Begitu melihat Clara, semua orang tampak kagum.Bahkan, ada salah satu karyawan bangkit berdiri penuh antusias ingin menjadi penanya pertama. “Pak Dylan, apa cewek cantik ini karyawan baru di sini?” tanyanya.“Wah, wah, cepat sekali informasinya beredar,” canda Dylan sembari tersenyum. Dia lantas memperkenalkan Clara, berkata, “Perkenalkan, dia Clara, dia adalah …”Belum sempat menyelesaikan ucapannya, tiba-tiba terdengar suara Rendi menyela, “Oh, jadi karena dia, Pak Dylan menolak juniorku?”Dylan tertegun, lalu mengangguk berkata, “Ya.”“Mengenai masalah itu, aku akan memberikan sebuah …”Sebelum Dylan sempat menyelesaikan lagi ucapannya, Rendi kembali menyela sambil menatap Clara, “Tahun ini, juniorku mendapatkan gelar doktor dari universitas top dunia di usia baru menginjak dua puluh lima tahun. Karena bisa menyingkirkan juniorku masuk ke sini, pastinya Bu Clara punya riwayat pendidikan yang luar biasa, bukan?”Vanessa mengatakan penolakan Dylan terhadapnya murni karena alasan prib
“Nggak perlu, aku nggak akan pernah menginjakkan kakiku di Morti Group lagi!”Rendi pergi tanpa menoleh ke belakang.Clara tentu menghargai talenta seseorang.Dia menatap Dylan, Dylan hanya menggelengkan kepalanya seolah memintanya jangan terburu-buru.Rendi memang berbakat, Dylan sendiri tidak rela melepas kepergian talenta sepertinya.Namun, saat pertama kali bertemu Vanessa, dia sudah menyadari kalau Rendi memiliki perasaan khusus pada wanita itu.Hal itu adalah masalah pribadi Rendi, Dylan awalnya tidak peduli.Namun sekarang, melihat bagaimana Rendi bertindak gegabah dan langsung menyimpulkan hal negatif tentang Clara, tentu itu sudah kelewat batas.Apalagi, “Cuap” keluaran Morti Group ini memiliki keterkaitan dengan pemerintah dan terikat dalam perjanjian rahasia. Itu sebabnya identitas Clara tidak boleh diekpos.Jika Rendi bisa bertindak gegabah seperti ini hanya karena Vanessa, seolah Vanessa lebih hebat dari wanita mana pun, bahkan kalaupun Clara membuktikan kemampuannya, Rend
Begitu Rendi keluar dari Morti Group, dia langsung menelepon Vanessa.“Clara sudah masuk ke Morti Group?”“En.” Rendi merasa aneh: “Apa kamu nggak tahu ini?”Bukankah Clara yang mengusirnya, agar dirinya bisa masuk ke Morti Group?“Aku nggak tahu.”Dia mengira Dylan tidak mempekerjakannya, hanya demi membalas dendam Clara.‘Jika Clara sudah pindah ke Morti Group, berarti dia sudah keluar dari Anggasta Group?’Rendi tertegun sejenak: “Kalau gitu alasan pribadi yang kau bilang sebelumnya?”Vanessa tidak mau bicara lebih banyak lagi: “Dendam pribadi saja.”“Tapi—”“Ada apa?”Dialah yang sudah salah paham, keluarnya dia dari perusahaan tidak berhubungan dengan Vanessa sama sekali.Setelah memikirkan ini, Rendi bertanya: “Gimana dengan kemampuan Clara? Kudengar Clara nggak doktoral, dia... "“Dia bukan hanya nggak lulus doktoral, dia juga cuma lulusan S1, bahkan S2 pun dia nggak pernah.”“Ah? Benaran?”“En.”Setelah berkata sampai sini, nada bicara Vanessa sangat dingin dan tenang.Dia juga
