Semua Bab Hasrat dan Dendam Mafia Kejam: Bab 51 - Bab 56

56 Bab

Belum Mati

“Kau mau ke mana?” tanya Emily dengan suara lemah saat melihat Felix berbalik badan dan mengambil jaket kulit hitamnya yang tergantung di dekat pintu.Felix menghentikan langkahnya sejenak, menoleh dengan tatapan datar. Tak ada emosi di wajahnya. Hanya ketegasan yang dingin, membuat Emily merasa semakin jauh darinya.“Urusanku dengan Mark belum selesai,” jawab Felix singkat, nadanya tak bisa diganggu gugat. “Aku akan menemuinya sekarang juga.”Emily langsung bangkit dari tempat tidurnya, menyusul langkah Felix dengan cepat. “Felix… tidak bisakah besok saja? Sekarang sudah malam. Dan… kau tidak tahu apa yang akan dia siapkan.”Namun, pria itu hanya menoleh sekilas, lalu kembali memalingkan wajahnya dan melangkah keluar kamar tanpa mengatakan sepatah kata pun.Pintu kamar tertutup dengan suara pelan, namun cukup menyakitkan bagi Emily. Ia berdiri di ambang pintu selama beberapa saat, seolah berharap Felix akan kembali. Tapi bayangan suaminya sudah tak tampak.Emily menarik napas dalam d
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-18
Baca selengkapnya

Sikap Tak Biasa Emily

Di sebuah vila tersembunyi di sebuah pulau pribadi yang hanya diketahui oleh segelintir orang, Marsha duduk di beranda lantai dua.Laut terbentang luas di depannya, ombak tenang berkejaran di bawah cahaya senja yang mulai meredup.Angin sepoi-sepoi menerpa rambut panjangnya, tapi tak bisa menenangkan kegelisahan yang terus menggerogoti pikirannya.Langkah kaki berat terdengar dari dalam vila. Tak lama kemudian, Harland—ayah kandung Marsha—muncul di ambang pintu. Wajahnya terlihat tegas, namun guratan lelah dan kekhawatiran tidak bisa disembunyikan.“Marsha,” panggil Harland pelan.Marsha menoleh cepat, matanya tajam dan gelisah. “Ada apa? Kau terlihat berbeda.”Harland menarik napas panjang, lalu berjalan mendekat dan duduk di kursi rotan di sebelah putrinya.“Mark... dia sekarang ada di rumah sakit,” katanya akhirnya.Marsha membelalak. “Apa?! Apa yang terjadi?!”“Dia tertembak,” lanjut Harland tenang, meski matanya menyiratkan kemarahan yang ditekan. “Anak buah Felix menghancurkan m
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-18
Baca selengkapnya

Kau Tidak Sendiri

Felix duduk di kursi taman belakang rumah keluarga, sore itu angin semilir bertiup lembut, namun pikirannya sama sekali tidak tenang.Ia menunggu seseorang, dan tak lama kemudian, Davina muncul membawa dua cangkir kopi.Perempuan itu adalah sepupunya—cerewet, tajam mulut, tapi satu-satunya yang bisa diajak berbicara jujur soal hati.“Davina,” kata Felix pelan saat Davina duduk. “Ada yang ingin aku tanyakan padamu.”Davina mengangkat alis, penasaran. “Tumben sekali wajahmu tampak serius kali ini. Ada apa, Felix?”Felix menatapnya sejenak, lalu menghembuskan napas. “Emily... dia, akhir-akhir ini bersikap dingin. Diam, menghindar. Apa karena dia sedang hamil?”Sontak, Davina menyemburkan kopi yang baru saja ia teguk. “APA?!” serunya, dengan mata membelalak.Felix mengerutkan kening, jelas tak mengerti kenapa sepupunya terlihat begitu terkejut. “Ya. Dia hamil. Tiga minggu. Kenapa reaksimu seperti itu?”Davina masih mencoba menenangkan batuk kecilnya, lalu berkata, “Aku hanya... terkejut.
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-18
Baca selengkapnya

