Hazel berdiri di sudut ruangan, memperhatikan jalannya pemotretan dengan tangan terlipat di dada. Nick, seperti biasa, tampil sempurna di depan kamera. Setiap pose yang diambilnya terlihat alami, seolah-olah dunia fashion memang dunianya.Saat jeda pemotretan, Nick berjalan mendekati Hazel sambil melepas jas yang dikenakannya.โKau diam saja sejak tadi. Jangan bilang kau masih terpesona denganku.โHazel mendesah.โAku hanya memastikan semuanya berjalan lancar. Itu tugasku.โNick tertawa kecil.โTugasmu juga memastikan aku tidak kelelahan, kan? Jadi, bagaimana kalau kau ambilkan kopi untukku?โHazel menatapnya tajam.โKalau kau haus, ambil sendiri. Kau bukan anak kecil, Nick.โNick mengangkat bahu santai.โTapi dulu kau tidak keberatan melakukannya.โHazel mengepalkan tangan di sisi tubuhnya.โDulu berbeda. Sekarang aku manajermu, bukan kekasih kontrakmu.โSenyum di wajah Nick melebar.โOh, jadi kau masih mengingatnya?โHazel berbalik, berusaha mengabaikannya. Tapi jauh di lubuk hatiny
Sepanjang perjalanan pulang, Hazel menyandarkan kepalanya ke jendela mobil, menatap keluar tanpa fokus. Hari ini melelahkan, dan ia bisa merasakan Noah meliriknya sesekali.โKau tidak perlu melakukan ini, Noah,โ ucap Hazel, akhirnya membuka suara.Noah terkekeh pelan. โMelakukan apa?โโMengantarku pulang seperti ini,โ jawab Hazel, menoleh ke arahnya. โAku bisa pulang sendiri.โNoah menghela napas, tetap fokus pada jalan di depannya.โAku tahu. Tapi sejak kapan aku pernah mendengarkan protesmu?โHazel tersenyum kecil. Ia dan Noah memang sudah lama berteman. Sejak kuliah, mereka selalu ada untuk satu sama lain, bahkan setelah bekerja di Zhe Entertainment. Namun, saat Hazel dipecat, hubungan mereka sempat renggang.Hazel merasa terlalu malu untuk mencari Noah, tapi pria itu tetap datang padanya, tetap menjadi satu-satunya orang yang selalu ada.โBagaimana harimu?โ tanya Noah setelah beberapa saat hening.Hazel menghela napas panjang.โBerantakan. Nick benar-benar membuat pekerjaanku sulit
Keesokan paginya, sebelum Hazel sempat berangkat ke apartemen Nick, ia terhenti saat melihat sebuah mobil sport hitam terparkir di depan gedung apartemennya.Hazel mengernyit. Itu bukan mobil Noah.Saat ia melangkah mendekat, kaca jendela mobil perlahan turun, memperlihatkan sosok Nick yang duduk santai di balik kemudi, mengenakan kacamata hitam dan kemeja kasual yang sedikit terbuka di bagian atas."Selamat pagi, Hazel," sapa Nick dengan nada santai.Hazel melipat tangan di dada, menatap Nick curiga."Apa yang kau lakukan di sini? Seharusnya aku yang menjemputmu."Nick melepas kacamatanya, menatap Hazel langsung."Kali ini, aku ingin membalas budi. Anggap saja aku sedang berusaha menjadi aktor yang baik dan tidak merepotkan manajernya."Hazel menghela napas panjang. Nick memang selalu penuh hal yang tidak terduga."Baiklah. Tapi jangan buat masalah hari ini."Nick tersenyum, lalu menepuk kursi penumpang di sebelahnya."Masuklah. Hari ini aku yang mengantarmu ke lokasi syuting."Denga
