Tous les chapitres de : Chapitre 41 - Chapitre 50

58

Menghadapi Sosok Dingin

Lelaki itu tak sedikit pun tersenyum atau menoleh ke arah Reva. Tatapannya hanya tertuju pada sosok lelaki paruh baya yang tengah tersenyum kepadanya."Pa, restorannya kok masih sepi? Belum pada datang, ya?" tanya Aaris tanpa basa-basi, matanya menelusuri meja-meja kosong di ruangan yang masih lengang itu."Belum pada datang, mungkin sebentar lagi sampai. Bisa jadi kejebak macet di jalan," jawab Pak Jimmy, mencoba menebak-nebak.Aaris mengangguk kecil. "Oh, bisa jadi sih. Burhan mana, Pa?" tanyanya lagi, masih tak melirik ke arah Reva yang berdiri tak jauh dari mereka."Lagi di atas, bersihin ruangan atas," balas Pak Jimmy sambil menepuk bahu putranya ringan.Sejak tadi Aaris sama sekali tidak menunjukkan minat atau rasa ingin tahu terhadap kehadiran Reva. Ia berdiri membelakangi gadis itu, menatap ke arah jalanan di luar kaca restoran.Reva, yang sejak awal merasa canggung berada di antara dua pria itu, akhirnya memutuskan untuk berpamitan. Ia menarik napas pelan, lalu menyusun kalim
last updateDernière mise à jour : 2025-04-09
Read More

Perdebatan Sengit

Reva segera membawa pesanan Aaris, namun saat sampai di ujung tangga ia berpapasan dengan Nita."Heh!! Mau kemana?? Berani elo naik ke atas, kerjaan elo tuh bagian bawah, yang kotor-kotor itulah pekerjaan elo. Karyawan yang boleh naik ke atas itu cuma karyawan kepercayaan. Contohnya seperti gue!!" ujar Nita dengan sinis.Reva sama sekali tak mau memperdulikan ucapan Nita ia tak mau memasukkan ke dalam hati atas ucapan tak mengenakkan itu."Aku di suruh pak bos buat nganterin pesanannya," balas Reva dengan singkat. Ia segera naik ke atas tangga tanpa peduli Nita yang menatapnya tak suka.Saat reva sampai di pertengahan tangga ia menoleh ke arah Nita yang ternyata masih menatapnya dengan tatapan semakin garang. Ia terus naik hingga ke ujung tangga dan Nita masih memandangnya dengan tajam. Ia tak peduli hingga sosok Nita hilang dari pandangan matanya.Tok!!!Tok!!!Tok!!!!"P
last updateDernière mise à jour : 2025-04-09
Read More

Terancam di Pecat

"Nggak apa-apa hina aja aku, emang begini kok Tuhan ngasih wajah aku. Kamu sendiri yang berspekulasi dan kamu sendiri yang marah-marah begitu, mending buang jauh-jauh sifat iri kamu biar kamu nggak sakit hati dan nggak selalu benci sama orang. Aku mau ngelapor sama yang lain kalau ternyata pelaku pencurian itu kamu," balas Reva tak kalah tegas juga.Saat Reva hendak keluar, Nita menarik tangan Reva dan hendak menaparnya. Namun Reva bisa menghindar dengan cara berjongkok alhasil dia selamat dari tamparan Nita."Kurang ajar elo, di sini nggak ada cctv gue bakal hajar elo, sini elo bakal mampus di tangan gue. Kerja belum setengah bulan aja udah berani banget sama gue yang udah kerja bertahun-tahun.""Kasar benget ternyata kamu, Kak," ucap Reva yang tak menyangka dengan sifat asli Nita."Gue kasar cuma sama elo, sejak awal gue udah nggak suka sama elo tapi elo masih saja nekad kerja di sini.
last updateDernière mise à jour : 2025-04-10
Read More

