All Chapters of One Night Stand With A Billionaire: Chapter 31 - Chapter 40

82 Chapters

Bab 31. Meminta Sebuah Kesempatan 

Amber menatap Julian dengan mata terbelalak, tak percaya bahwa pria itu benar-benar ada di depannya. Hatinya berdebar kencang, campuran antara terkejut dan kemarahan. Wanita itu langsung memeluk Victor dan Violet, melindungi mereka seolah-olah Julian adalah ancaman.“K-kau … kenapa kau di sini?!” seru Amber tak menyangka Julian menyusulnya. Wanita itu rasanya ingin tak percaya, tapi apa yang ada di hadapannya adalah sebuah fakta. “Amber, tolong dengarkan aku,” Julian berkata dengan suara serak, tampak lelah tapi penuh tekad. “Aku datang untuk membawamu pulang. Kita perlu bicara.”Amber menggelengkan kepalanya dengan tegas. “Tidak ada yang perlu dibicarakan, Julian. Aku sudah membuat keputusan dan aku tidak akan kembali. Aku dan anak-anakku akan berada di sini!” Julian melangkah mendekat, tetapi Amber mundur selangkah, tetap memegang erat anak-anaknya. “Amber, tolong dengarkan aku. Aku tahu, aku telah membuat kau dan kembar mengalami hal buruk, tapi aku ingin kau dan kembar di sisiku
last updateLast Updated : 2025-03-05
Read more

Bab 32. Rencana Menjebak Julian 

Amber berdiri di ruang dalam kamar, mengemas barang-barang ke dalam koper besar. Victor dan Violet, berlarian di sekitar ruangan, membantu sebisanya dengan semangat yang khas anak-anak. Namun, di balik senyuman dan tawa mereka, Amber merasakan gelombang kecemasan yang tak bisa diabaikan. Pikirannya terus berputar tentang apa yang akan terjadi ketika mereka kembali ke Los Angeles.Julian telah berjanji untuk melindungi mereka dari Clara. Bahkan, dia bersumpah akan membatalkan pertunangan mereka agar Amber tidak merasa seperti orang ketiga. Namun, meskipun janjinya terdengar meyakinkan, hati Amber tetap diselimuti rasa tidak tenang.“Mommy, koper ini sudah penuh,” kata Victor sambil menarik resleting dengan susah payah.Amber tersenyum tipis, berusaha menyembunyikan kekhawatirannya. “Terima kasih, sayang. Mommy akan bantu nanti.”Tiba-tiba, Victor dan Violet menghampiri Amber dari belakang dan memeluknya erat. Kejutan itu membuat Amber tersentak, tetapi dia segera membalas pelukan merek
last updateLast Updated : 2025-03-05
Read more

Bab 33. Menjalani Kehidupan Baru  

Dallas, Texas. Keesokan harinya, Julian tiba di rumah Margareth Swan. Amber dan si kembar sudah siap dengan koper-koper kecil mereka. Tampak Margareth berdiri di ambang pintu, matanya berkaca-kaca menahan gejolak kesedihan dalam dirinya. “Terima kasih banyak, Mom, untuk segalanya,” kata Amber sambil memeluk wanita tua itu.Margareth mengelus punggung Amber dengan penuh kasih. “Kau harus menjaga dirimu baik-baik, Amber.” Amber mengangguk. “Aku pasti akan menjaga diriku dengan baik, Mom. Kau juga jaga kesehatan.” Margareth tersenyum, lalu dia menoleh menatap si kembar. “Victor, Violet, kalian harus menjadi anak-anak yang baik. Kalian juga harus menuruti Mommy dan Daddy kalian.” Victor dan Violet mengangguk serempak, kemudian memeluk Margareth satu per satu. “Kami pasti akan merindukanmu, Grandma,” ucap mereka bersamaan.” Margareth mencium kening kedua bocah itu. “Grandma juga akan merindukan kalian.” Julian melangkah maju dan memberikan salam hormat kepada Margareth. “Terima kasi
last updateLast Updated : 2025-03-05
Read more

