Home / Romansa / Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO / Chapter 161 - Chapter 169

All Chapters of Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO: Chapter 161 - Chapter 169

169 Chapters

Bab 161. Permintaan Yang Memberatkan

Pesawat komersial yang ditumpangi Emily dan Arnold mendarat mulus di Bandar Udara Heathrow, London. Setelah seminggu menikmati kebersamaan di Dubai, mereka terpaksa membatalkan rencana melanjutkan bulan madu ke negara lain karena mendengar kabar bahwa Nyonya Ruby jatuh sakit. Di ruang kedatangan, Emily menoleh ke arah suaminya. "Apa kita langsung ke rumah Mama?" tanyanya saat mereka menunggu Robert menjemput. Arnold mengangguk dengan ekspresi cemas. "Iya, kita langsung ke rumah Mama saja. Aku tidak tenang sebelum memastikan bahwa sakitnya tidak parah." Emily mengusap lembut pundak Arnold, mencoba menenangkan kegelisahan yang terpancar dari wajahnya. Tak lama kemudian, Robert datang dengan langkah tergesa. "Maaf saya terlambat, Tuan. Tadi saya mengantarkan Gwen terlebih dahulu," ujarnya sambil mengambil alih koper dari tangan Arnold. Mereka bertiga segera menuju mobil. Dalam perjalanan, Arnold akhirnya berbicara setelah sekian lama membisu. "Robert, bagaimana kabar Maurer?"
last updateLast Updated : 2025-04-20
Read more

Bab 162. Fitnah

"Ma, Arnold dan Emily istirahat dahulu, kami baru saja kembali dari Dubai," ujar Arnold dengan suara lelah, matanya sembab karena perjalanan panjang dan beban pikiran yang menumpuk. "Beristirahatlah, Mama juga ingin tidur," balas Nyonya Ruby pelan. Suaranya terdengar serak, tubuhnya begitu ringkih di balik selimut tebal yang menyelimuti tubuh kurusnya. Beberapa hari terakhir, ia menolak makan karena kondisi hati yang gundah, dan kini tubuhnya melemah, tak berdaya, seolah menolak untuk bertahan. Tanpa menunggu lama, Nyonya Ruby memejamkan matanya. Hembusan napasnya terdengar pelan, ritmenya tidak stabil. Arnold memandangi ibunya sejenak, lalu menghela napas dalam. "Ayo kita istirahat sebentar," katanya kemudian. Ia meraih jemari Emily dan menggenggamnya erat, seolah hanya melalui sentuhan itu ia bisa tetap tenang. Mereka keluar dari kamar perlahan, dan Arnold bahkan tidak sedikit pun melirik ke arah Nicho dan Papa William yang berdiri di sisi lain lorong. Tak ada sapaan, tak ada an
last updateLast Updated : 2025-04-21
Read more

Bab 163. Kurang Ajar

"Arnold benar, dia ternyata sangat licik," batin Emily sambil perlahan mundur dari ambang ruang keluarga. Langkahnya ringan namun tergesa, berusaha menghindar sebelum Nicho dan Papa William menyadari keberadaannya. Ia bergegas menuju dapur, mencari tempat aman untuk menenangkan pikirannya yang kalut. Namun langkahnya terhenti ketika seseorang memanggil. "Nyonya Emily!" Emily menoleh refleks, terkejut namun segera tersenyum cerah. "Sally, kau di sini?" Wajahnya berseri, ada kelegaan yang sulit disembunyikan. "Iya, Nyonya. Tuan yang meminta saya untuk menginap di sini," jawab Sally ramah, berdiri di depan dengan dua koper besar yang tampak berat. Emily menghampirinya, ingin membantu. "Di mana kamar Nyonya?" tanya Sally. "Kamar kami di atas," jawab Emily lembut. Ketika tangannya hampir menyentuh salah satu koper, Sally cepat-cepat menahan. "Biar saya saja, Nyonya," katanya sambil tersenyum hormat. Emily mengangguk, lalu berjalan di samping Sally menuju arah tangga. Namun sebelum
last updateLast Updated : 2025-04-21
Read more

