All Chapters of Rahasia Panas Cinta Terlarang: Chapter 11 - Chapter 20

42 Chapters

Tersesat

Reva berjalan hingga ke jalan raya yang biasa dilalui angkutan umum ataupun bus. Ia naik begitu saja saat ditawari oleh kernet bus Transjakarta, tanpa tahu tujuan akhirnya. Reva berpikir bus itu akan membawanya ke Jakarta.Sampai akhirnya, ia terbangun karena seseorang menggoyang-goyangkan lengannya."Dek, bangun. Hey... bangun, Dek. Kamu mau ke mana sebenarnya?" suara kernet membangunkannya.Reva mengucek matanya, kebingungan melihat bus yang sudah kosong."Ini sampai mana ya, Pak?" tanyanya."Ini di kota Semarang. Kamu mau ke mana?" Kernet itu menatapnya dengan penuh selidik."Di Semarang ya, Pak? Ya sudah, saya turun di sini saja.""Berapa ongkosnya, Pak?" imbuh Reva."Sepuluh ribu."Reva mengernyit. "Murah amat," batinnya.Ia merogoh uang dari kain lusuh pemberian bapaknya dan menyodorkan selembar uang berwarna ungu."Ini, Pak. Makasih, ya."Setelah uangnya diterima, Reva
last updateLast Updated : 2025-03-10
Read more

Dil3c3hkan

Setelah selesai berkenalan, Reva kembali ke dalam kamarnya. Ia bersyukur karena para penghuni kos mau menyapanya dengan ramah."Jam berapa sekarang ya? Mungkin masih ada waktu buat sholat Ashar," gumamnya.Meski ibadahnya masih belum sempurna, Reva tetap berusaha untuk sholat setiap ada kesempatan.Ia segera mencari kamar mandi yang ada di lantai dua, lalu mandi dan berwudhu. Setelah kembali ke kamar, ia menggelar sajadah yang dibawanya dari rumah dan mulai menunaikan sholat."Ya Allah, ampunilah aku yang belum bisa menjadi anak yang baik untuk Ibu dan Bapak. Ya Allah, lindungilah aku di mana pun aku berada. Dekatkanlah aku dengan orang-orang yang tulus dan jauhkanlah aku dari orang-orang dzalim."Doa itu ia panjatkan dengan khusyuk setelah selesai sholat.Usai beribadah, Reva merebahkan tubuhnya di atas kasur busa. Rasa pegal di punggungnya sedikit berkurang, hingga tanpa sadar setengah jam berlalu. Adzan Magrib pun berkumandang
last updateLast Updated : 2025-03-11
Read more

Diburu Nafsv Diselamatkan Takdir

Nathan seperti orang gila, tak tahu harus berbuat apa. Sejak tadi, ia terus mencoba mengirim pesan dan menelepon nomor Reva, tetapi tak kunjung mendapat respons."Reva, kamu di mana??""Dek, kenapa kamu pergi tanpa ngabarin aku?""Plis, Sayang, aktifkan nomormu. Aku khawatir banget sama kamu.""Reva, tolong kasih tahu aku keberadaanmu biar aku bisa menyusul. Dunia luar itu kejam, aku nggak mau kamu kenapa-napa.""Rev, kamu bertengkar sama Ibumu gara-gara aku, kan? Maafin aku, ya. Tapi kumohon, kasih tahu aku keberadaanmu biar aku bisa nyusul. Aku janji nggak akan kasih tahu Om Prabu atau Bulek Rindi."Pesan demi pesan yang dikirim Nathan sejak pagi tak kunjung mendapat balasan. Bahkan, centang dua pun belum muncul. Namun, ia tetap mencoba menghubungi nomor itu, meski tahu kemungkinan Reva menjawab sangat kecil."Nat, makan dulu. Kamu belum makan dari tadi siang," ujar Siti dari luar kamar."Nanti sakit maag-mu kambuh kalau kamu terus begini," tambahnya lagi.Nathan sama sekali tak mer
last updateLast Updated : 2025-03-13
Read more

