Home / Romansa / CINTA UNTUK GADIS TERNODA / Chapter 91 - Chapter 100

All Chapters of CINTA UNTUK GADIS TERNODA: Chapter 91 - Chapter 100

116 Chapters

91. Kenangan Yang Hilang

Ryu menatap lekat pada punggung istrinya yang turun dari mobil dan langsung berjalan menuju dermaga. Dulu, saat mereka remaja, Rara juga pernah mengajak Ryu mampir di dermaga indah ini. Selain mencoba mengenang masa lalu, Ryu juga berjaga-jaga, berharap Rara tidak histeris seperti saat pergi bersama Arum ke sana hingga harus dilarikan ke rumah sakit setelahnya. "Mas, ayok!" ajak Rara melambai, meminta Ryu mengikutinya. "Ya," balas Ryu mengangguk, menyambar rokok dari dashboard mobil. Melihat Ryu setengah berlari ke arahnya, Rara tersenyum. Sekelebat bayangan asing muncul, membuat Rara spontan memegangi kepalanya yang terasa berputar. Sosok Ryu dewasa seakan berganti dengan tubuh lelaki remaja, serupa dengannya, adalah Ryu muda yang tampak di mata Rara, tengah berjalan menghampirinya.***the past*** "Di sana ya kalau kamu naik klotok? Emang nggak horor nyeberang danau seluas ini?" tanya Ryu yang membawa sebungkus es teh itu, ia mendekat dan bersandar pada pembatas kayu dermaga. "
last updateLast Updated : 2025-03-17
Read more

92. Mengingat Semuanya?

"Azura, Ra!" panggil Ryu mengguncang-guncang tubuh istrinya, membuat Rara kembali sadar dari lamunannya. "Mas," desis Rara berusaha menguasai diri, kepalanya terasa berat tapi ia tak mau mengeluh pada sang suami."Coba duduk dulu, aku ngerasa lemes banget ini," ucapnya. Ryu mengangguk. Ia papah Rara duduk di kursi kayu yang menghadap langsung ke danau. Suasana danau di sore hari seperti ini memang sangat tenang, terpaan anginnya terasa syahdu sekali. Rara sengaja menyandarkan kepalanya di pundak Ryu, matanya terpejam. Ia ingin berusaha mengingat semua kenangan itu, terutama semua memori di mana ada Ryu di dalamnya.***the past*** "Kamu berharga Azura," ucap Ryu seraya menyeka jemari Rara dengan kain basah yang hangat. Di depannya, Rara nampak menatap nanar ke sembarang arah, tak memedulikan keberadaan Ryu. "Jangan pernah nyoba buat ninggalin kami semua lagi," pintanya. "Dia udah mulai stabil, Bang," ucap
last updateLast Updated : 2025-03-17
Read more

93. Yang Terpendam

"Udah enakan?" Ryu menarik gelas teh hangat yang baru saja diteguk oleh Rara. Karena melihat kondisi Rara yang lemas dan mengeluh pusing, Ryu segera membopong Rara pergi dari dermaga, ia lajukan mobilnya ke Simpang Selatan, menghindar sejauh mungkin dari Desa Adat. Agar Rara merasa tenang, sengaja Ryu ajak istrinya ke sebuah warung makan, lalu dipesannya segelas teh untuk Rara. "Lumayan, Mas," jawab Rara menghela napas panjang lantas mengembuskannya perlahan. Tatapannya tak lepas dari wajah Ryu, kenangan lama itu kini menari-nari di kepalanya. "Kamu mau makan?" tawar Ryu. "Nanti dulu Mas," tahan Rara. "Nggak pa-pa kan kita nggak buru-buru naik kebun?" "Nggak pa-pa," ucap Ryu. "Take your time," katanya. Rara mengangguk, senyumnya terkembang. Sungguh, setelah menghadirkan Ryu dalam ingatannya lagi, rasa bersalah itu hinggap dan terasa sakit sekali. Sesak itu menghimpit dadanya, membuat Rara kesulitan untuk memulai pembicaraan tentang kenangan mereka berdua. "Aku udah nem
last updateLast Updated : 2025-03-18
Read more

