Lelaki itu tak sedikit pun tersenyum atau menoleh ke arah Reva. Tatapannya hanya tertuju pada sosok lelaki paruh baya yang tengah tersenyum kepadanya."Pa, restorannya kok masih sepi? Belum pada datang, ya?" tanya Aaris tanpa basa-basi, matanya menelusuri meja-meja kosong di ruangan yang masih lengang itu."Belum pada datang, mungkin sebentar lagi sampai. Bisa jadi kejebak macet di jalan," jawab Pak Jimmy, mencoba menebak-nebak.Aaris mengangguk kecil. "Oh, bisa jadi sih. Burhan mana, Pa?" tanyanya lagi, masih tak melirik ke arah Reva yang berdiri tak jauh dari mereka."Lagi di atas, bersihin ruangan atas," balas Pak Jimmy sambil menepuk bahu putranya ringan.Sejak tadi Aaris sama sekali tidak menunjukkan minat atau rasa ingin tahu terhadap kehadiran Reva. Ia berdiri membelakangi gadis itu, menatap ke arah jalanan di luar kaca restoran.Reva, yang sejak awal merasa canggung berada di antara dua pria itu, akhirnya memutuskan untuk berpamitan. Ia menarik napas pelan, lalu menyusun kalim
Dernière mise à jour : 2025-04-09 Read More