Semua Bab CINTA UNTUK GADIS TERNODA: Bab 81 - Bab 90

116 Bab

81. Tak Akan Terjadi

"Langit Kalimantan nggak pernah mengecewakan," gumam Ryu saat turun dari mobil. Kini, ia dan juga Rara tengah meninjau lahan yang baru selesai dilakukan proses replanting. Ia sengaja pergi menyetir sendiri dengan Rara sementara Jaka menunggu di kantor Mina Utama. "Bagus ya Mas view-nya," ucap Rara menghirup udara dalam-dalam, matanya terpejam. "Pekerjanya udah pada pulang, jam 4 soalnya," desis Ryu celingak-celinguk. "Iya, sepi banget," ucap Rara membenarkan. Suasana kebun di sore hari dengan pemandangan langit biru nan bersih itu memang sangat memanjakan mata. Tanah laterit khas perkebunan kelapa sawit yang berwarna merah nampak kontras dengan warna langit dan hamparan hijau tanaman baru. "Habis ini, di Agrorei yang Blok L juga bakalan ada replanting," ucap Ryu menyalakan rokoknya. "Tapi view-nya nggak akan secantik ini," desisnya. Rara hanya memberi senyuma
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-08
Baca selengkapnya

82. Provokasi Semanis Madu

Wajah pias Rara yang tadi hampir digenangi air mata, sontak mengukir senyum lega. Ryu memang tidak banyak bicara, jarang memberi Rara afirmasi positif lewat ucapan. Namun, sekali berucap, damage-nya maksimal, meruntuhkan kemelut di hati Rara secara total. Pesona Ryu ini membuat Rara tak sadar bergeser mendekati sang suami, tatapannya tak lepas dari wajah tampan yang tengah menyesap rokoknya itu. Diremasnya lengan Ryu lembut, membuat sang suami reflek menolehnya. "Mas nggak cuma green flag tapi udah level rainforest," puji Rara tulus. Ia berjinjit untuk menyesuaikan tinggi badannya dengan Ryu. Lalu, dikecupnya pipi Ryu lembut, lama, dengan segenap perasaan yang berkecamuk di dadanya. Rokok yang masih menyala separuhnya itu lolos dari jemari Ryu dan jatuh di parit mengalir saat bibir Rara menyentuh pipinya. Otomatis, lengannya berganti melingkar di pinggang indah Rara, mengunci sang istri agar tetap menempel padanya.
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-08
Baca selengkapnya

83. Kehidupan Setelah Menikah

"Saya langsung mandi dulu ya Mas, masaknya makan malam habis mandi nggak pa-pa?" tanya Rara saat ia dan Ryu tiba di rumah dinas hampir pukul 8 malam. "Mandi aja dulu, saya nggak terlalu laper," balas Ryu sekenanya. Bukan apa-apa, mereka tengah membangun komunikasi seperti biasanya setelah tadi mereka berciuman lagi dan terlibat suasana canggung tak berkesudahan. Rara hanya membalas pertanyaan Ryu singkat-singkat, pun Ryu yang bingung harus bertanya apa lagi untuk menghidupkan suasana. "Mau saya siapin air hangat untuk mandi?" tawar Rara sebelum masuk ke kamarnya. "Ini Kalimantan, Azura. Nggak lagi hujan juga, tambah gerah saya kalau kamu suruh mandi pake air hangat," kata Ryu seraya menggeleng. "Kalau capek istirahat aja, nggak usah masak, saya bisa pake lauk yang kamu masak tadi pagi," ujarnya manis sekali. "Nggak capek kok Mas, sayang ini dibawain ikan segar kalau nggak digoren
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-10
Baca selengkapnya

