Semua Bab Hasrat dan Dendam Mafia Kejam: Bab 11 - Bab 20

32 Bab

Jangan Berpikir akan Memberikannya!

"Bangunlah, Emily."Suara Felix menyerupai desau angin senja yang menggelitik dedaunan, berat namun membelai dengan kelembutan yang nyaris menghipnotis.Emily membuka matanya perlahan, pupilnya yang masih dibalut kantuk bergetar saat menatap wajah pria yang kini berada begitu dekat.Tangan kekar itu bergerak seperti gelombang pasang yang menyentuh pantai, merayap di dada Emily dengan sentuhan yang membuat pori-porinya terbuka, menyambut sensasi yang menggigilkan. Emily menggeliat, tubuhnya seolah kelopak mawar yang terbuka saat embun pagi mencium permukaannya."Felix, tanganmu …."Namun, ucapannya terputus begitu saja. Bibir Felix sudah lebih dulu menempel di miliknya, mencuri kata-kata yang hendak meluncur dari bibir lembutnya. Ciuman itu bukan sekadar pertemuan dua insan, melainkan badai yang menyapu, ganas, membakar setiap nadi yang berdenyut di bawah kulit.Felix menyibakkan mini dress yang dikenakan Emily dengan mudah, seolah kain itu tak lebih dari kelopak bunga yang gugur ter
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-19
Baca selengkapnya

Tak Bisa Berhenti, Mungkin Sampai Pagi

“Jadi… pernikahan ini hanya untuk menuntaskan hasratmu saja?”Suara Emily terdengar parau saat ia akhirnya mengucapkan pertanyaan itu. Di dalam dadanya, ada sesuatu yang bergejolak—rasa sakit yang tak berwujud, seperti belati yang menembus perlahan, mengirisnya dari dalam. Namun, ia tetap menatap Felix, menunggu jawaban yang sepertinya sudah ia ketahui.Felix tidak terburu-buru menjawab. Ia membiarkan keheningan menggantung sejenak, membiarkan Emily merasakan betapa dingin dan mutlaknya kenyataan ini. Lalu, dengan santai, ia menganggukkan kepalanya. “Ya.”Hanya satu kata.Satu kata yang cukup untuk meruntuhkan semua harapan yang mungkin pernah tersisa dalam diri Emily.Namun, Felix belum selesai. Matanya menyipit sedikit, nada suaranya berubah tajam seperti bilah pisau yang menggores kulit. “Tapi, jangan coba-coba mencari pria lain di luar sana. Ingat, Emily. Kau adalah istriku. Kau sudah menikah.”Kalimat itu bukan peringatan biasa. Itu adalah ancaman terselubung yang berlapis kepe
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-20
Baca selengkapnya

Bukan Sekadar Bulan Madu

Cahaya matahari pagi merayap masuk melalui celah tirai sutra yang masih sedikit terbuka, membiaskan rona keemasan di dalam kamar yang luas. Emily menggeliat pelan, kelopak matanya terasa berat saat ia membuka mata, membiarkan kesadaran perlahan kembali padanya. Namun, begitu tubuhnya mulai bergerak, rasa nyeri menjalar ke seluruh persendiannya, membuatnya mengerang pelan.Seakan tubuhnya telah berperang melawan badai semalaman.Setiap otot terasa kaku, setiap inci kulitnya mengingatkan pada betapa ganasnya Felix menyentuhnya semalam. Sebuah tanda kepemilikan yang tak terlihat, namun begitu nyata terasa di setiap denyut tubuhnya.Ia menoleh ke sisi ranjang, mencari sosok yang semalam begitu rakus menelannya dalam pusaran gairah. Namun, kasur di sebelahnya sudah dingin—Felix telah pergi."Ke mana dia?" gumamnya, suara seraknya terdengar samar di dalam keheningan kamar.Emily melirik jam di nakas—baru pukul tujuh pagi."Astaga… dia sudah pergi sepagi ini?" Keluhan itu meluncur begitu s
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-20
Baca selengkapnya