Ketahuhan

"Kenapa elo berubah pikiran, hah?! Kenapa nggak dari awal aja elo nurut? Biar gue nggak perlu main kasar dan maksa!" Kiran menatap wajah Reva dengan tatapan penuh kemenangan."Iya, awalnya aku memang nggak mau. Tapi sekarang aku udah lemes dan nggak punya tenaga buat ngelawan kalian. Jadi aku pasrah aja... Kumohon, jangan kasar-kasar. Aku takut… karena ini pertama buat aku," ujar Reva, berusaha meyakinkan Kiran dan teman-temannya."Akhirnya lo pasrah juga," Sita terkekeh puas."Nah, gitu dong! Coba dari tadi nurut, kan nggak perlu ribet. Malah bisa lanjut ke ronde kedua," Kiran menambahkan dengan nada meledek, membuat Reva semakin jijik.Melihat Reva yang terlihat pasrah, Kiran pun mendekat dan membenamkan wajahnya di pipi Reva. Reva menahan rasa jijik sekuat tenaga demi mengendalikan emosinya.Saat itu juga, Sita dan Meysa keluar ke kamar mandi. Mereka pikir Reva sudah berhasil ditaklukkan."Tukar posisi, Ran. Aku pengin nyoba d
last updateLast Updated : 2025-03-14
Read more

Teguran Pemilik Kos

Tak satu pun yang berani menjawab. Mereka semua tertunduk, membuat emosi Sarah naik hingga ke ubun-ubun."Meysa, cepat katakan! Atau Tante akan lapor ke orang tuamu. Sejak kapan kalian melakukan ini semua?" Bu Sarah menatap tajam ke arah Meysa."Maafkan aku, Tante. Aku mohon, jangan lapor ke Ayah dan Bunda. Aku melakukannya sejak awal datang ke sini. Kiran yang memaksaku, dan Sita membantunya. Dia memaksaku seperti yang dilakukannya pada Reva. Aku akui aku salah, Tante, tapi tolong, jangan laporkan aku ke mereka," ujar Meysa dengan suara bergetar.Reva mengernyit, kebingungan."Meysa juga dipaksa seperti aku? Lalu, apa hubungan Bu Sarah dengan orang tua Meysa sampai dia ketakutan begitu?" batin Reva bertanya-tanya."Astaghfirullah! Ternyata kamu sudah melakukannya sejak tujuh bulan yang lalu. Tante tak habis pikir, bisa-bisanya kamu mau menerima ajakan mereka!" Bu Sarah terus mengusap dadanya sembari melafalkan istighfar."Kiran,
last updateLast Updated : 2025-03-15
Read more

Melamar Kerja

Kedua teman mereka menoleh, membuat Reva merasa kikuk. Namun, ia tetap melangkah dan memutuskan membuka pintu lebih lebar karena memang ia butuh ke kamar mandi."Hai! Kenalin, aku Reva. Aku penghuni baru, baru kemarin datang ke sini," ujar Reva sambil mendekat ke arah mereka."Salam kenal, aku Via," ucap wanita berambut panjang lurus tadi."Aku Nadia," sahut yang berambut panjang bergelombang.Saat Reva hendak menyalami wanita berambut pirang sebahu itu, ia agak merasa sungkan. Wanita itu terlihat judes dan dingin."Kenalin, ini Dira. Dia emang selalu nggak suka sama orang baru. Tapi kalau udah kenal, dia asyik kok," sahut Via yang menyadari keraguan Reva dan sikap cuek Dira."Hai, Dira. Salam kenal, ya. Maaf, aku mau ke kamar mandi dulu," ujar Reva buru-buru pamit."Ya... silakan," balas Via dan Nadia bersamaan.Tiga puluh menit di kamar mandi, Reva akhirnya keluar. Namun, ketiga penghuni kos tadi sudah tidak a
last updateLast Updated : 2025-03-16
Read more

Ditolak Mentah-mentah

Restoran Dua Putra"Mari ikut saya," balas Pak Satpam setelah puas memandangi Reva.Reva mengekor langkahnya, menuju sebuah ruangan di bagian belakang restoran. Ruangan itu sederhana, hanya berisi meja dan beberapa kursi. Di sana, seorang wanita muda tengah sibuk menulis sesuatu. Saat menyadari ada yang datang, ia mendongak, menatap Reva sekilas sebelum menoleh pada satpam."Pak, itu siapa?" tanyanya dengan nada datar."Kemarin kan, elu butuh orang buat bagian dapur. Nah, ini gue bawa orangnya," balas satpam yang tampaknya berusia sekitar dua puluh tujuh tahun.Wanita itu mengamati Reva sejenak, lalu mengangguk. "Oh... Ya sudah, sini masuk dulu, Mbaknya."Reva melepas sendalnya dan melangkah masuk dengan sedikit ragu. Ia duduk di kursi di hadapan wanita itu, berusaha terlihat percaya diri meskipun jantungnya berdebar kencang."Mbak, namanya siapa dan dari mana?" tanya wanita itu tanpa basa-basi."Reva, Kak. Saya
last updateLast Updated : 2025-03-17
Read more

