All Chapters of Menjadi Ibu Susu untuk Anak Mantan: Chapter 11 - Chapter 20

110 Chapters

BAB 11

Ilona menatap Bu Misna dengan pandangan terluka. "Astaga, saya pulang ke rumah saya, Bu. Bukan untuk menggoda suami orang," ucapnya dengan suara lirih, mencoba menahan gemuruh di dadanya.Namun, kata-kata itu seperti angin lalu bagi Bu Misna. Wajahnya tetap sinis, tatapan matanya penuh curiga. "Ya, kan siapa tahu. Selama ini biasa hidup enak. Dan cara yang cepat untuk mendapatkan semuanya ya itu cara instant menggoda suami orang. Apalagi sekarang sudah janda, gak ada lagi kan ketakutan apapun," katanya dengan nada yang menusuk.Ilona menggeleng, memilih diam. Sejak tadi, ia sebenarnya cukup senang ada tetangga yang menyapa, tapi kenyataan tidak seindah harapannya. Ia mengira akan menemukan kehangatan, tetapi yang ia dapat hanyalah prasangka.Dengan nafas panjang, Ilona kembali jongkok, menarik rumput liar yang merajalela di halaman rumah tua itu. Rumah ini adalah satu-satunya tempat yang tersisa untuknya, satu-satunya tempat di mana ia bisa mencoba menata kembali hidupnya.“Benar kan
last updateLast Updated : 2025-03-05
Read more

BAB 12

Sementara itu…Tangisan itu masih memenuhi seluruh rumah besar dan mewah itu, seakan tak akan pernah berhenti. Sudah dua hari satu malam. Apalagi sejak kepergian Ilona, tangisannya semakin menjadi-jadi, bahkan suaranya sudah serak.Yumi, bayi berusia enam bulan itu, terus menangis. Sesekali tangisnya mereda, hanya untuk kembali pecah dengan lebih kuat. Bahkan dalam tidurnya, isaknya tak kunjung hilang. Dia hanya menyusu seadanya, mungkin hanya untuk melepaskan laparnya saja.Seisi rumah kelelahan karena semalaman tidak bisa tidur, tapi tidak ada yang lebih jengah daripada Nyonya Bira. Dia sangat kesal dengan cucunya itu.Wanita paruh baya itu melipat tangan di dadanya, ekspresi geram tergambar jelas di wajahnya. "Sus, apakah kau tidak mampu menenangkan Yumi barang sejenak? Kita semua butuh istirahat, kalau begini terus, aku akan gila. Semalaman tidak bisa tidur!" bentaknya dengan nada tajam.Pengasuh bayi itu, Sus Yuli, hanya bisa menunduk dalam-dalam. "Maaf, Nyonya. Saya sudah mencob
last updateLast Updated : 2025-03-05
Read more

BAB 13

"Dari mana kau tahu kalau Yumi butuh Ilona?"Nyonya Bira menatap putranya dengan sorot mata tajam, menuntut jawaban. Dia tidak bisa menerima keinginan Egar yang ingin membawa Ilona kembali ke rumah mereka. Ilona dan Egar adalah mantan kekasih, meskipun hubungan itu dulunya adalah cinta monyet, tapi dia yakin kalau Ilona pasti punya keinginan untuk kembali bersama Egar.Egar menghela napas panjang. Kepalanya pening, pikirannya bercampur aduk antara kelelahan, amarah, dan keputusasaan. Dengan suara yang berusaha ia kendalikan, ia menjawab, "Bukankah Mama dengar sendiri? Dokter sudah mengatakan kalau Yumi tidak memiliki penyakit. Dia merasa kehilangan. Itu sudah jelas, Ma, dia kehilangan Ilona. Dia hanya ingin Ilona!"Tangisan Yumi yang lemah masih terdengar dari gendongan Sus Yuli di dalam kamar, dan suara itu semakin menyesakkan dada Egar.Namun, alih-alih tersentuh, Nyonya Bira justru mendengus kesal. Ia melipat tangannya di dada, ekspresi wajahnya penuh ketidaksetujuan. "Tidak! Ilona
last updateLast Updated : 2025-03-05
Read more