94. Terima Kasih Sudah Mengingatku

"Karena Mas cinta sama aku jadi Mas bertindak sejauh ini? Mas nggak pergi pas kuminta pergi, Mas nggak ngelupain pas kuminta ngelupain?" "Gimana aku bisa begitu pas kamu bahkan hampir membunuh dirimu sendiri 4 kali dalam sehari, Azura," jakun Ryu naik turun, ia tiba-tiba menyulut rokok, perasaannya benar-benar tengah diaduk-aduk sekarang. "Karena takut hidup, aku bahkan takut mengingat. Kubuat diriku sendiri ngelupain semuanya, termasuk ngelupain Mas," lirih Rara, setitik air matanya jatuh. "Sekarang kamu udah inget semuanya, aku harus bersyukur dan berterima kasih, juga minta maaf," air mata Ryu ikut menetes, tapi cepat ia mengalihkan pandangan. "Kita obrolin ini di rumah lagi nanti, kamu makan dulu, jangan sampe kamu sakit. Aku nggak mau kamu kenapa-napa lagi kalau maksain buat bahas soal ini," pintanya. "Terakhir Mas," tahan Rara. "Kenapa Mas nggak jujur aja dari awal? Kenapa Mas nggak coba ngingetin aku soal kenangan kita? Mas justru bersikap galak dan jahat di tempat kerja,
last updateLast Updated : 2025-03-20
Read more

95. Menguak Memori Lama

"Mas udah kenyang kan? Aku nggak perlu masak lagi kan?" tanya Rara ketika keluar dari kamarnya seusai mandi. "Nggak usah, nanti bikin mie instan aja kalau laper," jawab Ryu. "Kamu nggak laper lagi?" "Nggak lah, aku makan banyak tadi kan," balas Rara. "Istirahat deh kalau gitu, besok kerja, takut dimarahin Pak GM kalau telat masuk," sindirnya. "Hei! Hukuman telat kerja itu 5 kali cium," kekeh Ryu. "Apaan! Bosnya centil gini ih!" "Baru sadar? Kamu pikir aku cuma bisa galak? Bisa nakal juga kok." "Mas," Rara terbahak, ia ikut duduk di sofa sebelah suaminya. "Boleh ya tidur di kamar Mas?" godanya. "Silakan, kan bukannya dari awal aku udah bilang kamu bebas akses semua bagian rumah ya?" "Eh iya, asik!" sorak Rara senang. "Aku tu takut sebenernya tidur di kamarku, kan sebelah jendela langsung hutan tuh," keluhnya jujur. "Kenapa nggak bilang dari awal?" gemas Ryu. "Gengsi dong, aku kan malu," kata Rara. Tawa Ryu berderai, "Tidur di kamarku dapet bonus banyak," godanya
last updateLast Updated : 2025-03-20
Read more

96. Jangan Sakit, Azura

"Lima orang!" sambar Ryu memejamkam matanya sambil menelan ludah. "Semuanya pemanen lepas. Motor yang kamu pake tiba-tiba habis bensin, mereka dateng nolong tapi ...," helaan napasnya nampak berat terdengar, "kamu justru jadi korban kebejatan mereka," lanjutnya lirih. Air mata Rara mengalir tak terbendung lagi. Ia sampai harus menangkup wajahnya sendiri untuk menahan perasaan yang meluap-luap. Beruntung ia lupa pada situasinya saat kejadian mengerikan itu menimpanya. Jika ia mengingatnya, entah seperti apa kegilaannya sekarang. "Terus gimana pelakunya?" tanya Rara parau, masih sesenggukan. "Papa langsung bisa nemuin pelakunya 2x24 dari waktu kejadian, mereka hampir nyeberang ke Jawa pake kapal," urai Ryu. "Sementara kamu dilarikan ke rumah sakit, sekarat," desisnya. "Mas juga ada?" "Aku balik ke Indonesia secepat yang kubisa setelah denger kabar dari Mama. Selama seminggu penuh, aku selalu mantau kondisimu. Kamu lupa semuanya, cuma kenangan sampai kamu SMP kelas 7 yang ter
last updateLast Updated : 2025-03-21
Read more

97. Mencipta Bahagia

"Ke mana sih Mas?" tanya Rara saat Ryu turun dari mobil dan justru mengajaknya mendekati tepi sungai. "Katanya mau pasang lukah," ujar Ryu sambil celingak-celinguk. "Jangan bercanda deh." "Aku serius," sahut Ryu. "Tunggu Mas Aldi bentar, dia yang punya klotoknya," terangnya. "Kenapa harus pake klotok? Kenapa nggak di depan rumah dinas Mas aja?" cerocos Rara. "Susah pasang lukah di danau depan rumah. Kita ikut Mas Aldi susur sungai dulu, nanti kita masuk ke Danau Sembuluh via sungai kampung, pake klotok," urai Ryu rinci. "Aku nggak percaya ini. Mas jangan ngerjain aku ya," ancam Rara. "Tuh, Mas Aldi dateng," Ryu menunjuk arah hulu sungai, terdengar suara klotok yang cukup keras datang mendekat. "Dua hari belakangan kamu udah banyak maksa tubuh kamu buat kerja, kita nikmatin hari ini, sederhana dulu ya healing-nya," katanya seraya membantu Rara naik ke atas klotok setelah menyapa Aldi sang pemilik. "Ke Kampung di Borneo Capital bisa kah Mas?" tanya Rara iseng. "Bisa!
last updateLast Updated : 2025-03-22
Read more

