Langit mulai memerah di cakrawala, menandakan fajar yang akan segera menyingsing. Di tepi sungai suci yang mengalir tenang, Raka duduk sendirian, merenungkan segala hal yang telah terjadi sejak ia pertama kali tiba di Kerajaan Gilingwesi. Udara pagi dipenuhi embun, dan aroma tanah basah serta bunga-bunga liar menyelimuti atmosfer dengan nuansa mistis yang tak bisa ia pungkiri lagi.Di hadapannya, portal waktu masih aktif—cahaya kebiruan dari cermin perunggu berkilauan lemah, seperti mengundangnya untuk kembali ke dunia asalnya. Namun, hatinya tidak lagi tertarik pada kilauan itu. Ia telah melalui banyak hal—pertempuran besar, intrik istana, cinta yang mendalam, dan pengorbanan yang tak terhindarkan. Semua itu membawa satu kesimpulan dalam benaknya: ia tidak bisa meninggalkan Dyah Sulastri dan kerajaan ini.Raka mengambil napas panjang, mencoba menenangkan pikiran yang penuh gejolak. Ia memikirkan tentang masa depannya di dunia modern—tentang karier sebagai arkeolog, tentang teman-teman
Dernière mise à jour : 2025-03-18 Read More