Lampu menyala.โSelamat ulang tahun, Hazel!โHazel terlonjak kaget. Di hadapannya, Noah berdiri dengan senyum lebar, di belakangnya meja dipenuhi berbagai makanan ringan, sebuah kue tart sederhana, dan beberapa balon yang tampak jelas ditiup secara manual.Hazel memandangi dekorasi yang ada, lalu kembali menatap Noah yang masih tersenyum penuh kemenangan. โApa ini?โ tanyanya dengan suara masih terkejut.Noah terkekeh, memasukkan tangannya ke saku celana. โKau benar-benar lupa, ya?โHazel mengerjap, mencoba mengingat. Lupa? Tentang apa?Kemudian matanya melebar.Hari ini ulang tahunnya.โYa Tuhanโฆโ Hazel menepuk keningnya sendiri. โAku bahkan lupa hari ulang tahunku sendiri.โNoah tertawa. โItulah gunanya aku, kan? Mengingatkan hal-hal yang bahkan tidak kau ingat sendiri.โHazel mendesah, lalu menggeleng tak percaya. โKau tidak perlu repot-repot, Noah. Aku tidak berencana merayakannya.โโTerlambat.โ Noah menarik tangannya, menggiringnya ke meja makan. โAku tidak bisa membiarkan ulang t
"Apa yang kalian bicarakan?" tanyanya santai, matanya bergantian melihat Hazel dan Pak Adrian.Pak Adrian menepuk bahu Nick dengan bangga."Aku hanya memuji manajermu yang luar biasa ini. Dia benar-benar berhasil menjinakkan si pemberontak."Nick menaikkan sebelah alisnya sebelum menatap Hazel dengan ekspresi menggoda."Oh? Jadi sekarang aku dijinakkan?"Hazel memutar matanya."Setidaknya kau jadi lebih mudah diajak kerja sama. Itu jauh lebih baik daripada harus berdebat setiap hari."Nick menyeringai. "Mungkin aku hanya lebih suka kalau kau yang memberikan perintah."Hazel mendesah, mengabaikan kilasan panas yang tiba-tiba merayapi wajahnya.Pak Adrian tertawa kecil."Teruskan kerja bagus kalian. Aku ingin syuting kita tetap seefisien ini sampai akhir."Setelah mengangguk, sang sutradara pun pergi, meninggalkan Hazel dan Nick berdua.Nick memasukkan tangannya ke dalam saku, menatap Hazel dengan ekspresi yang sulit diartikan."Jadi? Apa aku sudah menjadi aktor yang baik sekarang?"Haze
Hazel mencoba menahan rasa gugupnya. Sejak awal, ia sudah tahu bahwa dunia Nick dipenuhi dengan sorotan seperti ini, tapi mengalaminya sendiri tetap saja membuatnya canggung.Saat mereka akhirnya masuk ke dalam ballroom, Hazel buru-buru menarik tangannya dari genggaman Nick."Kau membuat semuanya jadi lebih sulit," bisiknya kesal.Nick terkekeh."Salahmu sendiri karena terlalu cantik malam ini."Hazel mendelik, tapi sebelum sempat membalas, seorang staf acara menghampiri mereka."Mr. Alexander, silakan menuju meja Anda. Acara akan segera dimulai."Nick mengangguk, lalu menoleh pada Hazel."Ikut aku."Hazel menghela napas. Sepertinya malam ini akan menjadi malam yang panjang.โDi sisi lain ruangan, seseorang menatap Hazel dengan tatapan tajam.Naila.Ia mengepalkan tangannya di atas meja, menyadari bahwa Hazel tidak hanya kembali ke industri ini, tapi juga berhasil masuk ke dalam lingkaran elite.Ia tidak bisa membiarkan ini terus terjadi.Dengan senyum dingin, ia mengangkat gelas samp
Satu per satu nominasi diumumkan, diiringi tepuk tangan dan sorakan antusias. Hazel sesekali melirik Nick, yang tampak begitu tenang. Seakan tak peduli, padahal Hazel tahu persis bahwa ini adalah momen penting baginya.Dan akhirnya, saat yang ditunggu pun tiba.โSaatnya kita umumkan pemenang untuk kategori Aktor Terbaik Tahun Ini.โSeorang presenter berdiri di panggung, memegang amplop emas dengan senyum penuh antisipasi. Para tamu mulai berbisik, menebak-nebak siapa yang akan membawa pulang penghargaan prestisius tersebut.Hazel menggenggam tangannya sendiri tanpa sadar.โDan pemenangnya adalahโฆโSeketika ruangan terasa sunyi, hanya suara presenter yang terdengar saat ia membuka amplop.โNicholas Alexander!โSontak, tepuk tangan bergemuruh memenuhi ruangan. Sorot lampu panggung langsung mengarah ke Nick, yang masih duduk di tempatnya dengan ekspresi yang sulit ditebak. Baginya, ini bukanlah kemenangan pertamanya. Sebelumnya, Nick sudah membawa pulang puluhan piala. Namun, malam ini
