All Chapters of Pak Edward, Istrimu Ingin Cerai: Chapter 31 - Chapter 40

50 Chapters

Bab 31

Dylan belum sempat mengatakan sepatah kata pun. Di sisi lain, Clara refleks menoleh saat mendengar seseorang mendekat. Saling pandang antar keduanya pun tak bisa dihindarkan.Senyum sebelumnya yang terpancar di wajah Vanessa kini memudar begitu melihat Clara, dan berubah menjadi dingin.Dia hanya menatap sebentar, lalu mengalihkan pandangannya, seolah Clara tak ada di sana. Dia tersenyum seperti sebelumnya saat kembali menatap Dylan. Hanya saja, saat hendak berbicara dengan Dylan, Dylan justru tersenyum ke arah Clara, sambil berkata, “Clar, ini Vanessa. Kamu mau berkenalan dengannya?”Kata-kata yang Dylan ucapkan, mengandung tiga makna sekaligus.Pertama, hubungan Dylan dan Clara sangatlah dekat. Kedua, Dylan tahu tentang konflik yang terjadi antara Vanessa dan Clara. Terakhir, Dylan secara terang-terangan berpihak pada Clara.Sebelum ini, Vanessa tidak tahu Dylan dan Clara saling mengenal satu sama lain. Terlebih lagi hubungan mereka begitu akrab. Dia tidak tahu pasti sejauh apa hu
Read more

Bab 32

Dylan ingin tahu maksud ucapan tuan rumah dan bertanya, “Jadi?”“Orang seperti itu, biasanya sulit masuk ke dalam lingkaran komunitas kita, apalagi berbaur dengan keluarga terpandang seperti Keluarga Anggasta atau yang lainnya. Tapi lihat, Bu Vanessa itu cukup mudah masuk ke lingkaran komunitas ini, bahkan hubungannya cukup baik dengan mereka. Hebat sekali.”“Awalnya aku heran kenapa Edward tiba-tiba datang ke jamuan ini. Ternyata, belakangan aku sadar, dia datang untuk mengenalkan koneksinya pada Bu Vanessa.”“Kalau Edward sampai turun tangan sendiri memperkenalkan koneksinya, apalagi membawa Gading dan lainnya, itu artinya dia benar-benar serius dengan Bu Vanessa. Kalau nggak, buat apa dia repot-repot seperti ini.”“Dengan Edward membuka jalan, Keluarga Gori mungkin akan melesat dalam waktu singkat.”Dylan dan Clara tampak mendengarkan tanpa menyela.Terakhir, tuan rumah menghela napas panjang, lalu berkata, “Haiss… Keluarga Gori benar-benar beruntung punya anak seperti itu, bikin ir
Read more

Bab 33

Tepat pada saat ini, terdengar langkah kaki dari luar.Edward sudah pulang.“Ayah!” teriak Elsa.“En.” Edward masuk perlahan dan berjalan ke tepi ranjang.Clara berniat meletakkan Elsa di atas ranjang, memberi Edward sedikit ruang. Namun, Elsa enggan berpisah dengannya, gadis kecil itu tetap bersandar padanya meski tangan mungilnya terulur ke arah Edward.Edward melangkah mendekat hendak memeluk Elsa.Saat memeluk Elsa, Edward terlihat sangat dekat dengan Clara, hingga dia bisa menangkap aroma maskulin familier dari tubuhnya.Di waktu yang bersamaan, tercium juga wangi parfum wanita yang lembut dan elegan.Yaps, parfum Vanessa, dia sempat mencium aroma parfum ini dari tubuh wanita itu saat sedang berada di acara tadi.Clara berusaha mengalihkan pandangannya. Dia pun bangkit dan menjaga jarak dengan Edward hingga aroma parfum itu tidak tercium lagi.Tangan Edward yang berhiaskan jam tangan mewah dengan perlahan menyentuh kening Elsa, lalu menatap Clara, berkata, “Berapa suhunya? Sudah t
Read more