Bab 34. Tindakan Gila Clara  

Hari demi hari berlalu, Amber mulai menyadari bahwa sikap manis Julian benar-benar menggoyahkan hatinya. Tindakan pria itu sangat melumpuhkan Amber. Tidak menampik bahwa Amber sangat luluh dan menyukai setiap tindakan yang dilakukan Julian. “Apa Julian berniat untuk menikahiku?” gumam Amber pada dirinya sendiri, dia mengingat perkataan Jessie beberapa hari lalu, yang menanyakan tentang Julian sudah melamarnya atau belum. Kata-kata Jessie terus berputar di otak Amber. Yang Amber tahu selama ini dia dan Julian akan menjadi keluarga untuk kembar. Amber dan Julian saling berjanji fokus pada anak-anak mereka. Namun, untuk Julian akan menikahinya atau tidak, Amber sama sekali tidak tahu. Amber duduk di sofa, dalam kondisi malam yang hening, dia melamun memikirkan jutaan hal yang menelusup ke dalam diri. Wanita cantik itu telenggelam dalam sebuah lautan kebingungan. Tak memungkiri bahwa rasa takut muncul dalam dirinya. “Amber,” panggil Julian lembut. Pria tampan itu baru saja pulang dar
last updateLast Updated : 2025-03-05
Read more

Bab 35. Keputusan Julian 

Keesokan harinya, orang tua Julian datang ke penthouse setelah mendengar kabar Julian pindah dan tinggal bersama seorang wanita serta dua anak balita. Amber tampak gugup, sementara si kembar terlihat penuh rasa ingin tahu terhadap tamu yang datang. Di ruang tamu utama sudah ada James Kingston, ayah Julian, dan Gracey Kingston, ibu Julian sudah menunggu.Gracey segera berdiri dengan senyum hangat di wajahnya. “Julian! Ini pasti Amber dan anak-anak, ya?” Wanita paruh baya itu berjalan mendekat, menatap penuh kasih sayang pada si kembar. “Hai, kalian pasti Victor dan Violet. Ya Tuhan, bukankah kita bertemu di hotel kapan hari?”“I-iya, Nyonya,” balas Amber membenarkan dengan gugup.“Kalian sangat menggemaskan!”Victor dan Violet tersenyum malu-malu, sementara Amber memberi Gracey senyum lembut. “Terima kasih, Nyonya Kingston.”James, di sisi lain, duduk dengan ekspresi serius. Pria paruh baya itu mengamati Julian dengan tatapan tajam. “Julian, apa maksud semua ini? Kau sudah bertunangan
last updateLast Updated : 2025-03-05
Read more

Bab 36. Masuk ke Dalam Perangkap 

Malam itu, Julian kembali ke penthouse bersama Amber. Perasaan lega bercampur dengan kecemasan mengisi hatinya. Pria tampan itu tahu bahwa keputusan ini tidak akan mudah, tapi dia yakin itu adalah yang terbaik untuk masa depan mereka.“Julian, ada hal yang ingin aku katakan padamu,” ucap Amber lembut seraya menatap Julian. Julian melangkah mendekat, menatap dalam mata indah Amber. “Semua baik-baik saja, kan?” Amber mengangguk. “Ya, semua baik-baik saja. Tapi … jujur, ada sesuatu yang mengganjal di hatiku.” “Katakan padaku, apa yang mengganjal di hatimu, Amber?” tanya Julian lembut, dan hangat. Amber terdiam sebentar, tampak sangat ragu untuk mengatakan perasaannya. Namun, dia tak mungkin hanya diam saja di kala ada sesuatu hal yang mengganjal di hatinya. Paling tidak, dia tetap harus menyeruakan apa yang mengusik ketenangannya. “Tadi Clara terlihat sangat marah, Julian,” ucap Amber lembut. Julian mengangguk. “Ya, dia terliha sangat marah. Lalu?” “Ayah Clara bisa bersikap bijak
last updateLast Updated : 2025-03-06
Read more

Bab 37. Ledakan Amarah 

Amber duduk dengan tatapan menatap hangat anak-anaknya yang baru saja datang. Senyuman di wajahnya terlukis di kala mendapatkan pelukan erat dari anak kembarnya. “Mommy!” seru Victor dan Violet serempak, mereka berlari ke arah Amber dan memeluknya erat. Tampak bocah kembar itu menunjukkan raut wajah yang riang gembira. “Bagaimana hari kalian anak-anak? Kalian senang main bersama Grandma?” tanya Amber dengan senyum penuh kasih. “Kami bersenang-senang! Grandma mengajak kami bermain di taman,” kata Victor dengan antusias.Gracey tersenyum lembut, melepaskan mantel dan duduk di sofa.Ya, hari ini Gracey menjemput Victor dan Violet, mengajak anak kembar itu bermain. Tentunya Amber tidak melarang, karena bagaimanapun Gracey adalah nenek si kembar. Amber mengarahkan pandangannya ke Gracey, penuh rasa terima kasih. “Terima kasih, Mom, sudah menjaga mereka hari ini.”“Tidak masalah, Amber. Aku juga senang bisa bersama dengan kembar,” jawab Gracey dengan lembut. Namun, seketika wanita paruh
last updateLast Updated : 2025-03-06
Read more