Malam semakin larut saat mobil Nick berhenti di depan gedung apartemen Hazel. Lampu-lampu kota masih berpendar, menciptakan bayangan temaram di kaca jendela.Hazel melepas sabuk pengamannya, bersiap turun. Namun, sebelum sempat membuka pintu, Nick meraih tangannya dengan lembut. Sentuhan itu membuatnya refleks menoleh, menatap pria di sampingnya dengan penuh tanya.Nick menatapnya dalam, lalu mengangkat sesuatu dari jok belakangโpiala emas yang baru saja ia menangkan. Dengan ekspresi serius, ia menyodorkannya ke arah Hazel.โKau melupakan ini,โ ucapnya pelan.Hazel mengernyit. โNick, itu milikmu.โNick tersenyum miring, jemarinya masih menggenggam erat trofi tersebut. โApa yang menjadi milikku, juga milikmu, Hazel.โ Suaranya terdengar dalam, nyaris seperti bisikan. โAku ingin kau menyimpannya.โHazel terdiam. Ada sesuatu di mata Nickโsesuatu yang tak bisa ia abaikan. Perasaan hangat menjalar di dadanya, namun ia menahannya rapat-rapat.Setelah beberapa detik hening, Hazel akhirnya m
Setelah mandi dan berganti pakaian santai, Hazel menemukan Nick sudah berada di dapur, berdiri di depan kompor dengan celemek bergambar kartun ayam yang terlalu kecil untuk tubuhnya.Hazel tertawa pelan sambil menyandarkan diri di pintu dapur. โSerius, Nick? Celemek itu kelihatan seperti milik anak TK.โNick menoleh dengan bangga. โHey, ini yang kupinjam dari lemari bawah wastafel. Aku tidak tahu isinya lucu begini.โHazel berjalan mendekat, mengangkat ujung celemek itu. โAtau kamu memang sengaja pilih ini biar aku makin jatuh cinta?โโKalau itu berhasil, aku akan pakai celemek ini setiap hari,โ jawab Nick sambil mengedipkan mata.Hazel duduk di stool dekat meja dapur, memperhatikan Nick membalik pancake dengan gaya yang terlalu dramatisโdan tentu saja, pancake itu malah terlempar ke lantai.Nick mematung.Hazel menahan tawa, lalu tertawa terbahak. โPancake terbang! Kamu harusnya daftar ke pertunjukan sirkus.โNick menunjuk Hazel dengan spatula. โJangan remehkan keahlianku. Itu cuma p
Dengan langkah kokoh, Nick membawanya menuju sofa, tempat mereka jatuh bersama dalam gelak tawa kecil yang meledak di sela-sela desahan.Nick membaringkan Hazel perlahan di atas sofa, seakan memperlakukannya seperti sesuatu yang sangat berharga. Matanya menatap dalam ke arah Hazel, seolah ingin memastikan sekali lagi bahwa ini benar-benar keinginan mereka berdua.Hazel menarik napas dalam, ujung jemarinya menyusuri rahang Nick dengan lembut.Nick memejamkan mata sejenak, menahan gemuruh di dadanya. Ia menunduk, mencium kening Hazel dengan penuh hormat, lalu turun ke pelipis, pipi, hingga akhirnya menangkap bibir Hazel lagi dalam ciuman yang jauh lebih dalam, lebih dalam dari sebelumnya.Tangannya merayapi punggung Hazel, membangunkan sensasi yang menggetarkan setiap pori-porinya. Hazel mengangkat tangannya, membenamkannya ke rambut Nick, menariknya lebih dekat, membuat jarak di antara mereka benar-benar menghilang.Nick mencium sepanjang garis rahang Hazel, lalu turun ke lehernya, men
