Dewita terlalu bersemangat, dia bahkan belum selesai bicara, sudah mulai batuk hebat.Mesin di samping ranjangnya berbunyi nyaring, menandakan adanya kejanggalan. Steve segera maju, menepuk punggungnya pelan untuk membantunya bernapas, "Dewita, tubuhmu lemah, jangan terlalu banyak bicara.""Nggak perlu pedulikan aku!" Dewita menepis tangan Steve, lalu menatapku dengan tatapan penuh kebencian dan tersenyum tipis, "Nora, kejahatan kamu dan ibumu sudah membuahkan karma. Lihatlah ibumu ... masih muda tapi ... "Belum selesai dia bicara, batuknya sudah semakin parah, seakan kehabisan napas.Steve tampak semakin muram, kembali mencoba menepuk punggungnya dengan hati-hati, "Dewita, aku bilang berhenti bicara, kesehatanmu lebih penting. Kamu sudah mendapatkan apa yang kamu inginkan, masih belum cukup?"Nada suara Steve kali ini terdengar keras, penuh ketidaksabaran.Dewita terdiam sejenak, lalu menoleh menatapnya dengan kaget, "Kak Steve ... kamu ... kamu membentakku?"Steve berusaha mengendal
Read more