Keputusan Aaris

"Mulai besok kamu tidak usah kembali bekerja lagi, hari ini hari terakhir kamu bekerja di sini. Apalagi kamu masih berstatus magang, masalah ini bisa di jadikan sebagai contoh di tempat lain. Kalau bekerja itu dengan tulus jangan sesuka hatimu," ucap Aaris menasehati Reva sekaligus memecatnya.Tanpa bisa Reva cegah lagi air mata yang ia tahan sejak tadi akhirnya lolos dari matanya, ia sedih mendengar ucapan Aaris memecatnya atas desakan Nita yang tega memfitnahnya.Reva segera buru-buru menghapus air matanya saat hendak membanjiri pipinya. "Dia kerja berapa lama??" tanya Aaris."Sekitar dua belas hari, Pak," balas Nita.Aaris mengambil dompetnya dari saku jas lalu menarik beberapa lembar uang merah dan menyerahkan kepada Reva."Aku rasa ini cukup, dan aku harus tegas agar bisa menjadi contoh bagi karyawan lainnya," ucap Aaris."Saya di fitna
last updateDernière mise à jour : 2025-04-10
Read More

Semangat Baru

Reva menyenderkan kepalanya di punggung Nathan, ia juga melingkarkan kedua tangannya di pinggang lelaki itu. Pikirannya sedikit rileks dan hatinya merasa tenang.Nathan terus saja melajukan motornya tanpa mau mengganggu Reva yang lagi dalam mode diamnya.Tanpa reva sadari motor Nathan sudah berhenti di wahana malam. Tempat itu sangat ramai dan banyak wahana yang sedang beroperasi."Mau naik bianglala??" Kita naik ke sana yuk, nggak boleh nolak," ujar Nathan menggandeng tangan Reva untuk masuk.Reva yang awalnya memang ingin menolak akhirnya pasrah saja dan mengikuti langkah Nathan.Setelah membeli tiket Reva dan Nathan segera naik ke dalam bianglala. Wahana itu berputar ke atas hingga ke bawah, Reva tersenyum bisa memandang indahnya kota Semarang saat malam hari."Sayang, kita di sini sama-sama perantauan dan tidak punya
last updateDernière mise à jour : 2025-04-11
Read More

Usaha Baru

Hari berikutnya Reva dan Nathan berbelanja alat dan bahan yang akan di gunakan untuk berjualan. Mereka juga sudah mendapat meja bekas dari seseorang yang pernah berjualan sebelumnya.Mereka mencoba membuat teh dan mencoba membuat es cappucino, es sultan, lemon tea dan es kerampul di kosan Nathan."Asem...." Ujar Nathan saat ia mencoba es lemon tea yang di buat Reva."Ganti lagi, ini pasti kebanyakan jeruk lemonnya," balas Reva merebut gelas yang di pegang oleh Nathan hendak di buang."Eeh jangan di buang, mending di tambahin gula lagi." Nathan menuang satu sendok ke dalam minumannya hingga minuman itu terasa sangat manis.Mereka mencoba dan mencoba lagi hingga menemukan resep yang pas. Setelah menemukan resep yang sesuai Reva membuat beberapa minuman untuk di bagikan kepada penghuni kos Nathan dan meminta penilaian."Gimana rasanya
last updateDernière mise à jour : 2025-04-11
Read More

Tulus atau Jebakan?