Nick tersenyum miring, ada kilatan nakal di matanya."Kalau aku bilang aku mau libur dua hari ini bareng kamu, gimana?"Hazel mengerutkan kening, membuang wajahnya ke samping untuk menyembunyikan rona panas di pipinya. "Nick, seriuslah."Nick tertawa pelan. "Aku serius, Hazel. Dua hari ini, aku butuh recharge. Tapi, kurasa yang paling bikin aku semangat itu kalau kamu ada."Hazel menghela napas, berusaha tetap tegar walau jantungnya berdebar tak karuan."Kau butuh tidur, bukan membuat masalah baru."Nick mendekat sedikit, menurunkan suaranya. "Mungkin tidurku akan lebih nyenyak kalau tahu kamu nggak menjauh."Hazel memejamkan mata sejenak, lalu membuka mata sambil menghela napas."Aku akan tetap profesional, Nick. Sampai kapan pun."Nick tersenyum kecil, ekspresinya sulit terbaca."Aku tahu. Tapi itu tidak menghentikan aku berharap lebih."Hazel terdiam, memilih tidak menanggapi. Ia mengalihkan pandangan, melihat sekeliling yang mulai sepi."Besok, aku akan kirimkan detail jadwal kebe
Udara sore di luar lokasi syuting terasa lebih sejuk, tapi Hazel tetap merasa sesak. Ia berdiri di dekat mobilnya, membiarkan embusan angin menerpa wajahnya. Jemarinya meremas tas selempangnya erat-erat, mencoba mengendalikan gejolak yang berputar di dalam dadanya.Kata-kata Nick tempo hari kembali mengiang di kepalanya."Aku tidak meminta kita berpura-pura, Hazel. Aku ingin kita memulai kembali dengan cara yang lebih baik."Hazel memejamkan mata sejenak, menggigit bibir bawahnya. Ia tahu Nick serius. Ia tahu ada ketulusan di mata pria itu saat mengucapkannya. Tapi, kenangan masa lalu yang penuh luka masih membentuk tembok kokoh di sekeliling hatinya.Bagaimana kalau semua ini hanya berakhir dengan lebih banyak luka? pikir Hazel. Bagaimana kalau aku salah lagi?Ia membuka mata perlahan, menatap langit yang mulai bergradasi jingga. Ada sesuatu dalam cara Nick memperlakukannya belakangan iniโtatapan-tatapannya, perhatian kecil yang selalu terselip di sela-sela kesibukan merekaโyang memb
Hazel menarik napas panjang sebelum turun dari mobil. Udara siang itu terasa sedikit lebih panas dari biasanya, atau mungkin hanya pikirannya yang penuh membuat segalanya terasa berat.Begitu melangkah ke area lokasi syuting, ia langsung melihat Nick berdiri di dekat tenda produksi, tampak gelisah. Jaket hitamnya terlipat di lengan, rambutnya sedikit berantakan, dan ekspresi wajahnya jelas menunjukkan kekesalan.Begitu mata mereka bertemu, Nick langsung berjalan cepat menghampirinya."Kau sengaja, ya?" katanya tanpa basa-basi, nada suaranya mirip anak kecil yang ngambek.Hazel mengangkat alis santai. "Sengaja apa?""Sengaja bikin aku nunggu." Nick menyipitkan mata, seolah menuntut penjelasan.Hazel menahan senyum, menanggapi dengan datar, "Aku bukan babysitter-mu, Nick."Nick mendekat, suaranya sedikit merendah. "Tapi aku nggak suka nunggu. Apalagi sendirian."Hazel menghela napas, berusaha tetap profesional meski hatinya terasa sedikit bergetar melihat sikap manja pria itu."Aku haru
Hazel membuka pintu apartemennya dengan gerakan lelah. Kunci nyaris terjatuh dari jemarinya yang gemetar. Begitu pintu tertutup, ia bersandar di belakangnya, menghela napas panjang.Hari itu terasa lebih berat dari biasanya. Getaran-getaran kecil yang ia rasakan saat melihat Nick dan Clara beradu akting terus membekas di pikirannya.Hazel berjalan pelan menuju ruang tamu, melepaskan sepatu dengan asal, lalu menjatuhkan tubuhnya ke sofa. Ia memejamkan mata sejenak, membiarkan keheningan menyelimuti.Tiba-tiba, ponselnya bergetar di atas meja. Hazel mengerjapkan mata, mengambil ponsel dengan malas."Mr. Miller?" gumamnya pelan.Ia ragu sejenak sebelum akhirnya menggeser tombol hijau."Hazel, bisakah kau datang ke kantorku besok pagi?" suara Mr. Miller terdengar tegas dari seberang.Hazel menelan ludah. "Tentu, ada sesuatu yang terjadi?""Akan lebih baik kalau kita bicara langsung," jawab Mr. Miller singkat.Hazel menggenggam ponsel lebih erat. "Baik. Saya akan datang."Tanpa banyak basa