BAB 14

Yumi akhirnya mendapatkan perawatan di rumah sakit. Dokter mengatakan bahwa bayi itu mengalami dehidrasi akibat menangis terlalu lama, meskipun untungnya belum dalam kondisi yang parah. Kini, dia tertidur lelap dengan infus di tangannya. Wajah mungilnya tampak lebih tenang, meski sesekali isakannya masih terdengar samar dalam tidurnya.Egar duduk di sofa yang ada di kamar perawatan, matanya terpejam. Rasa lelah mendera tubuh dan pikirannya.Suara langkah sepatu hak tinggi yang menghentak lantai terdengar mendekat. Nyonya Bira baru saja tiba di rumah sakit, menyusul setelah memastikan bahwa Yumi telah dipindahkan ke ruang perawatan yang lebih nyaman. Wajahnya penuh ketidakpuasan."Kan dia bisa diam. Harusnya sejak semalam langsung dirawat saja!" ucapnya dengan nada ketus.Egar hanya melirik sekilas ke arah ibunya, lalu kembali memejamkan matanya. Dia tidak ingin berdebat sekarang. Kepalanya terasa penuh.Tapi Nyonya Bira belum selesai. "Tidak perlu Ilona, dia menangis bukan karena wani
last updateLast Updated : 2025-03-06
Read more

BAB 15

Egar menghela napas panjang, berdiri di depan gerbang sekolah lamanya. Sudah bertahun-tahun sejak terakhir kali dia menginjakkan kaki di sini, dan sekarang dia kembali—bukan untuk bernostalgia, tapi untuk mencari seseorang yang mungkin menjadi satu-satunya harapan bagi putrinya.Saat memasuki gedung administrasi, ia langsung menyampaikan tujuannya."Maaf, kami tidak bisa memberikan data pribadi alumni," ujar petugas administrasi dengan nada tegas."Tapi, saya sangat butuh. Ini demi keselamatan anak saya," katanya pelan. Ia tidak ingin memaksa, tapi jika tidak segera menemukan Ilona, Yumi bisa kembali jatuh sakit.Egar menjelaskan panjang lebar tentang kondisi Yumi, wanita itu akhirnya mengalah."Baiklah, tapi ini hanya informasi terbatas," ujarnya sambil membuka dokumen di komputer kemudian menyerahkan secarik kertas kepada Egar.Egar segera melihatnya, namun wajahnya mengerut. Alamatnya tidak lengkap. Ilona hanya menuliskan daerah tempat tinggalnya, tanpa nomor rumah atau jalan yan
last updateLast Updated : 2025-03-06
Read more

BAB 16

Duaar!Guruh menggelegar, disusul hujan yang turun dengan derasnya. Jalanan yang sebelumnya kering kini berubah menjadi genangan air, membuat banyak orang terpaksa berteduh di depan toko. Egar, yang sudah lelah setelah seharian mencari Ilona, hanya bisa mendesah dan memutuskan untuk menyerah.Lagi-lagi, pencariannya berakhir dengan tangan kosong.Dengan langkah berat, ia berjalan pulang, hujan membasahi tubuhnya, seakan mencerminkan perasaannya yang hancur. “Di mana kau, Ilona?”Sementara itu, di dalam toko pakaian, Ilona sibuk di meja kasir. Hujan yang turun membuat pelanggan membludak, banyak yang membeli baju atau sekadar berteduh sambil berbelanja.Setelah hampir satu jam berlalu, hujan mulai mereda, dan toko pun kembali sepi. Arya, sang pemilik toko, berjalan mendekati Ilona dengan senyum kecil."Sepertinya kau memang pemikat pelanggan," ujarnya sambil melirik kasir yang penuh dengan hasil penjualan hari itu.Ilona tertawa kecil. "Ada-ada saja, ini semua karena produk yang bagus,
last updateLast Updated : 2025-03-06
Read more

BAB 17

Hujan turun dengan derasnya, membuat trotoar di sepanjang jalan basah dan licin. Beberapa orang berlarian mencari tempat berteduh, termasuk seorang pria dengan jas hitam yang kini basah kuyup.Egar memandang ke sekeliling, matanya penuh harapan. Sudah empat bulan ia mencari, menyusuri setiap sudut daerah ini dengan penuh kesabaran. Namun, sampai detik ini, Ilona belum juga ditemukan.Sementara itu, di rumah keluarganya, suara tangisan Yumi kembali memenuhi ruangan. Gadis kecil yang kini berusia sepuluh bulan itu matanya basah oleh air mata, tangannya menggenggam boneka lusuh yang selalu ia bawa kemana-mana.“Ma, kemana Sus Yuli?” tanya Egar ketika ia masuk ke rumah dan melihat seorang pengasuh baru yang asing baginya.“Sudah Mama pecat!” jawab Nyonya Bira dengan nada ketus.“Kenapa?”“Tidak bisa bekerja! Tugasnya hanya mengasuh Yumi, tapi anak itu terus saja menangis dan lihatlah betapa kurusnya dia!”Egar menatap Yumi dengan perasaan iba. Bukan salah pengasuhnya jika Yumi menjadi sep
last updateLast Updated : 2025-03-07
Read more