84. Memecah Rasa Canggung

"Sengaja ya kamu, Azura!" desah Ryu gemas. "Enggak, serius lupa. Habis, ngapain deket-deket orang goreng cabe," kekeh Rara. "Sial," gumam Ryu lantas menjauh. Bagaimanapun, Ryu harus menciptakan suasana santai dengan Rara agar kecanggungan antara mereka lebur selamanya. Kehidupan rumah tangga yang berumur belum genap satu minggu itu harus dirawat dan dijaga dengan baik, bukan? "Sambel rimbang ini Mas, dibawain Arum lewat Mas Jaka tadi pagi," ucap Rara membawa sambal yang dibuatnya ke meja makan. "Rimbang?" Ryu mengamati cobek yang baru saja diletakkan istrinya. "Sejenis terong tapi asem, cobain deh, enak," terang Rara. Ryu menuruti ucapan Rara. Diterimanya sodoran sambal dan juga piring yang sudah Rara isi dengan nasi dan ikan goreng beraroma menggugah selera. Ia ambil satu sendok sambal buatan sang istri, sungguh momen ya
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-10
Baca selengkapnya

85. Obrolan Dewasa

"Aku belom berani menyentuhnya, Pa," desis Ryu seusai menyesap es kopinya tanpa sisa. Ia tengah duduk merokok bersama Rain, sang Papa yang akan kembali ke Jakarta esok pagi. "Kenapa nih? Nggak tau caranya?" goda Rain. "Bro, come on!" "Pelan-pelan Bro," Rain terkekeh. "Mau diajarin biar jadi 3 kayak Papa?" tantangnya. "Pa, aku serius," gemas Ryu. "Aku masih takut kalau itu bakalan nyakitin dia," tandasnya. Bukannya menjawab, Rain justru mengisap rokoknya dalam-dalam. Ia biarkan anak sulungnya mengembara dalam pikirannya sendiri untuk sesaat. Memang bukan hal yang mudah untuk bisa ada di posisi Ryu dan harus memahami kondisi Rara. Mengingat bahwa peristiwa menyakitkan itu menimpa Rara tanpa ampun hingga Rara sempat tidak memiliki keinginan untuk hidup, Ryu berusaha sabar menahan dirinya. "Tapi dengan nggak menyentuhnya, kamu juga bisa nyakitin dia, Bang," ucap Rain. "Dia bisa aja mikir, buat apa dinikahin kalau nggak disentuh sama sekali, iya kan?" "Serba salah jadinya P
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-12
Baca selengkapnya

86. Awal Babak Pertama

"Udah kakek-nenek juga, genit amat," sungut Ryu. "Mamamu meski udah nenek tetep nggak ada matinya," ucap Rain. "Mau istirahat sekarang?" tawar Ryu menyadari wajah Rara sudah merah padam karena malu. "Kamu kayaknya udah capek," lanjutnya segera beranjak. "Jangan berisik lho ya," pesan Mika. "Nanti Papamu kepengin," ujarnya tertawa. "Ma," Ryu berdesis, "malu dia," katanya tersenyum menunjuk sang istri. "Ayo, ke kamar," ajaknya langsung menggenggam jemari tangan Rara. "Istirahat ya Sayang!" seru Mika masih terdengar bahkan setelah Ryu dan Rara masuk ke dalam kamar. Ryu tertawa sambil menutup pintu kamar, sedangkan Rara langsung menjatuhkan tubuhnya di atas ranjang. Ia malu sekali, merasa tak enak hati pada Ryu karena sebagai istri, ia belum bisa melayani Ryu sebagaimana mestinya. "Maaf ya, Papa emang suka gitu, mereka nggak ada filter emang,"
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-12
Baca selengkapnya

87. Sentuhan Pertama (21+)

Sebelah tangan Ryu bergerak pelan melepas kancing baju tidur Rara sementara ia masih asik mengecupi tulang selangka istrinya. Lenguhan lirih meluncur dari mulut Rara, sekujur tubuhnya merinding, kedua jemarinya mencengkeram kuat kedua sisi pundak Ryu. "Kamu yakin?" tanya Ryu sambil mengatur napas, ia tatap Rara dengan sorot redup matanya, mati-matian bertahan agar tak asal menyentuh istrinya. Rara menelan ludah, ia tangkup rahang Ryu, mereka bertatapan dalam diam, hanya denting jarum jam dan deru napas yang terdengar. Sejenak Rara tampak ragu untuk bicara, antara harus bertanya atau biarkan semua terjadi seperti ini adanya. "Yakin, Mas," jawab Rara mengangguk. Ryu balas mengangguk, ia naik lagi, memagut bibir Rara, kali ini sedikit menuntut, tak seperti sebelumnya yang halus dan lembut. Segenap rindu dan rasa yang Ryu tahan selama 10 tahun belakangan seakan menemui muara. Setiap sentuhannya di tubuh Rara, semua yang Ryu jaga seakan menemui titik akhirnya. Tidak bisa dipungkiri tu
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-13
Baca selengkapnya

