Tous les chapitres de : Chapitre 181 - Chapitre 190

211

BAB 180: KEPUTUSAN AKHIR RAKA

Langit mulai memerah di cakrawala, menandakan fajar yang akan segera menyingsing. Di tepi sungai suci yang mengalir tenang, Raka duduk sendirian, merenungkan segala hal yang telah terjadi sejak ia pertama kali tiba di Kerajaan Gilingwesi. Udara pagi dipenuhi embun, dan aroma tanah basah serta bunga-bunga liar menyelimuti atmosfer dengan nuansa mistis yang tak bisa ia pungkiri lagi.Di hadapannya, portal waktu masih aktif—cahaya kebiruan dari cermin perunggu berkilauan lemah, seperti mengundangnya untuk kembali ke dunia asalnya. Namun, hatinya tidak lagi tertarik pada kilauan itu. Ia telah melalui banyak hal—pertempuran besar, intrik istana, cinta yang mendalam, dan pengorbanan yang tak terhindarkan. Semua itu membawa satu kesimpulan dalam benaknya: ia tidak bisa meninggalkan Dyah Sulastri dan kerajaan ini.Raka mengambil napas panjang, mencoba menenangkan pikiran yang penuh gejolak. Ia memikirkan tentang masa depannya di dunia modern—tentang karier sebagai arkeolog, tentang teman-teman
last updateDernière mise à jour : 2025-03-18
Read More

BAB 181: MENUTUP PORTAL WAKTU

Cahaya kebiruan dari portal waktu masih berdenyut lemah di tepi sungai suci, menciptakan kilauan yang memantul di permukaan air. Udara di sekitarnya dipenuhi oleh energi spiritual yang terasa semakin kuat, seolah-olah artefak perunggu itu menolak untuk mati begitu saja. Raka berdiri di depannya, tangannya gemetar saat ia meremas liontin perunggu yang selama ini menjadi sumber kekuatan dan misterinya.Ini adalah momen terakhirnya—kesempatan terakhirnya untuk kembali ke masa depan. Namun, ia tahu bahwa ia tidak bisa melangkah mundur lagi. Keputusannya sudah bulat. Ia akan tetap tinggal di Kerajaan Gilingwesi demi melindungi Dyah Sulastri, kerajaan, dan warisan yang tak boleh dilupakan.Raka menarik napas panjang, mencoba menenangkan hatinya yang penuh gejolak. Ia mengulurkan tangan kanannya, menyentuh permukaan portal dengan ujung jarinya. Saat itu, cahaya kebiruan berdenyut lebih kuat, seolah-olah artefak itu sedang memberontak, mencoba membujuknya untuk berubah pikiran."Kau tidak bisa
last updateDernière mise à jour : 2025-03-18
Read More

BAB 182: DYAH SULASTRI MULAI PULIH

Langit di atas istana Gilingwesi mulai memerah, pertanda matahari akan segera terbit. Udara pagi yang segar membawa aroma bunga kenanga dan daun pandan yang tertiup angin lembut. Di dalam bilik pribadi Putri Dyah Sulastri, lilin-lilin kecil masih menyala redup, memberikan cahaya hangat yang melingkupi ruangan dengan nuansa mistis. Suara alunan air dari sungai suci terdengar samar-samar, menciptakan ketenangan yang mendalam.Dyah Sulastri terbaring di pembaringannya, tubuhnya masih rapuh setelah beberapa hari berada dalam koma akibat ritual gaib yang hampir merenggut nyawanya. Namun, kali ini, matanya perlahan mulai terbuka. Ia mengedipkan mata beberapa kali, mencoba menyesuaikan diri dengan cahaya yang memasuki ruangan. Tubuhnya terasa lemah, namun ada rasa hangat yang ia rasakan di sisi tempat tidurnya.Raka duduk di samping pembaringan Dyah Sulastri, wajahnya tampak lelah namun penuh harap. Ia telah menjaga putri itu selama beberapa hari tanpa henti, hanya meninggalkan biliknya sesek
last updateDernière mise à jour : 2025-03-19
Read More

