudmu?" suara Reza terdengar datar, tetapi ada ketegangan di baliknya. Ia mencoba menjaga ketenangannya meski di dalam hatinya, kekhawatiran mulai merayap.Nadia menyunggingkan senyum tipis, tetapi senyumnya tak menyiratkan kebahagiaan—hanya ada rasa puas di sana. "Aku nggak butuh basa-basi. Aku mau kamu tinggalkan Aisyah dan kembali padaku."Reza terkekeh pendek, tapi tidak ada tawa di matanya. "Mimpi aja, Nad. Aku nggak punya alasan buat ninggalin Aisyah." Dia merasa seolah Nadia baru saja menabuh genderang perang."Oh?" Nadia mengangkat alisnya, ekspresinya penuh ejekan. "Jangan pura-pura, Za. Kamu menikahinya cuma karena tanggung jaw
last updateLast Updated : 2025-03-16
Read more

Bab 14

"Kamu pikir bisa terus bersembunyi, Aisyah?"Suara tajam itu menyambutnya begitu ia melangkah masuk ke halaman sekolah. Aisyah berhenti di tempat, merasakan tatapan menusuk dari beberapa siswa yang sudah berkumpul di depan gerbang. Bisik-bisik mulai terdengar, seolah-olah mereka sedang menunggu sesuatu terjadi. Aisyah menggigit bibirnya, berusaha menenangkan jantung yang berdegup kencang.Laila yang berjalan di sebelahnya langsung mengeratkan genggaman di lengan Aisyah. “Abaikan mereka, Ais. Mereka cuma cari perhatian.” Suara Laila lembut namun tegas, berusaha memberikan semangat untuk sahabatnya yang tertekan.Aisyah menelan ludah, berusaha mengumpulkan keberanian. Namun sebelum ia bisa melangkah lagi, seorang gadis dengan rambut panjang terurai melangkah mendekat—Sinta. Salah satu orang yang paling vokal dalam menyebarkan gosip tentangnya. Aisyah merasakan perutnya bergejolak. “Kamu pasti senang, ya? Udah dapat suami kaya, bisa enak-enakan sekarang?” Sinta menyilangkan tangan di de
last updateLast Updated : 2025-03-16
Read more

Bab 15

"Kamu masih marah?"Aisyah menatap Reza yang duduk di hadapannya dengan ekspresi tenang, tetapi matanya sulit ditebak. Mereka berada di sebuah kafe kecil di sudut kota, tempat yang pernah mereka datangi sebelumnya. Bedanya, kali ini tidak ada paksaan. Tidak ada Nadia. Tidak ada bayang-bayang orang lain. Hanya mereka berdua."Aku nggak marah, Mas," jawab Aisyah akhirnya, suaranya pelan, tetapi tegas. Dia berusaha menampilkan ketenangan meski dalam hatinya masih bergejolak.Reza mendesah, tampak tidak yakin. "Tapi kamu juga nggak baik-baik aja."Aisyah menundukkan kepala, merasakan beban di dadanya. Dia memang tidak baik-baik saja. Banyak hal masih mengganjal di hatinya—tentang pernikahannya, tentang Nadia, tentang perasaannya sendiri. Tapi mengungkapkan semua itu? Rasanya terlalu sulit. "Aku cuma... lagi menyesuaikan diri," katanya, memilih kata-kata dengan hati-hati, berharap bisa menyampaikan perasaannya tanpa menambah ketegangan.Reza mengamati wajahnya, seolah berusaha mencari tahu
last updateLast Updated : 2025-03-16
Read more

Bab 16

"Kamu pikir bisa terus bersembunyi di balik status istri sah?"Suara Nadia menggema di dalam ruangan, memecah keheningan yang sejak tadi menggantung. Mata Aisyah melebar, tangannya mencengkeram erat kain gamisnya. Dalam momen yang penuh ketegangan ini, Aisyah merasakan jantungnya berdegup kencang, seolah setiap detak menambah berat suasana yang menindihnya.Di hadapannya, Nadia berdiri dengan senyum penuh kemenangan. Di tangannya, sebuah ponsel terbuka menampilkan komentar-komentar panas di media sosial. Nama Reza dan keluarganya berserakan di berbagai berita daring, lengkap dengan berbagai spekulasi liar yang mencoreng harga diri mereka. Setiap kata yang tertulis seakan menusuk langsung ke dalam hati Aisyah, membuatnya merasa terjepit antara fakta dan kebohongan yang terus berkembang."Aku hanya bilang yang seharusnya orang tahu, Ais." Nadia melangkah maju, menatap Aisyah seolah dia adalah pion yang bisa dimainkan sesuka hati. "Kamu tahu, kan? Dari awal aku yang seharusnya di posisi
last updateLast Updated : 2025-03-17
Read more