Felix yang Posesif

"Jangan terlalu dipikirkan, Emily. Felix akan kembali saat urusannya selesai,” ucap Shopia seraya menatap wajah Emily yang tampaknya sedang melamun.Emily tersenyum tipis, rasa malunya jelas terlihat di wajahnya. "Maaf, aku hanya... aku belum mengenal Felix dengan baik. Dia selalu pergi dan tidak memberitahuku, Shopia.”Shopia mengangguk pelan. "Ya, aku mengerti. Kalian baru menikah beberapa hari dan sebelumnya tidak pernah dekat. Suamimu itu sangat sibuk dan misterius. Jadi, jangan heran.”Emily menatapnya dengan ekspresi terkejut. "Jadi, kau tahu kalau aku dan Felix menikah karena terpaksa? Aku hanya pengantin pengganti kakak tiriku?"Shopia terkekeh melihat ekspresi Emily yang polos. "Tentu saja aku tahu. Tapi bukan berarti itu buruk, bukan? Felix akan memberikan apa pun yang kau inginkan, Emily. Percayalah.”Emily terdiam, hatinya terasa sedikit berat. Sebelum ia bisa berkata lebih jauh, Shopia tersenyum dan menggandeng tangannya."Daripada menghabiskan waktu dengan murung, bagaim
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-21
Baca selengkapnya

Mandi Bersama Denganku!

Langit malam yang mendung seakan menjadi saksi bisu atas pertempuran yang sedang berlangsung di markas Marko.Suara tembakan menggema di antara gedung-gedung tua, bercampur dengan teriakan dan suara tubuh yang roboh akibat perkelahian brutal.Asap hitam mulai mengepul dari beberapa titik, tanda bahwa pertempuran ini tidak akan berakhir dengan cepat.Felix berdiri di ambang pintu masuk markas, matanya tajam menelusuri setiap sudut area pertempuran. Dia seharusnya mendengarkan Pram dan kembali ke vila untuk menemui Emily. Namun, dia tidak bisa tinggal diam.Ini adalah kesempatan besar untuk menghancurkan Marko. Tapi ada satu masalah besar: Marko tidak ada di sini.Felix mengepalkan tangannya, rahangnya mengeras menahan kemarahan. Dia melihat anak buahnya bertempur mati-matian, tetapi tanpa target utama di sini, semua ini terasa sia-sia.Pram, yang akhirnya menyusul Felix, mendekatinya dengan napas tersengal. "Felix, kita harus pergi dari sini! Ini berbahaya. Tanpa Marko di sini, pertemp
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-22
Baca selengkapnya

Pekerjaan yang Berisiko

"Kemarilah, Sayang. Apa kau tidak merindukanku?" ucap Felix dengan nada lembut, meski tetap terasa ada sesuatu yang mendominasi dalam suaranya.Emily menggigit bibirnya pelan. Rindu? Kenapa ia harus merindukan pria yang mengikatnya dalam ikatan yang tak sepenuhnya ia inginkan? Tatapan matanya kosong, tapi ia tahu, tidak ada pilihan lain selain menurut."Emily." Suara Felix kini berubah lebih datar, lebih tegas. "Apa kau ingin menjadi istri pembangkang? Kenapa masih berdiri di sana? Cepat masuk!"Gemetar, Emily menelan ludahnya. Perintah itu bukan sesuatu yang bisa ditolak. Ia tahu bagaimana temperamen Felix jika ia berani membangkang.Dengan tangan sedikit bergetar, ia perlahan melepas kain yang membungkus tubuhnya, membiarkan kulitnya yang pucat terekspos oleh udara hangat. Sekilas ia menangkap seringai tipis di wajah Felix. Ada kepuasan tersirat di sana."Good," gumam Felix dengan nada puas. "Kau memang istri yang baik. Tidak salah aku mengambilmu setelah wanita gila itu meninggalka
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-23
Baca selengkapnya

Bukan itu yang Dia Inginkan

“Ke—kenapa kau mengambil pekerjaan yang sudah kau ketahui bahwa itu sangat berisiko?” tanya Emily lagi sembari menatap wajah Felix.Suaranya terdengar ragu, namun ada keteguhan dalam sorot matanya. Ia ingin tahu jawabannya, meski di lubuk hati, ia takut akan apa yang akan didengarnya.Felix, pria yang duduk di hadapannya dengan sikap santai, hanya menatapnya balik dengan senyum tipis yang mengandung misteri.Cahaya lampu gantung di dalam kamar mandi itu membentuk bayangan samar di wajahnya yang tegas.Tangannya dengan ringan memainkan batang gelas wine yang hampir kosong, sementara matanya menyorotkan tatapan yang sulit diartikan.“Karena aku… haus kekuasaan,” jawabnya tenang, seolah itu adalah hal yang wajar. “Dan hanya pekerjaan ini yang dapat memberiku kekuasaan. Menggerakkan orang-orang lemah sepertimu adalah kesenanganku.”Emily menelan salivanya dengan pelan. Perkataannya terasa seperti belati yang menusuk ke dalam dirinya.Ia sadar, mungkin selama ini dirinya hanyalah alat, sek
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-24
Baca selengkapnya