Rio bertanya memastikan, “Kalau gitu kopi ini… ““Bawa pergi, tuangkan aku air hangat saja.”“Baik.”…Pada siang itu, Dylan pergi untuk mendiskusikan bisnisnya.Clara makan sendirian di kantin perusahaan.Rekan kerjanya dari departemen yang sama melihatnya, meskipun mereka sopan padanya, tetapi tetap tidak dekat.Hanya saja, Clara tidak memedulikan hal ini.Setelah makan siang, dia melanjutkan pekerjaannya.Pada jam lima sore, dia pergi menemui Dimas, dan berkata: “Pekerjaanku sudah siap, coba lihat?”“Apa?” Dimas tidak sempat bereaksi, melihat isi yang dibawakan Clara, dia kebingungan, tetapi setelah melihat lebih lama, dia terbelalak tak percaya.“Kamu… Kamu sudah selesaikan semuanya?”‘Ini semua biasanya dikerjakan Rendi selama beberapa hari lho!’‘Dia… selain memahami dalam waktu kurang dari sehari, dia bahkan menyelesaikan semuanya?’Clara: “Iya.”Dimas terpelongo, mendadak tidak bisa berbicara.Terlebih lagi, dia menemukan bahwa hasil pekerjaan Clara sangat baik, dalam isi doku
Saat mereka tiba di ruang VIP, Vanessa dan Elsa terlihat sudah tiba.Vanessa bertanya: “Kenapa kamu tersenyum? Ada apa nih?”Gading tersenyum: “Nggak ada, hanya saja tadi ketemu orang yang menarik.”Edward dan Elsa pun beranjak pulang.Setelah turun dari mobil, Elsa berlari ke lantai bawah dengan gembira, “Mama, Mama!”Saat Bibi Sari mendengarnya, dia langsung berlari keluar dari dapur: “Bu Clara belum pulang.”“Ha?” Elsa tampak kecewa: “Kenapa akhir-akhir ini Mama selalu sibuk sih?”Sambil menggerutu, dia bergerak ke lantai atas.Di sisi lain, Edward tampak berdiri diam, Bibi Sari bertanya: “Pak?”Edward menggelengkan kepala: “Nggak apa-apa.”Kemudian, dia pun turut naik ke lantai atas.Malam itu, Edward menyadari, Clara tidak pulang sama sekali.Keesokan harinya, begitu Elsa terbangun, dia mengira dirinya bisa memakan sarapan buatan Clara lagi.Akan tetapi saat melihat makanan di atas meja tidak terlihat seperti buatan Clara, dia mengerutkan kening: “Mama belum bangun untuk masak sar
Begitu memikirkan ini, dia langsung berkata: “Oke, Mama segera pulang.”Malam itu, Clara membuatkan Iga Asam Manis untuk Elsa, beserta sup.Dalam dua hari ke depannya, dia pun selalu berada di sisi Elsa.Hingga pada hari Jumat, nenek Keluarga Hermosa meneleponnya, memintanya untuk pulang dan makan bersamanya.Clara lalu pulang ke rumah Keluarga Hermosa bersama Elsa.Di rumah itu, hanya ada nenek Keluarga Hermosa, sementara yang lainnya ada yang sedang dinas, dan ada yang sedang sekolah.Nenek Keluarga Hermosa awalnya belum tahu bahwa Elsa sudah pulang dari luar negeri, jadi begitu melihat Clara membawa Elsa pulang, dia sangat senang.Elsa juga dekat dengan nenek Keluarga Hermosa, dia sangat pintar dalam membuat nenek Keluarga Hermosa senang.Pada malam hari, Clara dan Elsa pun tinggal di rumah Keluarga Hermosa.Keesokan paginya, Clara bangun dan mengulen adonan yang akan dia jadikan sebagai kulit risol.Saat nenek Keluarga Hermosa melihatnya tampak terampil, dia teringat saat Clara mas
Elsa tampaknya sibuk bermain dengan Vanessa, jadi pada hari Sabtu dan Minggu, dia tidak menghubungi Clara sama sekali.Pada hari Senin, Clara pun pergi ke Morti Group untuk bekerja seperti biasa.Saat akan segera pulang kerja, Raisa meneleponnya, mengajaknya untuk makan bersama.Setelah makan, Clara pun pergi ke kamar mandi.Akan tetapi, dia bertemu dengan Dani.Clara sama sekali tidak menghentikan langkahnya, dia berjalan melewati Dani seakan tidak melihatnya.Di sisi lain, Dani malah berhenti, dan menoleh melihatnya.Clara tentu tahu hal ini, tetapi dia tidak memedulikannya.Saat Clara keluar dari kamar mandi, dia melihat Dani masih berdiri di tempat mereka berpapasan tadi, tidak pergi sama sekali.Melihatnya keluar, Dani pun menoleh: “Kamu datang ke sini untuk makan?”Dani terlihat seperti sedang menunggunya.“Iya.” Selesai bicara, dia lanjut dengan dingin: “Pak Dani mau tuduh aku ikuti kalian lagi?”Dani tertegun sejenak, lalu berkata: “Bukan gitu.”Clara tidak tahu apa maksudnya.