Bab 17

"Aku nggak ngerti kenapa aku harus terus berusaha bertahan di sini, Mas."Aisyah menunduk, suaranya lirih, tapi ada ketegasan di sana. Reza, yang baru saja melepas dasinya, menghentikan gerakannya. Matanya menatap punggung Aisyah yang duduk di tepi tempat tidur, jari-jarinya meremas kain gamisnya sendiri. Dalam suasana yang tegang ini, perasaan Aisyah tampak begitu menyesakkan, seolah ada beban berat yang harus dia angkat sendirian."Apa maksudmu?" Reza akhirnya membuka suara, suaranya lebih rendah dari biasanya. Dia bisa merasakan ketidakberdayaan yang melingkupi Aisyah, dan hatinya terasa tertekan melihat istri yang dicintainya berada dalam kondisi seperti ini.Aisyah menarik napas dalam sebelum akhirnya menoleh. Mata beningnya menatap lurus ke arah Reza, menahan sesuatu yang sulit dia ungkapkan. "Aku capek, Mas. Aku capek jadi seseorang yang terus dibanding-bandingkan sama Mbak Nadia. Aku capek jadi bahan omongan orang-orang, bahkan keluargamu sendiri. Aku capek ngerasa kalau aku c
last updateLast Updated : 2025-03-17
Read more

Bab 18

"Aku tidak pernah setuju dengan pernikahan ini!"Suara Ibu Reza menggema di ruang makan keluarga, membuat suasana seketika membeku. Aisyah menunduk, jemarinya menggenggam ujung rok dengan erat. Perasaan itu kembali muncul—perasaan bahwa dia memang tidak diinginkan. Dalam hatinya, terbersit rasa cemas yang semakin menguat, seolah-olah dia adalah tamu yang tidak diinginkan dalam rumah yang seharusnya menjadi tempatnya bernaung.“Aisyah tidak akan pernah bisa menggantikan Nadia. Dia bukan menantu yang aku harapkan,” lanjut Ibu Reza, tatapannya tajam menusuk ke arah Aisyah. Setiap kata yang keluar seperti anak panah yang mengarah ke jantungnya, membuatnya merasa semakin terpuruk.Aisyah menarik napas pelan, mencoba menenangkan diri, tetapi kata-kata itu tetap terasa menyakitkan. Sejak awal, dia sudah tahu bahwa keberadaannya tidak diterima di rumah ini, tetapi mendengarnya secara langsung tetap saja membuat hatinya nyeri. Dia merasa seperti terjebak dalam lingkaran ketidakadilan, di mana
last updateLast Updated : 2025-03-17
Read more

Bab 19

"Kamu nggak akan nolak kerja sama ini, kan, Za?"Suara Nadia terdengar begitu percaya diri, seakan sudah memperhitungkan semua kemungkinan. Reza menatap perempuan itu dengan rahang mengeras. Mereka duduk di ruang rapat salah satu restoran milik Reza, tempat yang sengaja dipilih Nadia agar tampak profesional. Suasana di dalam ruangan terasa tegang, dengan aroma kopi yang menyelimuti percakapan yang penuh dengan ketidakpastian."Aku nggak tertarik, Nad," jawab Reza tegas. Dia mencoba menjaga jarak emosional, tetapi dalam hati, ketidaknyamanan itu semakin menguat. Kenangan-kenangan buruk tentang masa lalu mereka berdua mulai merayap kembali.Nadia tersenyum miring. "Kamu yakin? Ini penawaran bisnis yang nggak akan rugi buat kamu. Kontrak kerja sama ini bisa menaikkan valuasi perusahaan kamu hampir dua kali lipat." Ada nada menggoda di suaranya, seolah-olah dia tahu betul bagaimana cara menarik perhatian Reza.Reza bersandar ke kursi, menatap Nadia dengan tatapan tajam. "Aku lebih pilih b
last updateLast Updated : 2025-03-17
Read more

Bab 20

"Aku lelah, Mas. Aku nggak bisa terus-terusan berusaha kalau aku sendiri nggak yakin aku memang pantas di sini."Aisyah menatap Reza dengan mata yang dipenuhi air. Suaranya terdengar pelan, tetapi cukup untuk menusuk hati pria di depannya. Dia merasa terjebak dalam perasaannya sendiri, dan saat-saat seperti ini membuatnya meragukan segala sesuatu yang telah dia jalani bersama Reza."Jangan ngomong gitu, Dek Ais." Suara Reza lebih rendah dari biasanya, nyaris seperti bisikan. "Aku tahu ini berat, tapi kita bisa cari jalan keluar bareng-bareng." Ada nada harapan dalam suaranya, tetapi Aisyah merasa semua itu sia-sia.Aisyah menggeleng. "Aku udah coba. Aku berusaha keras buat bertahan, buat percaya kalau aku bisa jadi bagian dari hidup Mas Reza. Tapi yang selalu aku lihat cuma bayang-bayang Mbak Nadia. Aku capek." Kata-kata itu meluncur keluar seperti aliran air yang tidak bisa dia tahan lagi. Setiap detik rasanya semakin menyakitkan.Reza mengatupkan rahangnya. Tangannya mengepal di sis
last updateLast Updated : 2025-03-17
Read more
PREV
123
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status