Reva kembali berteriak dan menawarkan dagangannya, hingga ada sepeda motor yang mau masuk ke dalam area wisata itu berhenti di depannya."Kalau beli enam gratisannya berapa, Dek??" tanya Ibu-ibu yang membonceng empat anak kecil-kecil."Beli enam gratis dua es teh, Bu. Mari, Bu, mau es apa?? Es teh, es krampul, es lemon tea apa es cappucino??" Reva memberi pilihan berserta harganya."Es teh aja, Dek, enam," ujar wanita itu yang segera di layani oleh Nathan sedangkan Reva kembali mempromosikan es-nya lagi."Lebih enak kalau di pasangi spanduk, Dek, jadi kamu nggak perlu berteriak-teriak gitu. Kalau ada spanduk pasti orang-orang akan baca dan membelinya," ucap wanita itu memberi saran."Kalian baru pertama kali jualan ya," imbuhnya lagi."Sepertinya saran Ibu bagus juga. Iya,
last updateDernière mise à jour : 2025-04-12
Read More

Masuk Perangkap

"Minta tolong apa??" Reva merasa ada yang aneh dengan Meysa, biasanya wanita itu kalau berhadapan dengannya tak pernah bersikap baik tetapi kali ini terlihat berbeda."Elo kan ahlinya pacaran, pasti elo tahu dong tentang apa yang di suka sama cowok. Elo kan tahu sendiri kalau gue belum pernah punya pacar." "Aku bukan ahli pacaran, terus mau kamu apa?!" "Gue mau minta tolong temenin gue cari hadiah buat cowok gue, malam ini cowok gue ulang tahun tapi gue nggak tahu harus ngasih hadiah apa makanya gue ngajak elo." Meysa merayu Reva dan ia yakin gadis itu pasti mau."Sorry, Mey, aku nggak bisa. Kalau mau ngasih hadiah kan kamu tinggal pergi ke mall aja kamu bisa pilih jam, sepatu, baju atau lainnya kan." Reva menolak membuat expresi Meysa berubah lesu."Tapi gue kan nggak tahu milihnya yang kayak gimana. Ayolah lah, Rev, plis bantuin gue. Janji deh gue bakal traktir elo
last updateDernière mise à jour : 2025-04-12
Read More

Tertawa Puas

Perasaan Reva sudah tak enak, mustahil di dalam apartemen itu tidak ada orang. Ia juga berfikir sebentar lagi pasti akan ada seorang lelaki yang datang menemuinya seperti yang di film-film itu."Jangan-jangan Meysa benar-benar menjebakku dan aku di jual sama om-om, duitnya di embat dia semua. Ahh sial pantas saja dia memaksaku, entah apa dosa dan salahku sama dia sehingga dia tega ngelakuin ini sama aku. Mana aku nggak bawa hp lagi, duuh minta tolong sama siapa kalau gini." Reva benar-benar merasa panik."Tolong, siapa pun yang ada di luar tolong bukain pintunya." Reva terus berteriak dan menggedor pintu."Aahhh!!!" Reflek Reva menjerit dan menepis tangan yang tiba-tiba memeluknya dari belakang."Nggak capek apa teriak-teriak terus, mending kita ke kamar yuk kamu bisa teriak-teriak sepuasmu." Lelaki itu memeluk tubuh Reva dengan
last updateDernière mise à jour : 2025-04-13
Read More

Kecewa

Tak susah bagi Meysa untuk mendapatkan nomer Nathan, ia segera mengirim vidio Reva setelah mengeditnya.Tring...!!!Nathan yang baru saja masuk kamarnya setelah mengobrol dengan teman sesama penghuni kos lainnya bergegas mengambil hp yang ada di sakunya saat mendengar notif pesan masuk."Nomer baru siapa sih pasti orang iseng," gumam Nathan.Nathan tetap membuka vidio itu karena penasaran. Betapa terkejutnya dia saat pertama kali vidio itu di putar nampaklah Reva sedang di peluk Aaris dari belakang. Aaris nampak begitu bergairah mencumbu Reva. Di dalam vidio itu sama sekali tak terlihat bila Reva memberontak tetapi terlihat mereka saling menikmati.Hingga akhirnya Reva dan Aaris terlihat masuk kamar, dan vidio itu sudah berakhir."Brengsek!!!" Maki Nathan. Ia segera menelfon nomer Reva.
last updateDernière mise à jour : 2025-04-13
Read More
Dernier
123456
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status