BAB 183: REKONSTRUKSI KERAJAAN

 Langit di atas Gilingwesi kini cerah, namun bekas luka dari pertempuran besar masih terlihat jelas di setiap sudut kerajaan. Dinding istana yang retak, ladang-ladang yang hangus, dan puing-puing candi yang runtuh menjadi saksi bisu akan kehancuran yang pernah melanda. Namun, di tengah reruntuhan itu, semangat para penduduk mulai bangkit. Mereka bekerja bersama, memperbaiki apa yang rusak, dan berusaha mengembalikan kejayaan kerajaan mereka. Di bawah kepemimpinan Rakai Wisesa, didukung oleh Raka sebagai pemimpin spiritual sementara, rekonstruksi kerajaan dimulai dengan harapan baru. Meskipun tantangan besar masih menanti, ada rasa optimisme yang menyelimuti udara—seolah-olah keberadaan Raka membawa angin segar bagi masa depan Gilingwesi.   Pagi hari di Gilingwesi dipenuhi aktivitas yang sibuk namun penuh semangat. Para pe
last updateDernière mise à jour : 2025-03-19
Read More

BAB 184: VISI MASA DEPAN

 Malam di Gilingwesi terasa tenang, namun ada sesuatu yang menggelisahkan di udara. Langit penuh bintang memantulkan cahaya redup ke permukaan sungai suci, menciptakan pantulan yang seolah-olah berbicara dalam bahasa tak terucapkan. Raka duduk sendirian di tepi sungai, menatap air yang bergelombang lembut. Di tangannya, liontin perunggu itu diam-diam berdenyut pelan, seolah-olah mencoba menyampaikan pesan dari dunia lain. Setelah hari-hari yang sibuk dengan rekonstruksi kerajaan dan interaksi dengan penduduk lokal, Raka akhirnya mendapatkan waktu untuk merenung. Namun, ketenangan ini tidak bertahan lama. Tiba-tiba, artefak di tangannya mulai bergetar lebih kuat, memancarkan cahaya redup yang membawa Raka ke dalam visi lain—sebuah gambaran tentang masa depan yang suram dan penuh misteri.    Dalam kegelapan pikirannya, Raka mel
last updateDernière mise à jour : 2025-03-19
Read More

BAB 185: AWAL DARI PETUALANGAN BARU

Matahari perlahan muncul di cakrawala, memancarkan sinar emas yang lembut ke seluruh lembah Gilingwesi. Udara pagi masih dingin, namun ada sesuatu yang hangat dalam atmosfer—seolah-olah alam sendiri merayakan awal baru bagi kerajaan ini. Raka dan Dyah Sulastri berdiri di puncak istana, menatap matahari terbit dengan tatapan penuh harapan. Di belakang mereka, reruntuhan istana yang sedang dibangun kembali tampak seperti simbol ketabahan dan semangat baru.Raka menundukkan kepala sejenak, merenungkan semua yang telah ia lalui sejak pertama kali tiba di dunia ini. Ia mengingat momen-momen sulit—saat ia hampir mati di hutan mistis, saat ia menyadari bahwa ia adalah bagian dari ramalan besar, dan saat ia membuat keputusan untuk menutup portal waktu dan tetap tinggal di masa lalu. Semua itu terasa seperti mimpi, namun juga begitu nyata."Apakah kau menyesal?" tanya Dyah Sulastri pelan, suaranya penuh rasa ingin tahu. Matanya menatap Raka dengan ekspresi yang sulit dibaca—antara rasa penasara
last updateDernière mise à jour : 2025-03-19
Read More

BAB 186: KETEGANGAN BARU DI ISTANA

Beberapa minggu telah berlalu sejak pertempuran besar yang hampir menghancurkan kerajaan Gilingwesi. Meskipun istana perlahan-lahan dibangun kembali, suasana di dalamnya masih dipenuhi ketegangan. Para penduduk lokal, meskipun bersyukur atas bantuan Raka dan Dyah Sulastri selama pertempuran, mulai mempertanyakan keputusan Raka untuk tetap tinggal di masa lalu. Mereka tidak yakin apakah seorang "orang asing dari masa depan" benar-benar layak menjadi pemimpin spiritual mereka.Di halaman istana, para pekerja sibuk memperbaiki dinding-dinding yang retak akibat serangan musuh. Beberapa dari mereka berbisik-bisik saat melihat Raka melewati lorong utama. Seorang pria tua dengan wajah berkerut mendekati rekannya, suaranya pelan namun terdengar jelas oleh telinga Raka."Apakah dia benar-benar bisa dipercaya?" tanya pria itu, matanya menyipit ke arah Raka. "Dia bukan dari dunia kita. Bagaimana mungkin dia bisa memahami adat istiadat kita?"Rekannya mengangguk pelan, wajahnya tampak ragu. "Aku j
last updateDernière mise à jour : 2025-03-19
Read More