BAB 18

Langit siang itu tampak mendung, seolah ikut merasakan beban yang kini memenuhi hati Ilona. Udara di sekitar toko tempatnya bekerja terasa lebih berat dari biasanya. Namun, bukan karena suhu atau cuaca, melainkan karena pria yang kini berlutut di hadapannya.“Egar, apa yang kau lakukan?”Sosok yang dulu pernah membuat hidupnya penuh luka, kini ada di sini dengan wajah penuh keputusasaan. Matanya yang dulu penuh kebanggaan kini hanya menyiratkan kepasrahan. Dan kata-kata yang baru saja keluar dari bibirnya masih menggema di telinga Ilona."Aku harus menyelamatkan Yumi."Ilona menggigit bibirnya, mencoba menahan gejolak dalam hatinya. Ia telah membangun kembali hidupnya di tempat ini, jauh dari semua luka dan kenangan yang ingin ia lupakan. Tapi kini, Egar datang, membawa kenyataan pahit yang memaksa Ilona untuk menghadapi semuanya.“Tapi, kau tidak perlu menyumpahi Yumi!”“Memang itu yang dokter katakan.”Ilona menatapnya tajam, hatinya sakit mendengar kata-kata itu. “Kau tega mengatak
last updateLast Updated : 2025-03-07
Read more

BAB 19

Suara dering bel pintu toko bergema ketika seseorang masuk, menghentikan perhatian orang-orang yang masih menyaksikan pemandangan tak biasa di depan mereka."Ada apa ini?"Suara tegas itu milik Arya, sang pemilik toko sekaligus atasan Ilona. Arya berdiri di ambang pintu dengan ekspresi heran, melihat seorang pria berlutut di hadapan Ilona dengan wajah penuh keputusasaan."Maaf, Pak," ucap Ilona sambil menghela napas berat.Arya menatapnya tajam. “Kalau ada masalah, kamu selesaikan di belakang, Ilona. Di sini banyak pelanggan, mereka terganggu.”Ilona menggigit bibirnya, merasa bersalah. Tatapan Arya tidak menunjukkan kemarahan, melainkan lebih kepada kekhawatiran. Ia tahu Ilona bukan tipe orang yang suka membuat keributan.Akhirnya, Ilona mengangguk lemah. “Maaf.”Di belakang toko, suasana lebih tenang. Hanya ada tumpukan kardus berisi barang-barang stok dan beberapa kursi untuk pegawai beristirahat. Di sana, Ilona duduk dengan kepala tertunduk, sementara Egar masih berusaha meyakinka
last updateLast Updated : 2025-03-08
Read more

BAB 20

Ilona menghela napas panjang, menatap Egar dengan mata berkaca-kaca. Sejak awal, dia tahu keberadaannya di rumah ini tidak diinginkan oleh Nyonya Bira, ibu Egar. Namun, setiap kali dia ingin pergi, tatapan Yumi menahannya. Anak itu terlalu kecil untuk menderita.“Dia tidak boleh di sini!” suara nyaring Nyonya Bira menggema di dalam rumah besar itu.Ilona hanya bisa diam, menggigit bibirnya sendiri untuk menahan sakit di hatinya. Semua ini demi Yumi. Anak itu sudah sangat kurus, jauh dari sosok bayi sehat yang dulu ia kenal. Bahkan sekarang, kulitnya pucat, tulangnya menonjol, dan tatapannya kosong.“Di mana Yumi, di situ Ilona, Ma,” Egar menjawab tegas, mencoba mempertahankan Ilona dan putrinya.Mata Nyonya Bira membulat penuh kemarahan. “Suruh dia tinggal di paviliun belakang!”“Tapi, Ma, paviliun itu sudah lama kosong,” bantah Egar. Ia tahu tempat itu tidak layak untuk ditempati. Sejak dulu paviliun itu memang ada, sebuah rumah lama yang dulunya dihuni oleh keluarga mereka sebelum r
last updateLast Updated : 2025-03-08
Read more
PREV
123456
...
11
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status