All Chapters of Rahasia Panas Cinta Terlarang: Chapter 21 - Chapter 30

42 Chapters

Haruskah Pasrah?

"Ada apa, Sur??" suara Siti melengking dari dalam kamar. Ia masih memegang gincunya, bersiap memoles bibir sebelum keluar menemui tamu yang katanya mau datang pagi ini."Kak Nathan, Bu! Dia pingsan!" Suri terduduk di lantai, kedua tangannya mengguncang tubuh kakaknya yang terkulai lemas di atas sofa. Wajah Nathan pucat pasi, bibirnya kering, napasnya pun tersengal lemah."Astaga!!!" Siti spontan melempar gincunya ke lantai. Benda itu berguling sebelum patah di ujungnya, tapi Siti sama sekali tak peduli. Matanya langsung membesar melihat anak sulungnya tergeletak begitu saja."Ya Allah, ya Gusti! Calon pengantin kok malah kayak gini, Le! Nathan, bangun, Le, bangun!" tangan Siti menepuk pipi Nathan, suaranya bergetar panik.Dari luar, terdengar suara langkah cepat."Ada apa sih, Bu??" Nandra muncul di ambang pintu, diikuti oleh bapaknya, yang baru saja hendak berangkat ke kebun. Keduanya masih mengenakan baju lengan panjang dengan caping tergantung di punggung.Begitu melihat Nathan yan
last updateLast Updated : 2025-03-20
Read more

Pengantin yang Terbaring Lemas

Malam harinya, Siti dan Suri akhirnya menyusul Nathan ke puskesmas. Suasana ruang rawat terasa sepi, hanya terdengar dengungan kipas angin yang berputar pelan. Begitu mereka tiba, mereka langsung disambut oleh Kinez dan kedua orang tuanya yang sudah bersiap untuk pulang."Lho, calon besan sama calon mantu kok malah buru-buru mau pulang?" Siti mencoba berbasa-basi meski perasaannya sedang tidak tenang."Kami sudah di sini sejak siang, Yu. Kasihan Rida sendirian di rumah," jawab Yati."Oh, gitu ya. Ya sudah, nggak apa-apa. Terima kasih sudah jenguk Nathan," ujar Siti dengan senyum tipis.Kinez dan ibunya berpamitan. Siti menghela napas begitu mereka pergi, lalu menatap putranya yang masih terbaring di ranjang. Wajah Nathan tampak lebih segar dibandingkan siang tadi, tapi tatapan matanya penuh dengan kemarahan yang tertahan."Bagaimana keadaanmu, Nat?" tanya Siti pelan."Baik." Jawabannya singkat, dingin. Ia melengos, menatap langit-langit ruangan dengan pandangan kosong.Siti mendesah p
last updateLast Updated : 2025-03-21
Read more

Pengumuman yang Mengejutkan

Hari telah berganti, Nandra diminta sang Ibu untuk mengantarkan kebaya ke rumah Kinez karena kemarin-kemarin ia tak sempat mengantarkannya lantaran sibuk mengurus Nathan yang sakit."Nggak mau ahh, Bu, minta Suri aja sana," tolak Nandra saat sang Ibu memerintahkan dirinya."Suri lagi sibuk bungkusin parselan buat besok, Nan. Sebentar doang lagian kamu nggak jalan kaki kok, bawa sepeda motor aja malasnya minta ampun!!" Siti berkata dengan tegas membuat Nandra tak bisa menolak lagi.Dengan malas Nandra memasukkan hpnya ke dalam saku celana dan menerima bungkusan plastik yang di sodorkan sang Ibu.Tak lama kemudian Nandra sudah sampai di rumah Yati, rumahnya terbuka dan banyak orang yang rewang juga di rumah Kinez."Budhe Ti, lihat lek Yati nggak??" tanya Nandra pada salah satu tetangga yang rewang."Tadi kayaknya masuk ke kamar Kinez, coba kamu sam
last updateLast Updated : 2025-03-22
Read more

