Semua Bab Jebakan Cinta Sang Idola: Bab 1 - Bab 9

9 Bab

Chapter 1 : Mencoba Bangkit Setelah Terpuruk

"Kami tidak bisa mempertahankan kamu lagi, Hazel."Kata-kata itu menghantam Hazel seperti petir di siang bolong."Apa maksud Anda?" suaranya serak, tapi ia berusaha tetap tegar.Mr. Graham menghela napas, menyandarkan tubuhnya ke kursi."Zhe Entertainment tidak bisa lagi menoleransi tindakan tidak profesional yang kamu lakukan."Hazel mengerutkan kening, kebingungan."Tidak profesional?" ulangnya. "Apa memangnya yang aku lakukan?"Ruangan terasa semakin sempit. Tatapan beberapa orang yang hadir dalam pertemuan itu terasa menusuk, namun tidak ada satu pun yang berani menatap matanya secara langsung. Mereka hanya menunduk, seakan tidak ingin terlibat."Banyak keluhan yang masuk terkait cara kerja kamu. Beberapa artis mengaku kamu menyulitkan proses produksi, bahkan tidak memberikan dukungan yang mereka butuhkan," lanjut Mr. Graham.Hazel terbelalak."Itu tidak masuk akal! Aku bekerja lebih keras dari siapa pun di sini!""Kami sudah mempertimbangkan semuanya dengan matang. Keputusan ini
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-03
Baca selengkapnya

Chapter 2 : Pertemuan yang Menyakitkan

Hazel mengepalkan tangannya di atas pahanya. Ia tahu ini bukan tentang kinerjanya. Bukan tentang kemampuannya. Ini tentang apa yang telah dilakukan Kevin dan Naila untuk menghancurkannya.“Aku bisa bekerja lebih keras. Aku bisa membuktikan—”“Bukan itu masalahnya, Hazel.”Pria itu menatapnya dengan sorot simpati, tetapi bagi Hazel, simpati itu tidak ada gunanya.“Kami hanya tidak ingin berurusan dengan seseorang yang… punya rekam jejak buruk.”Rekam jejak buruk?Hazel menggigit bibirnya. Ia tahu persis dari mana asal ‘rekam jejak’ yang dimaksud. Kevin dan Naila telah bekerja dengan sangat baik dalam menyebarkan narasi yang salah tentang dirinya.Ia menghela napas dan berdiri.“Baiklah. Terima kasih sudah meluangkan waktu.”Ia tidak menunggu jawaban sebelum berbalik dan melangkah keluar dari ruangan itu.Di luar, Hazel berdiri di tepi jalan, memejamkan mata sejenak, mencoba menenangkan dirinya. Skyreach City sibuk seperti biasa, tetapi bagi Hazel, kota ini tiba-tiba terasa lebih sempit
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-03
Baca selengkapnya

Chapter 3 : Pria yang Menyebalkan

Nada suaranya terdengar santai, tapi Hazel bisa menangkap sesuatu di baliknya—sindiran halus yang membuat tengkuknya meremang. Ia menguatkan dirinya, menegakkan bahu, dan membalas tatapan pria itu tanpa gentar.“Ya, sudah lama, Nicholas.”Nicholas melangkah masuk, gerakannya santai tetapi penuh kontrol. Seolah-olah ia adalah raja di tempat ini—dan mungkin memang benar. Ia duduk di kursi di seberang Hazel, menyilangkan kakinya, lalu menoleh ke arah Arthur.“Jadi, ini manajer baru yang kau pilih untukku?”Arthur mengangguk tanpa ragu.“Ya. Kami percaya Hazel adalah orang yang tepat untuk menangani kariermu.”Nicholas terkekeh pelan, nadanya terdengar meremehkan.“Lucu. Karena setahuku, dia lebih pandai menangani hubungan daripada karier.”Hazel mengepalkan tangannya di bawah meja, menahan emosi yang hampir meledak. Ia tahu Nicholas masih menyimpan dendam, tapi tidak menyangka pria itu akan langsung menyerangnya seperti ini.Arthur menatap keduanya bergantian, menyadari ketegangan yang m
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-03
Baca selengkapnya