Bab 34

Keluar dari dapur, mata Clara tertuju pada sosok Edward yang duduk di sofa ruang tamu membaca koran.Begitu melihat Clara, Edward hanya melirik sekilas lalu kembali fokus pada koran yang sedang dia baca.Langkah kaki Clara terhenti sejenak.Dulu, dia pasti akan mendekat, duduk di samping pria itu tanpa mengganggu, hanya untuk lebih banyak menghabiskan waktu bersama.Namun kini …Tak ada lagi yang harus mereka bicarakan.Memikirkan hal itu, Clara berbalik menaiki tangga, sementara Edward tidak menghentikannya.Hanya saja, Clara merasa sedikit bingung.Dia sempat mengira Edward akan menegurnya atas kejadian di jamuan malam ini. Bagaimana tidak? Dia dan Dylan telah mempermalukan Vanessa.Namun, pria itu justru tak mengatakan apa pun...Setibanya di atas, tampak Elsa sudah terbangun. Elsa keluar dari kamarnya dengan wajah lesu mencari keberadaan Clara, lantas berkata, “Mama, aku lapar, apa buburnya sudah matang?”“Bentar lagi ya, Sayang.” Clara menoleh ke Bibi Sari, bertanya, “Masih demam?
Read more

Bab 35

Saat Edward melihat ke arah kamar mandi, Elsa langsung berkata, “Itu Mama yang di dalam.”“En,” angguk Edward.“Kamu yang minta Mama mandi di sini?” tanya Edward kemudian.“Nggak, Mama sendiri yang langsung ke sini bawa bajunya.”Edward tak lagi bertanya. Dia hanya mengobrol sejenak, meminta Elsa tidur lebih awal, lalu keluar kamar.Di dalam kamar mandi, Clara mendengar pergerakan di luar. Dia tahu kedatangan Edward, tapi tidak tahu jelas apa yang sedang mereka bicarakan.Elsa masih belum sembuh total dari sakitnya. Selesai minum obat, dia pun mengantuk. Melihat malam semakin larut, selesai mandi, dia langsung menemani Elsa di ranjang.Elsa meringkuk ke dalam pelukan Clara, menenggelamkan wajahnya ke bahu Clara. “Mama wangi banget, lembut,” ucapnya.Elsa merasa pelukan ibunya adalah tempat ternyaman.Bahkan lebih nyaman dari pelukan Vanessa.Namun, dia tahu Clara tidak menyukai Vanessa, sudah tentu dia tidak mungkin mengatakannya.Tak butuh waktu lama, Elsa sudah tertidur.Clara juga m
Read more

Bab 36

Clara tak menjawabnya, hanya mengusap lembut kepala Bella, sambil berkata, “Jangan bilang Elsa kalau Tante yang mengantarmu, ya?”“Iya, Tante,” angguk Bella.Saat itu, hanya karena memeluk Clara, Elsa langsung marah padanya. Sebenarnya, dia sedikit takut pada Elsa. Saat di sekolah pun, dia jarang mengobrol dengannya.Sementara Elsa, mungkin karena masih marah, dia tampak kesal setiap kali melihatnya.Di depan mereka, Edward, Vanessa dan Elsa tampak seperti keluarga kecil yang bahagia.Clara menatap sejenak, merasa mereka sangat cocok sekali.Tak lama, dia mengalihkan pandangannya.Beberapa saat kemudian, begitu Edward dan Vanessa pergi, barulah Clara turun dan mengantar Bella masuk.Guru wali kelas Elsa tentu tahu Clara adalah ibu kandung Elsa.Saat melihat Elsa diantar Edward dan seorang wanita, dia pun mengira kalau Clara sedang sibuk.Namun sekarang…Saat melihat Clara menggandeng Bella, dalam sekejap dia merasa linglung, berkata, “Bu, Bu Clara dan Bella… ”“Bu Cindy lagi ada urusan
Read more

Bab 37

Begitu melihat Clara, semua orang tampak kagum.Bahkan, ada salah satu karyawan bangkit berdiri penuh antusias ingin menjadi penanya pertama. “Pak Dylan, apa cewek cantik ini karyawan baru di sini?” tanyanya.“Wah, wah, cepat sekali informasinya beredar,” canda Dylan sembari tersenyum. Dia lantas memperkenalkan Clara, berkata, “Perkenalkan, dia Clara, dia adalah …”Belum sempat menyelesaikan ucapannya, tiba-tiba terdengar suara Rendi menyela, “Oh, jadi karena dia, Pak Dylan menolak juniorku?”Dylan tertegun, lalu mengangguk berkata, “Ya.”“Mengenai masalah itu, aku akan memberikan sebuah …”Sebelum Dylan sempat menyelesaikan lagi ucapannya, Rendi kembali menyela sambil menatap Clara, “Tahun ini, juniorku mendapatkan gelar doktor dari universitas top dunia di usia baru menginjak dua puluh lima tahun. Karena bisa menyingkirkan juniorku masuk ke sini, pastinya Bu Clara punya riwayat pendidikan yang luar biasa, bukan?”Vanessa mengatakan penolakan Dylan terhadapnya murni karena alasan prib
Read more