More Than You Know

“Kau akan terbiasa. Meski entah kapan itu akan terjadi. Kau boleh menikah lagi begitu aku mati."Kalimat itu meluncur begitu saja dari bibir Felix, seakan nyawanya hanya perkara selembar kertas yang mudah diterbangkan angin.Emily yang tengah menatap langit malam dari balik jendela sontak menoleh. Matanya memancarkan ketidakpercayaan."Enteng sekali mulutmu bicara, Felix." Emily membuang muka, mencoba mengabaikan sesak yang tiba-tiba menyelimutinya.Ia tidak suka mendengar kata-kata seperti itu, terutama dari mulut suaminya sendiri.Felix, yang duduk santai di sofa dengan segelas anggur di tangan, hanya menyunggingkan senyum tipis.Cahaya lampu temaram di ruangan itu semakin menegaskan sorot matanya yang tajam, seakan mampu membaca isi hati wanita di hadapannya."Ada apa? Kau mulai menyukaiku? Tidak heran. Aku memang mempesona hingga membuatmu langsung jatuh cinta padaku."Emily menoleh cepat, menatapnya dengan tajam. Ada sesuatu di dalam dirinya yang enggan membenarkan, namun juga ta
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-24
Baca selengkapnya

Rindu yang Tersalurkan

Mereka telah kembali ke Meksiko setelah tiga minggu lamanya berada di Yunani.Negeri para dewa itu telah menahan mereka dalam buaian cahaya keemasan, di antara angin laut yang berbisik syahdu dan reruntuhan yang menyimpan kenangan ribuan tahun.Namun, meski perjalanan itu menyerupai dongeng, sesungguhnya itu bukan sepenuhnya bulan madu. Felix lebih menghabiskan waktunya dengan bekerja di sana."Apa kau senang, kita kembali ke rumah?" tanya Felix dengan suara dalamnya.Ia menatap Emily yang berdiri di sampingnya, matanya menelusuri setiap lekuk ekspresi perempuan itu seolah mencari jawaban yang lebih dalam dari sekadar kata-kata.Emily menoleh pelan, bibirnya melengkung dalam senyum tipis yang nyaris tak terlihat."Ya. Aku sangat senang, karena bagaimanapun ini adalah tempat tinggalku yang sebenarnya," ucapnya, meski nada suaranya mengandung sesuatu yang tak terungkap.Felix menyunggingkan senyum tipis, tapi sorot matanya tetap tajam."Tapi, apa kau merasa bahagia ketika berada di Yuna
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-26
Baca selengkapnya

Pikiran Sempit Harland

"Menyesal karena apa?"Mala menatap suaminya dengan pandangan tajam, ekspresi wajahnya dingin seperti malam tanpa bintang.Ada api yang menyala di matanya, bukan api kemarahan yang meledak-ledak, tetapi bara yang membakar perlahan, menghanguskan sisa-sisa kesabaran yang ia miliki.Tangannya tanpa sadar meremas jemari Emily, seolah ingin memastikan bahwa anaknya masih ada di sampingnya, masih utuh, masih bernapas.Harland, dengan rahang mengeras, hanya menatap balik tanpa gentar. Pria itu memang selalu begitu—tanpa rasa, tanpa nurani, hanya berpikir tentang kepentingannya sendiri."Emily tidak tahu di mana Marsha berada, dan jangan pernah mengancamnya!" suara Mala bergetar, namun bukan karena takut.Itu adalah getaran dari seorang ibu yang berdiri di antara anaknya dan bahaya, siap menghadapi apa pun yang datang.Harland mendengus, suara rendah itu menguar seperti desisan ular yang sedang bersiap menerkam mangsanya.Senyum tipis yang terukir di bibirnya bukanlah senyum kebahagiaan, mel
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-26
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status