Tuduhan yang Menyakitkan

Reva hanya tersenyum tipis tanpa menanggapi. Ia sadar, dirinya baru bekerja tiga hari, jadi tak ada alasan untuk berharap lebih.Pak Jimmy melanjutkan, "Sekarang, saya akan membagikan hadiah sesuai dengan kinerja kalian. Saya dan Bu Julie sangat teliti dalam memeriksa laporan harian dan CCTV, jadi hadiah yang kalian terima mungkin berbeda-beda. Semua amplop dan bingkisan sudah diberi nama masing-masing. Saya berharap kalian tidak membandingkan satu sama lain agar tidak menimbulkan kecemburuan sosial."Semua karyawan mengangguk mengerti."Baik, kita mulai dari yang ada di sebelah kiri saya."Satu per satu nama dipanggil. Keysa dan Nita termasuk yang pertama menerima bingkisan dan amplop. Meski ukurannya berbeda—bingkisan Keysa lebih besar—keduanya tetap tersenyum puas. Para karyawan lain juga tampak bahagia setelah menerima hadiah mereka.Namun, ketika pembagian selesai, satu hal yang membuat Reva sadar: tidak ada hadiah untuknya.
last updateLast Updated : 2025-03-23
Read more

Wajah yang Familiar

Reva menatap wajah Aaris dengan penuh harap, menunggu sebuah kata yang akan meluncur dari bibirnya. Tapi yang ditunggu-tunggu tak kunjung keluar.Rasa penasaran dalam dirinya membuncah, sekuat paketan satu truk ekspedisi yang kelebihan muatan dan hampir meledak di jalan raya. Kalau rasa penasarannya ini bisa dikirim via kurir, mungkin ekspedisi mana pun bakal kebingungan karena volumenya kebanyakan.Tapi Aaris tetap diam. Tatapannya seperti layar loading yang stuck di 99%, bikin Reva makin gemas."Ayo dong, ngomong! Apa beratnya satu kata doang?" batinnya sambil menatap Aaris seperti admin toko online yang udah ngasih harga coret tapi masih ditawar setengah harga.Sementara itu, Aaris malah terlihat seperti pria yang baru sadar lupa bayar tagihan listrik pas lampu tiba-tiba mati. Ragu-ragu, gelisah, tapi tetap berusaha terlihat cool.Reva mulai merasa kalau ia harus bersabar. Tapi kalau kelamaan, bisa-bisa rasa penasarannya ini beranak pi
last updateLast Updated : 2025-03-24
Read more

Kebenaran Terungkap

"Aku yakin itu Reva! Dari samping, belakang, postur tubuh, rambut panjangnya, bahkan cara jalannya persis dia," gumam Eko penuh keyakinan, matanya masih terpaku ke arah sosok yang baru saja melintas.Eko buru-buru menepikan truk boknya ke pinggir jalan, memastikan tidak membuat kemacetan atau diklaksonin pengendara lain. Begitu mesinnya mati, Eko langsung melompat turun dan ngibrit masuk ke gang, nyaris keseleo gara-gara sendal jepitnya kejepit aspal."Reva!! Reva...!!!" teriaknya, napas sudah ngos-ngosan.Matanya celingukan ke segala penjuru, tapi sosok yang tadi dilihatnya mendadak lenyap entah ke mana. "Hadeh, kemana perginya bocah ini? Jalan kok bisa sekenceng maling ayam dikejar satu kampung?! Aku yakin seratus persen, tadi itu pasti Reva!" keluh Eko sambil menyeka keringat di jidat.Eko memang tidak sempat memastikan bajunya, tapi tas selempang yang dipakai gadis itu persis dengan yang Reva bawa malam tahun baru kemarin."
last updateLast Updated : 2025-03-25
Read more

Rencana Dimulai

Kriieet!Tiba-tiba, pintu kamar terbuka lebar tanpa ketukan lebih dulu."Woy!"Nathan terlonjak kaget. Matanya membulat begitu melihat Eko melangkah santai masuk."Elu kebiasaan banget sih! Masuk kamar orang nyelonong aja! Ketuk pintu dulu kek, biar gue nggak kaget. Dasar nggak punya akhlak," gerutu Nathan. Ia menatap sahabatnya itu dengan sebal, sebelum kembali fokus menyisir rambutnya yang masih basah.Eko nyengir, sama sekali tak merasa bersalah. Matanya melirik ke arah kasur, di mana pakaian akad nikah masih terlipat rapi. Lalu, ia menatap Nathan yang sudah berpakaian santai, lengkap dengan jaket."Bukannya elo mau nikah? Kok malah pakai baju mau pergi?" tanyanya, bingung.Nathan tidak langsung menjawab. Ia menarik napas panjang sebelum berkata, "Biarin aja Ibu yang nikah, gue mau pergi.""Pergi ke mana?" Eko semakin penasaran. Ia bahkan belum mandi dan masih bau bantal, tapi sudah nekat meluncur ke rumah Na
last updateLast Updated : 2025-03-26
Read more

Ada Apa di Mata Aaris?