Chapter 4 : Permainan Dimulai

Terdengar tawa kecil dari Noah.“Itu artinya kau kini memiliki tantangan baru?”Lift terbuka. Hazel melangkah masuk, menekan tombol menuju lantai dasar. Ponselnya masih menempel di telinga.“Ya, aku rasa begitu,” diiringi dengan helaan napas berat.Hazel menyandarkan punggung ke dinding lift. “Aku hanya berharap ini tidak menjadi keputusan yang kusesali nanti.”“Dengar, tidak ada keputusan yang benar-benar sempurna. Yang penting, kau bisa kembali ke industri ini dan membuktikan dirimu lagi.”Dentingan lembut terdengar saat lift sampai di lantai dasar. Hazel melangkah keluar, menggenggam ponselnya erat.“Ya, aku akan membuktikannya,” ucapnya pelan, lebih kepada dirinya sendiri.*Hari pertama Hazel sebagai manajer Nick seharusnya berjalan lancar, namun pria itu justru sengaja mempersulit pekerjaannya.“Kau tidak berubah, Hazel.”Hazel menutup mata sejenak, menghirup napas dalam-dalam sebelum akhirnya berbalik. Nick bersandar santai di sofa ruang tunggu, mengenakan kaus putih polos dan
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-03
Baca selengkapnya

Chapter 5 : Kau Spesial!

Nada suaranya sengaja dibuat melembut, dengan tatapan penuh arti yang membuat Hazel semakin jengkel. Ia tahu Nick sedang memainkan permainan ini—menekan batas kesabarannya.“Jangan panggil aku seperti itu,” desis Hazel. “Dan kau bukan satu-satunya orang di lokasi syuting. Semua kru menunggumu.”Nick meneguk wine-nya perlahan, seolah sengaja ingin membuat Hazel semakin frustrasi. “Mereka bisa menunggu. Aku bintang utamanya, bukan?”Hazel menarik napas dalam-dalam. Ia tidak akan membiarkan Nick menang. Dengan cepat, ia mengambil remote AC dan menurunkan suhunya ke tingkat paling dingin.Nick mengernyit. “Apa yang kau lakukan?”Hazel menatapnya tanpa ekspresi. “Kau bisa bersantai di sini, atau bersiap dan menyelesaikan pekerjaanmu. Pilihannya ada padamu.”Nick menatap Hazel selama beberapa detik sebelum akhirnya mendecak kesal. “Baiklah, baiklah. Aku akan bersiap.”Hazel berbalik, menyembunyikan senyum kecil di wajahnya. Jika Nick ingin bermain permainan ini, maka ia juga bisa ikut berma
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-03
Baca selengkapnya

Chapter 6 : Hari yang Kacau

Nick menatap Hazel beberapa detik sebelum akhirnya tersenyum kecil.“Kita lihat nanti.”Hazel tidak membalas. Ia hanya berbalik dan berjalan masuk ke lokasi syuting dengan kepala tegak.Tapi di dalam hatinya, ia tahu satu hal.Hari-harinya ke depan tidak akan mudah.Hari itu terasa seperti ujian kesabaran bagi Hazel. Begitu tiba di lokasi syuting, Nick langsung kembali ke kebiasaannya—membuat semua orang menunggu.“Kita sudah mundur hampir satu jam dari jadwal,” bisik asisten sutradara pada Hazel dengan nada cemas.“Apa kau bisa membujuknya?”Hazel menghembuskan napas panjang. Ia sudah cukup lelah menghadapi sikap Nick sejak pagi. Namun, ini pekerjaannya, dan ia tidak akan membiarkan seorang Nicholas Alexander menjatuhkan reputasinya lagi.Ia berjalan ke ruang makeup, menemukan Nick sedang duduk santai di kursi, memainkan ponselnya.Makeup artist berdiri di sampingnya, menunggu dengan gelisah.“Nick,” panggil Hazel, nada suaranya tegas.Pria itu mengangkat kepalanya, tersenyum seolah
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-03
Baca selengkapnya