98. Tanda Cinta

"Di mana ada banyak orang pasang perangkap, Mas?" tanya Ryu. "Nanti kalau kita keluar di hilir sungai ketemu sama danau, banyak yang pasang Pak," ucap Aldi informatif. "Nggak sabar," ujar Rara senang. "Dulu pas jaman aku kecil, Ayah sering ngajak aku pasang lukah di belakang rumah, Mas. Enaknya kalau mancing ikan taja yang kecil-kecil kayak teri gitu, pake minyak jelantah nanti mereka udah ngumpul sendiri, tinggal dijaring," ceritanya penuh semangat. "Kangen ya sama Ayah?" tanya Ryu maklum. Rara menggeleng, "Kenangannya. Beruntung kenangan itu nggak ikut kulupain," desisnya. "Sekarang kuajak cari ikan juga ini," kata Ryu. "Bentar lagi kita sampe muara," ujarnya menunjuk papan rambu warna biru yang memang dipasang sebagai panduan lalu lintas air di danau dan sungai. "Ibu mau mancing? Saya ada bawa joran, umpannya bisa pakai tempe," tawar Aldi. Mata Rara yang tengah bertatapan dengan suaminya itu berbinar indah. Ia spontan berdiri menghampiri Aldi, menerima joran dari sang
last updateLast Updated : 2025-03-23
Read more

99. Bulan Madu Singkat

"Nggak pa-pa nih kita di sini?" gumam Rara menerima uluran tangan suaminya dan naik ke atas dermaga. "Ya nggak pa-pa," Ryu tersenyum. "Aku udah sengaja bawa kuncinya. Kutitip kunci mobil ke Mas Aldi biar dikasih Jaka. Ikan yang tadi kita beli biar Jaka yang bawa sekalian anter mobil ke rumah. Nanti kita jalan kaki aja ke rumah, nggak pa-pa?" gumamya seraya membuka pintu samping guest house milik perusahaan di pinggir danau itu. "Iya, iya. Kalau lewat darat, jalan kaki aja dari sini ke rumah juga deket ya Mas," gumam Rara mengitarkan pandangan. "Jadi kerasa jauh karena tadi kita naik klotok dari Kampung dan turun di dermaga," ujarnya takjub. Isi di dalam guest house selalu rapi dan bersih karena memang dirawat seminggu dua kali oleh divisi perawatan khusus. Ada dua ranjang besar di kamar yang berbeda, lengkap dengan dapur dan ruang tamu, hanya ukurannya memang lebih kecil ketimbang rumah dinas yang Ryu tempati. Di kamar mandi pun dilengkapi dengan handuk bersih dan peralatan mand
last updateLast Updated : 2025-03-24
Read more

100. Terpatri Namamu

Rara menggigit bibir bawahnya sensual saat Ryu menegakkan tubuh untuk melepas kemejanya. Tubuh Ryu selalu menarik, apalagi hiasan tato nama Rara yang terpatri di dadanya itu, sungguh lambang kesetiaan yang tiada duanya."Tato ini, namaku kan Mas?" tanya Rara meraba dada Ryu hati-hati. "Emang ada lagi perempuan bernama Lembayung selain kamu? Nama itu khas dan langka, jelas itu nama kamu. Mau kubikin pake nama lengkap kepanjangan, sakit," ujar Ryu setengah bercanda. Dikecupinya leher Rara lembut, mengembus napas hangatnya. "Ih, gitu deh," Rara mencembikkan bibirnya. Tak menanggapi sang istri, Ryu bergerak lagi. Ia loloskan t-shirt yang Rara kenakan hingga menampilkan bra warna abunya yang penuh. Kecupannya di leher Rara perlahan semakin turun, tulang selangka, kemudian menghirup aroma manis tubuh istrinya dalam-dalam. Baru setelahnya, tangan Ryu terampil melepas kaitan bra hingga Rara spontan menopang lenga
last updateLast Updated : 2025-03-25
Read more
PREV
1
...
789101112
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status