Bab 164. Dilarikan Ke Rumah Sakit

Arnold mendorong tubuh Nicho dan berlari menuju kamar mamanya. Emily dan Nicho mengikutinya di belakang, langkah mereka tergesa, penuh kekhawatiran. "Mama!" Teriakan Arnold menggema di kamar super besar itu. Napasnya terengah, jantungnya berdebar tak karuan saat melihat beberapa orang petugas medis tengah memindahkan tubuh Nyonya Ruby ke atas brankar dengan gerakan hati-hati namun cepat. "Ada apa dengan ibuku? Kalian mau membawanya ke mana?" Suara Arnold meninggi, panik dan nyaris putus asa saat melihat wajah pucat sang ibu tercinta yang terbaring lemah, matanya terpejam, nafasnya terlihat berat. "Arnold, tenang dulu! Biarkan mereka membawa ibu!" Nicho segera menangkap tubuh Arnold, memeluknya dari samping dan membawanya mundur agar tidak menghalangi petugas medis yang bergegas membawa Nyonya Ruby keluar dari kamar menuju ambulans. Nyonya Ruby mendadak tidak sadarkan diri. Detak jantungnya melemah secara drastis, membuat para medis tak punya pilihan selain membawanya segera unt
last updateLast Updated : 2025-04-22
Read more

Bab 165. Kamu Milikku Malam Ini!

Spontan, Emily menarik tangannya dan menyembunyikannya di belakang tubuhnya. “Maaf, Kak, tapi suamiku tidak suka ada laki-laki lain yang memegangku,” ucapnya, pelan namun tegas. Kepalanya menunduk dalam, enggan menatap Nicho yang kini menatapnya seperti singa kelaparan, membuat suasana jadi terasa menyesakkan. “Maafkan aku,” sahut Nicho, suaranya pelan namun sarat penyesalan—atau pura-pura? “Tidak apa-apa. Emily, kembali ke kamar dulu,” lanjutnya, kali ini lebih datar. Nicho mengangguk, namun matanya tetap lekat memandangi punggung adik iparnya hingga menghilang di balik pintu kamar. Sebuah senyum miring muncul di wajahnya. Bagaimana bisa ia menyimpan rasa sebesar itu kepada istri dari adik tirinya sendiri? "Emily pulang sendirian, Arnold tidak ada? Kesempatan bagus!" pikirnya. Senyum khas devil terukir jelas di bibirnya. Dengan santai, Nicho melangkahkan kakinya menuju dapur. Rumah terasa sunyi, hanya ada dirinya seorang. Papa William sedang pergi ke luar kota untuk menghadiri
last updateLast Updated : 2025-04-22
Read more

Bab 166. Resah Gelisah

Prang!! Gelas yang ada di tangan Arnold tiba-tiba terlepas dan meluncur bebas ke lantai. Suara pecahan kaca memantul di seluruh ruangan, seiring dengan detak jantung Arnold yang mendadak berdetak tak beraturan. "Mama!" Arnold menoleh dengan panik ke arah ranjang rumah sakit. Sosok yang dicintainya, Nyonya Ruby, tampak meringis kesakitan, tubuhnya sedikit menggeliat di atas ranjang. Dengan langkah tergesa, Arnold menghampiri ibunya yang perlahan-lahan mulai siuman. "Mama," panggilnya lembut di sela rintihan lirih Nyonya Ruby yang masih memejamkan mata. Kelopak mata itu kemudian terbuka perlahan. Tatapan sayunya mengarah pada wajah Arnold yang tengah menggenggam jemarinya erat. Tangan itu masih pucat, namun terasa hangat. Kehangatan itulah yang membuat Arnold ingin terus bertahan di sampingnya. "Mama, syukurlah Mama sudah sadarkan diri!" ucap Arnold, hampir menangis. Rasa cemas yang sejak tadi menghimpit dadanya perlahan sirna, tergantikan dengan kelegaan yang menyejukkan. Namun
last updateLast Updated : 2025-04-22
Read more

Bab 167. Ceraikan Arnold!