Chapter 7 : Api Lama yang Masih Menyala

Hazel mengabaikannya dan menunduk ke ponselnya, mengecek email dari tim produksi Orion Entertainment. Namun, suara tawa pelan dari arah belakang membuatnya menoleh.Di sudut lokasi, Nick sedang berbicara dengan seorang aktris muda, Sarah Williams. Gadis itu tertawa kecil sambil menyentuh lengan Nick dengan manja.Hazel menghela napas. Ia seharusnya tidak peduli. Ini bukan urusannya. Tapi entah kenapa, melihat Nick seperti itu tetap saja membuatnya kesal.Nick melirik ke arah Hazel seolah menyadari tatapannya. Ia tersenyum miring, lalu berkata dengan nada lebih keras,“Sarah, kau sangat berbakat. Aku suka cara kau membangun chemistry dalam adegan tadi.”Sarah tersipu.“Benarkah? Aku hanya mencoba menyesuaikan energiku denganmu, Nick.”Hazel mendecak dalam hati. Nick selalu seperti ini—senang bermain dengan orang lain, seolah dunia berputar di sekelilingnya.“Hazel.”Nick tiba-tiba sudah berdiri di hadapannya, menyodorkan sekaleng kopi dingin.“Aku tidak memesannya,” kata Hazel dingin.
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-03
Baca selengkapnya

Chapter 8 : Seperti Duri yang Menusuk

Hazel berdiri di sudut ruangan, memperhatikan jalannya pemotretan dengan tangan terlipat di dada. Nick, seperti biasa, tampil sempurna di depan kamera. Setiap pose yang diambilnya terlihat alami, seolah-olah dunia fashion memang dunianya.Saat jeda pemotretan, Nick berjalan mendekati Hazel sambil melepas jas yang dikenakannya.“Kau diam saja sejak tadi. Jangan bilang kau masih terpesona denganku.”Hazel mendesah.“Aku hanya memastikan semuanya berjalan lancar. Itu tugasku.”Nick tertawa kecil.“Tugasmu juga memastikan aku tidak kelelahan, kan? Jadi, bagaimana kalau kau ambilkan kopi untukku?”Hazel menatapnya tajam.“Kalau kau haus, ambil sendiri. Kau bukan anak kecil, Nick.”Nick mengangkat bahu santai.“Tapi dulu kau tidak keberatan melakukannya.”Hazel mengepalkan tangan di sisi tubuhnya.“Dulu berbeda. Sekarang aku manajermu, bukan kekasih kontrakmu.”Senyum di wajah Nick melebar.“Oh, jadi kau masih mengingatnya?”Hazel berbalik, berusaha mengabaikannya. Tapi jauh di lubuk hatiny
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-03
Baca selengkapnya

Chapter 9 : Masih Belum Menyerah

Sepanjang perjalanan pulang, Hazel menyandarkan kepalanya ke jendela mobil, menatap keluar tanpa fokus. Hari ini melelahkan, dan ia bisa merasakan Noah meliriknya sesekali.“Kau tidak perlu melakukan ini, Noah,” ucap Hazel, akhirnya membuka suara.Noah terkekeh pelan. “Melakukan apa?”“Mengantarku pulang seperti ini,” jawab Hazel, menoleh ke arahnya. “Aku bisa pulang sendiri.”Noah menghela napas, tetap fokus pada jalan di depannya.“Aku tahu. Tapi sejak kapan aku pernah mendengarkan protesmu?”Hazel tersenyum kecil. Ia dan Noah memang sudah lama berteman. Sejak kuliah, mereka selalu ada untuk satu sama lain, bahkan setelah bekerja di Zhe Entertainment. Namun, saat Hazel dipecat, hubungan mereka sempat renggang.Hazel merasa terlalu malu untuk mencari Noah, tapi pria itu tetap datang padanya, tetap menjadi satu-satunya orang yang selalu ada.“Bagaimana harimu?” tanya Noah setelah beberapa saat hening.Hazel menghela napas panjang.“Berantakan. Nick benar-benar membuat pekerjaanku sulit
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-05
Baca selengkapnya
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status