Bab 38. Rasa Tak Percaya

Amber menyiapkan sarapan seperti biasa untuk Julian dan anak-anak, tetapi kali ini, ada ketegangan yang jelas di antara mereka. Dia hanya berbicara kepada si kembar, Victor dan Violet, dan sama sekali tidak menyahuti pembicaraan apa pun yang dilempar oleh Julian. Tatapan Amber yang biasanya lembut, kini terlihat dingin dan penuh dengan kekecewaan.Julian duduk di kursi meja makan, merasa tak nyaman. Pria itu tahu bahwa Amber sedang menghindar darinya. Namun, tentu dia memutar otak mencari celah agar Amber mau berbicara dengannya. Dia tak ingin masalahnya dengan Amber menjadi berlarut-larut. “Amber, bisa tolong ambilkan selai?” pinta Julian dengan suara yang berusaha terdengar normal.Amber mengambil selai dari meja, meletakkannya di depan Julian tanpa sepatah kata pun, kemudian kembali mengurus sarapan si kembar. “Bagaimana dengan kopi, apa kau tidak membuat kopi pagi ini?” Julian mencoba berbicara dengan nada yang lembut.Amber lagi-lagi tidak menjawab, dia membawa satu pitcher kop
last updateLast Updated : 2025-03-06
Read more

Bab 39. Mabuk Adalah Jalan Pintas 

Pikiran tak jernih membuat Julian minum alkohol di kelab malam sampai dia mabuk berat. Bahkan sekarang dia sampai harus dibawa oleh Mark, memasuki penthousenya. Jika saja tidak ada Mark, entah bagaimana nasibnya yang sedari tadi meracau tak jelas. “Julian?” Amber keluar kamar, dan betapa terkejut mendapati Mark datang seraya memapah tubuh Julian. “Ada apa, Mark? Kenapa dengan Julian?” tanyanya pada Mark, khawatir akan Julian. “Nona Hayes, selamat malam. Maaf mengganggu istirahat Anda,” ucap Mark sopan pada Amber. “Tuan Kingston mabuk, Nona. Beliau mendatangi kelab malam, dan minum banyak alkohol. Sepertinya masalah yang dihadapi beliau yang membuatnya memutuskan pergi ke kelab malam,” lanjutnya penuh rasa sopan. Amber mengembuskan napas kasar, tak menyangka akan tindakan gila Julian. “Bantu aku baringkan tubuh Julian di kamarnya.” “Baik, Nona,” jawab Mark patuh, lalu dia membawa tuannya itu menuju kamar. Pun Amber membantu Mark memapah tubuh Julian. “Mark, terima kasih,” ucap Amb
last updateLast Updated : 2025-03-06
Read more

Bab 40. Serangan Clara 

Amber duduk melamun di tepi kolam renang. Tatapannya menatap lurus ke depan, begitu lemah. Sorot matanya menunjukkan bahwa hatinya sedang tidak baik-baik saja. Amber tidak bisa tenang, karena pikirannya sangat kacau. Namun, berjuang untuk menutupi perasaan ini sangat rumit untuknya. Suara dering ponsel Amber terdengar, membuat wanita itu mengalihkan pandangannya, meraih ponsel dan menatap ke layar tertera nomor Jessie menghubunginya. Beberapa detik, Amber mengembuskan napas panjang. Sudah lama dia tak berkomunikasi dengan Jessie. Pikiran yang kacau sampai membuatnya lupa berkomunikasi dengan sahabat baiknya itu. Padahal dulu Jessie adalah tempat di mana Amber berlindung. “Jessie?” jawab Amber lembut, kala panggilan terhubung. “Amber, apa kau sibuk?” tanya Jessie dari seberang sana. “Tidak, Jessie.” “Good. Aku ingin mengajakmu jalan-jalan ke mall. Apa kau mau?” “Jessie, tapi aku sedang tidak ingin keluar.” “Come on, Amber. Apa kau tidak bosan di rumah?” Amber mengehela napas
last updateLast Updated : 2025-03-06
Read more
PREV
1234569
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status