88. Tak Mau Peduli Apapun Itu

"Mas," terbata, Rara yang sesenggukan berusaha mendongak menatap wajah tampan suaminya. "Saya nggak berdarah. Apa itu artinya, saya emang udah nggak perawan? Mas pergi keluar karena kecewa kan," desahnya begitu terluka. Ryu menggeleng, "Mau berdarah atau enggak, aku nggak peduli, Azura," lirihnya dengan suara bergetar. Tangis Rara tak langsung reda, ia tenggelamkan wajahnya di dada Ryu, hatinya kalut, pikirannya campur aduk. Segenap perasaan tak adil menyergapnya, tapi beruntung, pelukan Ryu membuat Rara berangsur tenang. "Aku nggak peduli," ulang Ryu mengecup pucuk kepala Rara berkali-kali. "Ini yang kutakutin pas harus nyentuh kamu, kamu kehilangan kendali, kamu nyalahin diri sendiri. Bukan karena kamu nggak menarik," terangnya. "Jadi, apa saya emang pernah diperkosa, Mas?" tanya Rara straight to the point, tak memberi kesempatan pada Ryu untuk kabur. "Aku nggak tau dan nggak mau tau," ucap Ryu lantas mengambil baju tidur Rara dan membantu istrinya untuk memakainya. "Nggak usa
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-14
Baca selengkapnya

89. Mimpi atau Nyata?

Rara terbangun keesokan paginya dalam pelukan Ryu. Suara napas Ryu yang halus, suaminya masih asik terlelap, mendekapnya hangat. Ada potongan-potongan mimpi baru yang muncul dalam tidur Rara, membuatnya bergidik, takut untuk menghadapi hari baru. Benarkah itu hanya mimpi? Atau kenyataan yang sebenarnya ia lupakan dan membuatnya sangat trauma hingga sekarang? Tangan Rara terangkat, ia usap lembut wajah tampan suaminya. Ryu tidak pernah mengeluhkan masa lalu yang Rara lupakan, lelaki ini begitu legowo menerima apapun yang tidak Rara ingat tentangnya. Namun, dihantui potongan-potongan mimpi yang tampak sangat nyata beberapa hari belakangan ini membuat Rara merasa kotor untuk Ryu. "Mas," bisik Rara, Ryu bergeming. Tak ada respon dari Ryu, Rara perlahan bangun. Ia bergerak hati-hati sekali, sengaja membiarkan Ryu menikmati tidurnya. Hari masih pagi, adzan subuh baru saja selesai berkumandang. "Argh," Rara mengerang kecil, ia berjongkok spontan. Pasalnya, ada rasa nyeri yang timbul dar
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-15
Baca selengkapnya

90. Tidak Ingin Merusak Momentum

Rara mengangguk, ia kenakan mukenanya, melebarkan sajadahnya, mengambil posisi di belakang suaminya. Ini adalah kali pertama keduanya salat berjamaah, betapa syahdu dan merdunya suara Ryu saat melantunkan ayat-ayat Al-Qur'an, hal yang belum pernah Rara dengar. Dua rakaat salat singkat itu terlalui begitu kusyu, sangat menyentuh kalbu Rara. Ryu bak pengganti Pak Darwis yang sempurna baginya. "Mas, nanti kalau mau naik ke kebun, boleh saya mampir ke Desa Adat?" pinta Rara sambil mencium punggung telapak tangan suaminya. Ryu mengernyit, ada tanda tanya besar di matanya saat tajam menatap Rara. Apa yang sedang terjadi? Rara selalu menolak untuk diajak ke sana sejauh ini, ia sangat anti mengunjungi Desa Adat, salah satu tempat kenangan penting bagi mereka berdua. "Saya mau nyoba ke sana lagi setelah sekian lama, boleh Mas?" ulang Rara tak sabar menunggu jawaban Ryu. "Kamu ada keperluan di sana?" tanya Ryu berpaling, p
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-15
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
789101112
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status