Bab 38

“Nggak perlu, aku nggak akan pernah menginjakkan kakiku di Morti Group lagi!”Rendi pergi tanpa menoleh ke belakang.Clara tentu menghargai talenta seseorang.Dia menatap Dylan, Dylan hanya menggelengkan kepalanya seolah memintanya jangan terburu-buru.Rendi memang berbakat, Dylan sendiri tidak rela melepas kepergian talenta sepertinya.Namun, saat pertama kali bertemu Vanessa, dia sudah menyadari kalau Rendi memiliki perasaan khusus pada wanita itu.Hal itu adalah masalah pribadi Rendi, Dylan awalnya tidak peduli.Namun sekarang, melihat bagaimana Rendi bertindak gegabah dan langsung menyimpulkan hal negatif tentang Clara, tentu itu sudah kelewat batas.Apalagi, “Cuap” keluaran Morti Group ini memiliki keterkaitan dengan pemerintah dan terikat dalam perjanjian rahasia. Itu sebabnya identitas Clara tidak boleh diekpos.Jika Rendi bisa bertindak gegabah seperti ini hanya karena Vanessa, seolah Vanessa lebih hebat dari wanita mana pun, bahkan kalaupun Clara membuktikan kemampuannya, Rend
Read more

Bab 39

Begitu Rendi keluar dari Morti Group, dia langsung menelepon Vanessa.“Clara sudah masuk ke Morti Group?”“En.” Rendi merasa aneh: “Apa kamu nggak tahu ini?”Bukankah Clara yang mengusirnya, agar dirinya bisa masuk ke Morti Group?“Aku nggak tahu.”Dia mengira Dylan tidak mempekerjakannya, hanya demi membalas dendam Clara.‘Jika Clara sudah pindah ke Morti Group, berarti dia sudah keluar dari Anggasta Group?’Rendi tertegun sejenak: “Kalau gitu alasan pribadi yang kau bilang sebelumnya?”Vanessa tidak mau bicara lebih banyak lagi: “Dendam pribadi saja.”“Tapi—”“Ada apa?”Dialah yang sudah salah paham, keluarnya dia dari perusahaan tidak berhubungan dengan Vanessa sama sekali.Setelah memikirkan ini, Rendi bertanya: “Gimana dengan kemampuan Clara? Kudengar Clara nggak doktoral, dia... "“Dia bukan hanya nggak lulus doktoral, dia juga cuma lulusan S1, bahkan S2 pun dia nggak pernah.”“Ah? Benaran?”“En.”Setelah berkata sampai sini, nada bicara Vanessa sangat dingin dan tenang.Dia juga
Read more

Bab 40

Rio bertanya memastikan, “Kalau gitu kopi ini… ““Bawa pergi, tuangkan aku air hangat saja.”“Baik.”…Pada siang itu, Dylan pergi untuk mendiskusikan bisnisnya.Clara makan sendirian di kantin perusahaan.Rekan kerjanya dari departemen yang sama melihatnya, meskipun mereka sopan padanya, tetapi tetap tidak dekat.Hanya saja, Clara tidak memedulikan hal ini.Setelah makan siang, dia melanjutkan pekerjaannya.Pada jam lima sore, dia pergi menemui Dimas, dan berkata: “Pekerjaanku sudah siap, coba lihat?”“Apa?” Dimas tidak sempat bereaksi, melihat isi yang dibawakan Clara, dia kebingungan, tetapi setelah melihat lebih lama, dia terbelalak tak percaya.“Kamu… Kamu sudah selesaikan semuanya?”‘Ini semua biasanya dikerjakan Rendi selama beberapa hari lho!’‘Dia… selain memahami dalam waktu kurang dari sehari, dia bahkan menyelesaikan semuanya?’Clara: “Iya.”Dimas terpelongo, mendadak tidak bisa berbicara.Terlebih lagi, dia menemukan bahwa hasil pekerjaan Clara sangat baik, dalam isi doku
Read more
PREV
12345
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status