BAB 187: KI JAGABAYA KEMBALI

Malam semakin larut, dan udara di sekitar hutan lebat yang mengelilingi kerajaan Gilingwesi terasa semakin dingin. Di sebuah gua tersembunyi jauh dari istana, Ki Jagabaya duduk di atas batu besar dengan ekspresi dingin dan penuh perhitungan. Matanya yang tajam menatap api unggun kecil yang menyala di tengah gua, sementara bayangan-bayangan aneh bergerak di dinding batu. Ia tidak sendirian—beberapa tokoh misterius berdiri di belakangnya, wajah mereka tertutup topeng hitam.Ki Jagabaya mengangkat tangannya, memadamkan api unggun dengan satu gerakan cepat. Suasana langsung menjadi gelap, hanya diterangi oleh cahaya bulan yang masuk melalui celah-celah gua. Ia berdiri, suaranya rendah namun penuh otoritas."Kita sudah cukup lama menunggu," katanya dengan nada dingin. "Sekarang saatnya kita bertindak. Rakai Wisesa telah membuat kesalahan fatal dengan mempercayai orang asing itu—Raka."Salah satu tokoh bertopeng maju selangkah, suaranya serak. "Apakah kau yakin rencanamu akan berhasil? Raka
last updateDernière mise à jour : 2025-03-20
Read More

BAB 188: PENYIHIR GELAP MASIH HIDUP

 Malam semakin larut, dan angin dingin berdesir di sekitar hutan lebat yang mengelilingi kerajaan Gilingwesi. Di sebuah gua tersembunyi jauh dari istana, sosok Penyihir Gelap itu duduk dalam kegelapan, tubuhnya tertutup luka-luka yang belum sepenuhnya sembuh. Matanya yang merah menyala seperti bara api, penuh kemarahan dan dendam. Ia adalah musuh besar yang pernah dikalahkan Raka dalam pertempuran sengit beberapa waktu lalu. Namun, meskipun tubuhnya hancur, rohnya masih hidup, dan ia tidak akan berhenti sampai ia membalas dendam.    Penyihir Gelap menatap api kecil yang menyala di depannya, suaranya rendah namun penuh kebencian. "Aku tidak akan membiarkan mereka lolos begitu saja," gumamnya pelan. "Raka... Dyah Sulastri... dan seluruh kerajaan ini akan membayar mahal atas apa yang telah mereka lakukan padaku." 
last updateDernière mise à jour : 2025-03-20
Read More

BAB 189: BANASPATI MEMBERIKAN PERINGATAN

Malam semakin larut, dan suasana di istana Gilingwesi terasa semakin tegang. Udara dingin berdesir lembut, membawa aroma asap kayu bakar dari api unggun yang menyala di halaman istana. Para prajurit tampak waspada, sementara penduduk lokal mulai merasakan firasat tidak enak tentang sesuatu yang mendekat. Di tengah ketegangan itu, sebuah kehadiran gaib tiba-tiba muncul—Banaspati, roh api pelindung kerajaan.Api di sekitar istana tiba-tiba menyala lebih terang, memancarkan cahaya kemerahan yang aneh. Udara di sekitarnya bergetar seperti gelombang panas, dan dari dalam nyala api tersebut muncul wujud besar Banaspati—makhluk setengah manusia, setengah api. Tubuhnya tampak seperti dipahat dari bara api yang hidup, dengan aliran magma kecil mengalir di permukaan kulitnya. Rambutnya menyala-nyala seperti lidah api liar, dan matanya bersinar seperti dua bola matahari yang terbakar. Setiap kali ia bergerak, udara di sekitarnya bergetar, menciptakan suara gemuruh yang mirip dengan ledakan jauh.
last updateDernière mise à jour : 2025-03-21
Read More
Dernier
1
...
171819202122
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status