Fani pun langsung tersenyum: “Bukankah ini Clara? Lama tidak jumpa, kamu makin cantik saja.”“Ibu… “Mendengar Fani memuji Clara, Diana agak tidak senang.Dia memang tahu bahwa Clara sangat cantik.Tidak disangka setelah beberapa tahun tidak bertemu, Clara malah semakin cantik.Melihat kulit Clara yang seputih salju dan halus, dengan aura yang elegan, dia sangat iri.Akan tetapi, dia teringat, ‘memangnya kenapa kalau Clara cantik? Calon kakak iparnya tetap tidak menyukainya, hanya menyukai kakaknya Vanessa ‘kan?’Memikirkan ini, hatinya menjadi agak tenang.Ervan menatap Fani: “Kakak ipar, kenapa kamu bisa datang kemari?”“Karena Paman sudah lama tidak pulang, jadi kami datang kemari.” Diana menyela, setelah selesai bicara, dia melihat kotak brokat yang dibuka pemilik toko, lalu menatap Clara, dan dengan sengaja berkata dengan suara keras: “Paman, ini hadiah peringatan pernikahan yang Paman pesan khusus untuk Tante? Cantik banget!”Ervan tersenyum: “Iya.”“Setiap tahun peringatan pern
Ponsel Richard berdering.Setelah beberapa saat, dia meletakkan ponselnya dan berkata, "Aku masih ada urusan lain, jadi aku pulang dulu. Kamu mau ikut?"Doni tersadar kembali, tatapan matanya menjadi gelap, dan dia berkata, "Nggak, aku masih harus tunggu seseorang. Kamu pulang duluan saja, kita ketemu lagi lain kali.""Oke."Richard berjalan pergi.Setelah sosoknya menghilang, Doni berjalan menuju kafe.Begitu dia mendorong pintu kafe, dia bertemu dengan Vanessa yang hendak membawa Elsa ke toilet.Mereka berdua berhenti.Vanessa melihatnya dan berkata, "Pak Doni? Kebetulan sekali.""Iya." Doni menutup pintu, melihat sekeliling kafe, dan kemudian melihat Edward yang sedang memesan makanan dari pelayan.Dia menarik pandangannya dan menatap Elsa.Hanya dengan satu pandangan, dia hampir bisa yakin Elsa adalah putrinya Edward.Karena wajah Elsa sekitar lima puluh persen mirip dengan Edward.Meskipun dia berpikir begitu, dia masih bertanya, "Siapa ini?"Vanessa menunduk dan berkata, "Putriny
"Clara, apa kamu mau manisan buah?"Clara berbalik.Manisan buah yang gemuk dan berwarna-warni itu menarik perhatiannya dan hatinya tergerak.Dia sudah lama tidak makan itu.Memikirkan hal itu, dia melihat ke arah Elsa.Seperti dugaannya, Elsa terlihat memegang sebuah manisan buah di tangannya, melahapnya dengan gembira.Selain itu, Vanessa juga memegang sebuket mawar merah di tangannya.Dia merapat ke arah Edward dan berbicara kepadanya, sementara Elsa menyodorkan manisan buah yang telah digigitnya.Vanessa menerimanya sambil tersenyum dan menggigitnya dari tangan Elsa. Elsa menggigitnya lagi dan menyodorkannya kepada Edward.Edward hanya menggelengkan kepalanya dan mengatakan sesuatu, tetapi dia tidak makan.Clara mengalihkan pandangannya dan berkata kepada gadis penjual manisan itu, "Saya mau sebungkus stroberi."Setelah itu, dia hendak bertanya pada Richard apakah dia juga mau. Ketika dia menawarinya, Richard berkata, "Biar aku saja."Richard lalu mengeluarkan ponselnya untuk memba