Di kota Semarang,Pagi yang cerah secerah hati Reva, ia sudah bangun sejak subuh, sehabis menjalankan kewajiban dua raka'at ia memasak beras dan menggoreng telur.Meskipun Reva tak memiliki minyak goreng tetapi ia melihat masih ada stok minyak goreng entah milik siapa ia tak tahu."Minyak goreng, kamu punyanya siapa?? Aku minta dikit ya, nanti kalau aku udah bisa beli bakal aku ganti kok. Janji deh dikiiiit aja ya, Bismillah," gumam Reva sembari membuka botol minyak goreng lalu menuangkan ke dalam teflon yang sudah ia panaskan di atas kompor.Reva menggoreng dua butir telur, yang satu akan dia bawa bekal untuk makan siang nanti. Di rumah Reva sudah terbiasa makan tiga kali bahkan kadang empat kali dalam sehari maka dari itu ia terbiasa tidak bisa menahan lapar.Tepat jam setengah tujuh Reva sudah siap berangkat ia juga sudah selesai sarapan, dirinya asal mengambil kertas minyak untuk membungkus nasinya."Reva, kamu udah mau bera
last updateLast Updated : 2025-03-27
Read more

Suprise

"Ahh..." Reva terlonjak kaget. Karena tidak dipersilakan duduk, ia memilih tetap berdiri dengan canggung.Aaris terkekeh pelan, menikmati kepanikan yang tersirat di wajah gadis itu. "Duduklah," ucapnya akhirnya."Terima kasih, Pak," balas Reva sambil menarik kursi dengan hati-hati dan duduk di hadapan Aaris."Jadi, ada apa Bapak memanggil saya? Apa saya melakukan kesalahan?" tanyanya dengan nada waswas.Aaris menyandarkan tubuhnya ke kursi, menautkan jari-jarinya di atas meja. "Memangnya kalau saya memanggilmu, itu berarti kamu pasti punya kesalahan?" tanyanya santai.Reva mengerjap, lalu buru-buru menggeleng. "Ehh, bukan begitu, Pak. Saya hanya takut kalau saya tidak sengaja melakukan kesalahan, makanya Bapak memanggil saya. Kalau memang saya punya kesalahan, saya mohon maaf, Pak. Tapi, saya mohon… jangan pecat saya," ujarnya dengan suara nyaris berbisik, penuh harap.Melihat ekspresi takut-takut Reva, Aaris justru mendadak geli
last updateLast Updated : 2025-03-28
Read more

Bertemu

"Duh, Rev, kok elo nolak tawaran Pak Aaris sih? Harusnya elo terima aja. Lumayan kan, dapat tumpangan gratis daripada jalan kaki mulu. Gue nggak nyangka, lho, Pak Aaris nawarin elo pulang bareng. Di dalam tadi kalian ngobrolin apa aja sih? Gue kepo," ujar Keysa dengan antusias."Nggak lah, Kak, aku nggak enak sama Pak Aaris. Tadi kita nggak ngobrolin apa-apa kok, cuma bahas soal hadiah dan aku ngucapin terima kasih. Udah gitu doang," balas Reva, berusaha menutupi kegugupannya."Elo pakai pelet apa sih sampai Pak Aaris bisa nyantol sama elo?" Nita menyela dengan nada geram, matanya menatap tajam ke arah Reva.Reva hanya tersenyum tipis, sudah mulai terbiasa dengan sikap Nita yang selalu sinis padanya."Udah nyadar belum kalau Pak Aaris nggak pernah ngelirik elo, Nit? Justru malah nyantol sama Reva yang orang baru! Kesaing, kan? Kasihan!" ledek Keysa sambil tertawa kecil."Udah, kalian nggak usah ngomongin Pak Aaris terus. Ntar kuping Pak A
last updateLast Updated : 2025-03-29
Read more
PREV
12345
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status