Reva Mazaya Al-Khalifi

Reva mengusap keringat di telapak tangannya yang dingin. Hatinya berdebar, bukan karena gugup, tapi karena inilah satu-satunya kesempatan yang ia punya. Duduk di bangku kayu dalam restoran yang ramai, ia menatap perempuan berambut sebahu di depannya yang sedang menyipitkan mata seakan menilainya dari ujung kepala sampai kaki."Oh iya, sebelumnya nama kamu siapa? Umurnya berapa?" tanya perempuan itu akhirnya."Reva, Kak. Umurku delapan belas tahun," jawab Reva, mencoba tersenyum meski hatinya was-was."Namanya bagus, ya. Nama lengkapnya siapa? Kamu baru lulus sekolah?""Nama lengkap saya, Reva Mazaya Al-Khalifi. Iya, Kak. Saya baru lulus SMA tahun kemarin," katanya lirih.Keysa, perempuan yang sejak tadi menanyainya, tersenyum tipis. "Wah, keren banget namanya! Artinya apa?"Reva menelan ludah, agak canggung menjawab. "Reva artinya cantik, kuat, dan bijaksana. Mazaya artinya cerdas, dan Al-Khalifi artinya sukses. Orang tua saya me
last updateLast Updated : 2025-03-18
Read more

Rindu itu Menyesakkan

Tepat jam lima sore, Reva sudah diperbolehkan pulang. Ia berjalan kaki demi menghemat ongkos menuju kosannya. Kakinya terasa lelah, pundaknya nyeri, tetapi ia harus bertahan.Di sepanjang jalan, aroma makanan menyeruak dari berbagai warung kaki lima—martabak, sate, gorengan, cilok, hingga minuman dingin yang tampak menyegarkan.Perutnya berontak, perih karena seharian hanya terisi air putih dan sepotong roti sisa sarapan. Reva menelan ludah. Betapa ingin ia membeli sesuatu, tapi... ia sadar, uangnya harus cukup sampai gajian.Akhirnya, ia memilih membeli nasi kucing saja. Murah, meski jelas tak cukup mengenyangkan.Sebelum pulang, Reva mampir ke minimarket. Ia harus membeli kebutuhan mandi, tapi ketika melihat harga sabun yang naik, ia menggigit bibir. Akhirnya, ia mengambil sabun batang paling murah, satu liter beras, dua bungkus mi instan, dan satu bok telur."Semangat, Reva... kamu pasti bisa melewati semua ini," gumamnya lirih saat ke
last updateLast Updated : 2025-03-19
Read more

Dijodohkan

"Isi besok aja deh kalau dah gajian," gumam Reva lirih.Ia meletakkan hpnya di atas meja dan segera merebahkan tubuh di kasur. Badannya terasa sangat lelah dan pegal-pegal semua karena ini pertama kalinya ia bekerja."Mending makan nasi dulu, baru setelah itu bobok. Siapa tahu bisa ketemu Mas Nathan dalam mimpi," gumam Reva. Tak dapat di pungkiri dia juga merindukan sosok Nathan, apalagi kemesuman Nathan yang bikin dirinya geli namun membuat candu.***Di Desa Mangga, tepatnya di pos ronda, Nathan tampak gelisah. Sudah sejak kemarin malam hingga sekarang, Reva tidak juga mengangkat teleponnya. Bahkan, pesan yang ia kirim sudah terbaca, tetapi tak kunjung dibalas. Saat mencoba menghubungi lagi, nomor Reva ternyata sudah tidak aktif."Apa mungkin ponsel Reva ada di tangan orang lain?" gumam Nathan cemas.Agung, yang duduk di sampingnya, tiba-tiba menoleh. "Apa, Nat? Reva suka sama orang lain?" tanyanya iseng."Ah, nga
last updateLast Updated : 2025-03-20
Read more
PREV
12345
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status