Memikirkan hal itu, dia tersenyum dan berkata, "Oke."Mereka mengikuti kerumunan yang lewat.Begitu sampai di batas pagar, cahaya kembang api yang meledak di seberang sana, menimbulkan seruan dan tawa dari sekeliling, namun segera tenggelam oleh suara keras kembang api itu.Banyak orang di sana mengambil foto dan menyampaikan harapan.Melihat Clara hanya menonton dalam diam tanpa melakukan apapun, dia bertanya, "Apa kamu mau aku ambilkan video?"Clara menggelengkan kepalanya, "Nggak usah, aku hanya mau menonton."Richard tidak bertanya lagi.Saat itu, Vanessa melihat ke arah mereka.Mereka berjarak beberapa meter, tetapi Richard yang bertubuh tinggi dan memiliki penampilan yang menonjol, jadi dia dapat melihatnya sekilas.Setelah bertemu Richard beberapa kali, mereka bisa dianggap kenalan.Vanessa baru saja berpikir apakah akan memberitahu Edward yang sedang menggendong Elsa. Ketika dia hendak bicara, dia melihat Clara yang sosoknya tadi tertutup tubuh Richard.Ketika dia melihat Clara
Elsa sangat menyukai Natal.Dia biasa menghias pohon Natal di rumah bersamanya setiap tahun.Mereka juga pergi berbelanja pada Hari Natal dan merasakan suasana Natal yang meriah di jalan-jalan bersama orang-orang di sekitar mereka.Tetapi sejak Elsa pindah ke luar negeri bersama Edward, dia tidak pernah menghabiskan Natal bersamanya lagi.Tidak, yang benar adalah dia tidak pernah lagi merayakan Natal.Meskipun Clara sudah bersedia melepaskannya.Tetapi bagaimanapun juga, Elsa tetaplah putrinya yang sudah dia kandung selama sepuluh bulan dan dia besarkan sendiri selama bertahun-tahun.Kini, dia berada di jalanan yang ramai, memandang segala yang ada di sekelilingnya, dan setiap serpihan masa lalu terlintas dalam pikirannya, mengganggu kedamaiannya."Clara?"Clara menoleh.Itu Richard Listanto.Dia mengangguk dengan sopan, "Pak Richard.""Kenapa kamu sendirian di sini?"Clara menahan emosi di matanya dan tersenyum, "Aku keluar mau beli beberapa tanaman."Ketika Richard memandang sekelili
Ini bukan pertanda baik.Jadi mereka ingin datang dan bicara dengannya.Ervan berkata, "Clara..."Sebelum Clara sempat bicara, Dylan tersenyum dan berkata, “Pak Ervan, apa Anda di sini untuk beri tahu semua orang tentang hubungan antara Anda dan Clara?”Senyum Ervan membeku, lalu dia berkata sambil tersenyum masam, "Pak Dylan, ada sesuatu yang ingin saya katakan pada Clara, apa Anda bisa..."Dylan bahkan tidak perlu menunggu Clara bicara. Dia berkata, "Kalau Pak Ervan mau semua orang tahu tentang hubungan kalian, silakan saja."Ervan tidak ingin menyinggung perasaan Dylan.Mendengar hal itu, dia tidak punya pilihan selain pergi bersama Lily.Namun, sebelum pergi, dia berkata pada Clara, "Nanti aku telepon kamu, ingat itu."Clara tidak mengatakan apa pun.Dia terlalu malas untuk memedulikannya.Sedangkan untuk panggilan telepon, dia tentu tidak akan angkat.Dylan merasa kesal, "Aku pengen banget terang-terangan lawan mereka."Clara juga ingin.Akan tetapi, ketika menyangkut dirinya dan
Mereka menatap Edward, lalu Clara, lalu mengalihkan pandangan mereka ke Vanessa dan perlahan mengerutkan kening.Dalam keheningan, Edward tiba-tiba bertanya, "Kamu sudah lama nggak main catur?"Clara sedang membongkar taktiknya. Mendengarnya, Clara bahkan tidak mendongak dan hanya berkata, "Iya".Sejak menikah dengannya, Clara pada dasarnya tidak pernah bermain catur lagi.Edward berkata, "Pantas kelihatan agak kaku."Clara tidak menanggapinya dan fokus pada permainan catur.Situasinya tidak menguntungkan baginya sekarang.Tampaknya ada jalan keluar yang bagus di sisi Edward, tetapi faktanya, bidak catur tersembunyi yang telah diletakkannya mengintai di mana-mana, menunggu dia memakan umpan dan kemudian menjebaknya.Setelah berpikir sejenak, Clara menghindari jebakan yang telah dipasangnya dan melancarkan gerakan ke tempat lain.Situasinya akhirnya menjadi jelas lagi.Sekarang giliran Edward yang dirugikan.Edward mengangkat alisnya dan tersenyum. Setelah sekian lama, dia membuat langk