Syuting selesai, ketika dalam perjalanan pulang menuju apartemen HazelโฆNick melirik sekilas ke arah Hazel yang duduk di kursi penumpang. Gadis itu menatap lurus ke depan, ekspresinya sulit ditebak. Biasanya, setelah syuting selesai, mereka akan mengobrol ringanโmembahas akting Nick, atau sekadar bercanda tentang kru di lokasi. Tapi malam ini, Hazel hanya diam.Nick mengetuk setir mobil dengan jemarinya, mencoba memecah keheningan."Kau baik-baik saja?"Hazel tersentak kecil, seolah baru menyadari bahwa Nick berbicara padanya."Hm?"Ia menoleh sebentar sebelum kembali menatap jalanan yang diterangi lampu kota."Ya, aku baik-baik saja."Jawaban itu terdengar terlalu cepat, terlalu datar. Nick menghela napas, melirik Hazel lagi sebelum kembali fokus pada jalan."Kau kelihatan... berbeda."Hazel tersenyum tipis, meski senyumnya tidak sampai ke mata."Hanya lelah. Syutingnya panjang hari ini."Nick tidak langsung menjawab. Ia tahu Hazel cukup profesional untuk tidak membawa masalah pribadi
Hari pertama syuting dimulai dengan atmosfer yang penuh antusiasme. Para kru berlalu-lalang, mempersiapkan set dengan teliti, sementara para pemain berdiskusi dengan sutradara. Hazel berdiri di sudut ruangan, memperhatikan Nick yang tengah berbincang dengan lawan mainnyaโClara. Tatapan Hazel tajam, bukan karena cemburu, tapi lebih kepada rasa waspada. Ia tahu sejarah antara Nick dan Clara, dan instingnya mengatakan bahwa bekerja sama dalam proyek ini bisa menjadi bumerang bagi Nick. Nick tampak profesional, tidak menunjukkan tanda-tanda ketegangan atau keterikatan emosional dengan Clara. Ia sesekali tersenyum, tetapi jelas bahwa ada batas yang ia jaga. Sementara itu, Clara tampak lebih santai, bahkan cenderung menggoda dengan sikapnya yang akrab. "Hazel," panggil seorang staf produksi, membuat Hazel mengalihkan perhatiannya. "Sutradara ingin memastikan jadwal Nick untuk minggu ini." Hazel mengangguk, segera mengecek ponselnya untuk memastikan tidak ada bentrokan jadwal. "Baik, aku
Pertanyaan itu membuat Hazel terdiam. Ia tidak terkejut, karena cepat atau lambat Nick pasti akan mengetahuinya. Ia menatap Nick, memilih kata-katanya dengan hati-hati.โAku tahu,โ akhirnya Hazel mengaku.Nick mengepalkan tangannya di atas meja. โDan kau tidak berpikir untuk memberitahuku lebih awal?โHazel menghela napas. โAku tidak ingin keputusanmu dipengaruhi oleh masa lalu, Nick. Aku ingin kau mempertimbangkannya secara profesional.โNick tertawa kecil, tapi tidak ada humor di dalamnya. โProfesional?โHazel tetap tenang. โYa. Aku tahu kau dan Clara punya sejarah. Tapi aku juga tahu kau cukup profesional untuk memisahkan urusan pribadi dari pekerjaan.โNick menatap Hazel, seakan mencari sesuatu di matanya. โDan bagaimana denganmu?โHazel mengerjap. โApa maksudmu?โNick bersandar ke kursinya, menatapnya dengan intens. โKau benar-benar tidak keberatan aku bekerja dengan mantan kekasihku? Wanita yang menjadi pelarianku setelah aku kehilanganmu?โPertanyaan itu menusuk sesuatu di dalam