Rahasia Mengejutkan tentang Felix

“Tidak perlu,” ujar Emily lirih ketika Davina menanyakan apakah dia ingin Felix, suaminya, lebih memperhatikannya.Davina mengerutkan kening, tak paham dengan jawaban itu. “Kenapa tidak perlu?” tanyanya dengan nada pelan namun penuh dorongan. “Apa kau tidak membutuhkan perhatian dari suamimu itu?”Emily menggeleng pelan. “Tidak, Davina. Aku mengerti, dia sedang banyak masalah dan pekerjaan yang tidak bisa ia hindari.” Suaranya datar, tanpa amarah, tanpa luka yang tampak di permukaan.“Walaupun dia akan berubah... itu hanya untuk beberapa waktu saja. Aku sudah terbiasa ditinggal dan diabaikan olehnya. Lagi pula, aku menikah dengannya hanya karena utang ayah tiriku.”Mata Emily menerawang ke kejauhan. “Dia juga memberitahuku sejak awal, agar aku tidak mengharap apa pun darinya.”Davina terdiam. Ucapan Emily barusan menampar kesadarannya. Ia tahu pernikahan Emily dengan Felix bukan karena cinta, tapi ia tidak menyangka Emily menjalani hari-harinya dengan kekosongan seperti itu.Seolah hi
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-19
Baca selengkapnya

Meminta Saran pada Mala

Langit sore memudar dalam nuansa jingga yang temaram saat Felix berdiri diam di depan dua pusara yang berdampingan.Angin sore menyapu lembut dedaunan, seolah ikut meresapi kesedihan yang terpancar dari raut wajah lelaki itu.Dengan perlahan, ia menunduk dan meletakkan setangkai bunga mawar merah di atas makam yang terbuat dari batu granit abu-abu.“Hi, Mom... Dad...” ucapnya pelan, suaranya bergetar oleh emosi yang tertahan.“Maaf, aku baru sempat mengunjungi kalian lagi. Aku tahu... ini sudah terlalu lama. Aku terlalu sibuk dengan pekerjaanku, terlalu larut dalam rutinitas... sampai aku melupakan hal-hal yang seharusnya menjadi prioritas.”Felix menarik napas panjang, mencoba menenangkan gejolak di dadanya. Matanya menatap kosong pada dua nama yang terukir rapi di batu nisan, seolah berharap ada balasan dari dalam tanah itu.“Sekarang... aku bahkan sedang bermasalah dengan Emily. Dia marah padaku,” lanjutnya.“Aku tahu dia benar. Aku terlalu cuek... terlalu dingin... padahal dia sed
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-19
Baca selengkapnya

Setidaknya Berguna untuk Anak dan Istrinya

“Hi!” sapa Felix lembut, suaranya nyaris seperti bisikan angin malam saat ia melangkah masuk dan duduk di hadapan Emily yang tengah bersandar santai di tempat tidur.Senyum kecil menghiasi wajahnya, meski lelah jelas terpancar dari sorot matanya.Emily menoleh dan menyambut senyuman itu. Senyum yang kini terasa lebih bermakna sejak mereka tahu ada kehidupan kecil yang tumbuh di dalam dirinya.“Kau sudah makan?” tanyanya, suaranya tenang tapi penuh perhatian.Felix menggeleng pelan. “Belum. Bagaimana denganmu? Apa kau sudah makan? Bagaimana dengan mual muntahmu? Apa masih menyerang meski sudah malam?” Nada suaranya berubah menjadi cemas, penuh kepedulian.Ia mencoba menyembunyikan kekhawatirannya, tapi matanya tidak bisa berbohong—ia khawatir, dan ia ingin memastikan semuanya baik-baik saja.Emily tersenyum tipis, menenangkan. Ia menggelengkan kepala pelan. “Tidak. Dan aku sudah minum susu ibu hamil. Aku juga sudah makan karena perutku sangat lapar. Maaf, aku tidak menunggumu untuk mak
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-20
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status