Selanjutnya, dia mulai lebih memperhatikan Clara.Melihat Clara menghadang perangkap yang disebabkan oleh Edward dengan cara yang tidak dapat dibayangkannya, dia terkejut.Saat dia mendengar komentar Kakek Sony, hatinya merasa tidak senang.Clara sangat serius dan tidak memperhatikan hal lain. Satu-satunya hal yang ada dalam pikirannya adalah permainan catur di depannya.Dia telah menstabilkan situasi saat itu, tetapi dia tahu jika ingin menang, dia harus...Dia berhenti sejenak dan menatap Edward.Edward membuat gerakan lain.Clara menghentikan gerakannya.Ketika Kakek Leo melihat itu, dia tersenyum dan berkata, "Sungguh menakjubkan. Aku nggak sangka akan melihat permainan catur yang begitu menakjubkan di sini, dan yang bermain bahkan dua anak muda. Bagus, Bagus."Kakek Sony merasa dia berisik dan menyelanya, "Jangan bersuara!"Kakek Leo langsung terdiam.Setelah beberapa menit, Clara akhirnya mengembalikan keadaan, dia mulai bisa membalikkan situasi yang tidak menguntungkan.Dua meni
Pada saat itu, Edward menjawabnya dan berkata, "Oke."Clara duduk di hadapannya.Setelah sempat terkejut, Vanessa segera tersadar dan ekspresinya segera kembali tenang.Setelah mengucapkan salam kepada Kakek Leo dan yang lainnya, dia beranjak dan berdiri di samping Edward.Faktanya, bukan hanya Dani, Keluarga Gori dan Sanjaya yang terkejut, Richard dan Kakek Leo juga cukup terkejut.Meskipun, Henry baru saja perkenalkan Clara kepada semua orang di ruang pameran.Akan tetapi, baik Richard maupun Kakek Leo tidak tahu banyak tentang Clara.Mereka hanya mendapat kesan Clara memiliki sifat lembut dan pendiam, dan tidak terlihat seperti orang yang suka pamer.Sekalipun dia tahu cara main catur, dia tidak terlihat seperti seseorang yang akan mengajukan diri dalam kesempatan seperti itu.Kakek Sony juga tidak mengenal Clara.Tetapi dia menyadari keberadaannya.Clara memiliki penampilan yang luar biasa dan karakter yang lembut dan baik, dia tampak seperti gadis berperilaku baik yang dibesarkan
Kakek Sony tersenyum dan berkata, "Ini memang lumayan."Setelah berkata demikian, Kakek Sony bertanya, "Kenapa kamu ada di sini? Bukannya sedang melukis?""Apa karena khawatir kalau aku akan bilang kamu nggak memperlakukanmu dengan baik, jadi kamu datang ke sini untuk menemuiku?""Sudah sana, pergi lakukan urusanmu, jangan ganggu aku nonton catur."Namun, Kakek Leo tidak pergi.Ketika anggota Keluarga Gori dan Sanjaya mendengar Kakek Leo dan Kakek Sony memuji Vanessa, senyum mengembang di wajah mereka.Banyak orang di sana mengenal Vanessa.Banyak orang yang kagum sekaligus cemburu padanya.Itu karena Vanessa selain memiliki kecantikan dan kualifikasi akademis, dan sekarang dia telah menarik perhatian Kakek Leo dan Kakek Sony karena keterampilan caturnya.Terlebih lagi, Vanessa sangat dicintai oleh Edward karena pesonanya tersendiri, yang membuat Keluarga Sanjaya dan Keluarga Gori mudah naik ke tingkat sosial yang lebih tinggi.Siapa yang tidak menginginkan putri seperti dia?Seseorang