Emily melangkah mundur saat Nicho berjalan ke arahnya. "Diam di sana! Aku mohon lepaskan aku!" Emily mencoba membujuk kakak iparnya. "Kenapa kau menolakku? Aku kaya dan tampan. Tinggalkan saja suamimu yang tidak punya pekerjaan itu Emily." "Tidak!" Nicholas menghela nafasnya dalam, dia menghentikan langkahnya dan bersedekap. "Apa yang kau inginkan? Perhiasan? Uang? Katakan! Aku akan memberikannya kepadamu asalkan kau dengan sukarela menceraikan Arnold dan menikah denganku." Emily menggeleng, "aku hanya ingin Arnold! Dia jauh lebih berarti dibandingkan dengan uangmu Tuan Nicholas!" "Jangan munafik Emily, semua orang menyukai uang. Atau kau takut aku tidak bisa memuaskanmu, hmm?" Mendengar pertanyaan Nicho yang menjijikkan itu, Emily semakin geram, kedua tangannya terkepal di sisi tubuhnya. "Kau sungguh menjijikkannya!" "Oh suaramu sangat merdu saat mengumpat, aku yakin desahannya jauh lebih merdu." Nicho kembali melangkahkan kakinya mendekati Emily yang semakin
last updateLast Updated : 2025-04-23
Read more

Bab 168. Penyesalan Arnold

Ucapan menjijikkan itu membuat Emily bergidik ngeri. Sedangkan Arnold? Rahangnya sudah semakin mengetat. Otot-otot lengannya sampai menyembul dan bersiap memberi hantaman maksimal untuk pria tidak tahu diuntung itu, Nicho. “Tak akan!” seru Arnold mendekat hendak memberi pukulan lagi ke sosok di depannya. Namun Nicho kali ini sudah bersiap. Dia bisa menghindar lalu menendang perut Arnold. “Aaaa!” pekik Emily melihat suaminya terhuyung ke belakang. “Sabar, Emily. Kita akan melanjutkan aksi menyenangkan tadi setelah aku melumpuhkan pria pengganggu ini.” Nicho berucap dengan senyum Lucifer yang menyeramkan. Tidak bisa dibiarkan. Arnold kembali maju memberi pukulan. Hingga beberapa saat mereka saling menepis. Hal itu membuat Emily ketakutan. Bagaimana kalau Arnold tidak datang lalu dia menjadi santapan pria gila itu, Emily bisa bisa gila kalau sampai dirinya disentuh oleh laki laki lain. Sampai pada titik Arnold akhirnya menendang belakang lutut Nicho sampai rivalnya terjatuh
last updateLast Updated : 2025-04-23
Read more

Bab 169. Emily Hamil

Perjalanan menuju rumah sakit terasa sangat lama, padahal jaraknya tidak lebih dari satu kilometer. Di dalam mobil yang melaju dengan cepat, suasana begitu tegang. Arnold tak henti-hentinya melirik ke arah Emily yang terbaring lemah di jok belakang. Napasnya terdengar pelan dan tidak stabil. Sesekali, Arnold mengusap kening perempuan itu yang terasa sedikit hangat. "Jangan sakit, sayang," gumamnya pelan, lebih kepada doa daripada ucapan. Suaranya nyaris tak terdengar, tenggelam dalam deru mesin mobil. Setelah beberapa menit yang terasa seperti jam, mobil berbelok tajam memasuki halaman ST. Thomas Hospital, rumah sakit yang sama di mana Nyonya Ruby, ibu mertua Arnold, tengah dirawat karena kondisi kritisnya. Pintu mobil nyaris belum terbuka sempurna ketika dua orang perawat yang berjaga di lobi langsung datang membawa brankar. Mereka bergerak cepat, profesional, namun tetap waspada melihat raut panik di wajah Arnold. Mereka hendak mengangkat tubuh Emily, namun tiba-tiba Arnold me
last updateLast Updated : 2025-04-23
Read more
PREV
1
...
121314151617
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status