Home / Romansa / Wanita Yang Kau Pilih / Chapter 101 - Chapter 110

All Chapters of Wanita Yang Kau Pilih: Chapter 101 - Chapter 110

116 Chapters

101. Wanita Tersesat

“Kamu pasti terlalu banyak nonton drama, sampai hidupmu sedrama ini,” omel Vira pada Luna yang saat ini menemaninya membeli beberapa perlengkapan untuk pementasan. “Mau bagaimana lagi itu sudah takdir, lagian menonton drama membuat aku tahu banyak tentang hubungan dengan laki-laki.” “Tahu banyak bagaimana ini kamu malah lebay dan lebih banyak berasumsi.” Luna menghela napas panjang, dia mengambil sebuah sampur berwarna kuning dan menyerahkannya pada Vira. “Aku lebih suka yang ini,” katanya. “Iya ini lebih bagus,” jawab Vira menyetujui. “Akan lebih baik kalau kamu mengatakan semuanya secara langsung, tidak hanya berkutat dengan pikiranmu, tidak semua prasangkamu itu benar,” lanjut Vira kembali pada topik yang mereka bicarakan tadi.Luna menghela napas meletakkan kembali topeng yang sedang dia lihat. “Kamu ngaco mana mungkin aku bicara langsung tentang perasaanku kalau dia sudah punya orang lain.” “Yang kalian jalani itu pernikahan bukan pacaran, mana bis
last updateLast Updated : 2025-03-09
Read more

102. Kemarahan Ayah

"Kamu sudah sadar, Nak, Syukurlah." Luna menoleh ke samping saat mendengar kalimat itu, bau obat-obatan langsung menusuk hidungnya. Apa dia di rumah sakit? Tapi kenapa? Luna memegang kepalanya yang terasa pusing, dan mendapati sebuah perban di kepalanya. Ah, dia ingat sebelum pingsan tadi dia terbentur sisi ranjang, pantas saja. Lalu bayinya? Luna langsung meraba perutnya dan sangat lega saat gundukan kecil itu masih ada di sana. "Bayimu baik-baik saja, hanya saja kandunganmu sangat lemah dan kamu butuh istirahat total." Luna memandang ayahnya yang tampak luar biasa cemas dan lelah tapi juga ada kelegaan di matanya saat menatap Luna.Oh Tuhan, sebagai anak dia benar-benar tidak berbakti, berkali-kali dia menyusahkan ayahnya. "Maaf Luna sudah menyusahkan ayah," katanya dengan suara yang serak. Sang ayah tersenyum menatap Luna. "Kamu tidak menyusahkan ayah, tapi ayah memang tidak suka kamu sakit."Luna memberengut mendenga
last updateLast Updated : 2025-03-10
Read more

103. Di simpang jalan

Seperti hari-hari sebelumnya Laksa menghabiskan waktunya di sebuah klub kelas atas di kota ini, mabuk menjadi kebiasaan yang setiap malam dia lakukan. Getaran di pahanya membuat Laksa merogoh saku celananya, dan melihat siapa yang menghubunginya.Nama Dirga tertera di sana, tak ingin diganggu dengan apapun, Laksa langsung mereject panggilan itu. Beberapa kali panggilan dari orang yang sama masuk, Laksa melakukan hal yang sama, sampai dia gemas dan memblokir nomer sepupunya itu. Pandangannya jatuh pada pesan-pesan Luna yang tak pernah dibalasnya, ada senyum yang terukir di wajahnya, saat mengingat istrinya itu, rasa rindu semakin membuncah dalam dadanya, dia ingin pulang dan merengkuh sang istri. Akan tetapi rasa malu dan egonya yang terluka membuat Laksa tak punya keberanian untuk berhadapan dengan Luna. Benar kata Dirga, datang kesini adalah sebuah kesalahan dan dia sangat menyesali hal itu. Bukan hanya harga diri dan egonya yang direndahkan, tapi perni
last updateLast Updated : 2025-03-10
Read more

104. Harga Sebuah Ego

Laksa terbaring terengah-engah di atas ranjang hotelnya, peluh deras membasahi wajahnya, padahal di luar sana salju turun dengan lebatnya. Matanya nyalang menatap langit-langit kamar, sejenak dia memejamkan matanya, pikirannya merawang memikirkan sang istri nan jauh di sana, apa Luna juga sedang memikirkannya saat ini? Apa dia merindukannya? Atau malah membencinya?Berbagai pikiran melintas dalam benak Laksa, dia ingin memastikan semuanya tentu saja, dengan datang langsung ke hadapan Luna, tapi sekali lagi keberaniannya menguap begitu saja, dia merasa sangat malu pada Luna. Laksa yang biasanya angkuh dan begitu percaya diri, hilang entah ke mana, menjadi Laksa seorang pecundang yang menghadapi wanita mungil yang bergelar istrinya saja tidak berani. “Kamu harus kembali sekarang juga.” Laksa menolehkan kepalanya ke arah sumber suara, tapi dia langsung mengernyit saat di dapatinya rasa sakit di rahangnya, perlahan tangannya memegang sudut bibirnya dan mendapati ada cairan kental di s
last updateLast Updated : 2025-03-11
Read more

105. Kesempatan

"Lho kenapa tidak masuk ke dalam, Nak?" Tanya Pak Erwin, pada Vira yang sedang duduk di depan ruang rawat Luna, tangan gadis itu mencengkram erat kantong plastik yang dia bawa. Pak Erwin menatapnya dengan alis terangkat saat melihat wajah gelisah sahabat putrinya ini. "Ehm... Itu Om di dalam ada mama mertuanya Luna, saya tidak ingin mengganggu." Pak Erwin tersenyum. "Kok mengganggu, Nak, Luna pasti senang sekali kamu datang, dia sudah mengeluh bosan dari kemarin, hanya tiduran saja di atas tempat tidur," jelas Pak Erwin panjang lebar. Vira memandang Pak Erwin dengan rasa bersalah yang terlihat jelas di matanya. "Lun seperti ini pasti gara-gara saya." "Om tidak mengerti?" Vira menggenggam kantong kresek yang dibawanya makin erat. Dia bukan orang yang mudah gugup, tapi rasa bersalah yang dia rasakan membuatnya gugup setengah mati. "Saya kemarin mengajak Luna mencari perlengkapan pertunjukan, lalu kami berjalan-jalan mencari tempat makan, dia pas
last updateLast Updated : 2025-03-11
Read more

106. Serangan Tak Terduga

“Jadi sampai kapan kita akan berdiri diam seperti ini?” tanya Dirga yang begitu jengah dengan sikap Laksa yang hanya memandang kamar rawat Luna dari jauh. Ingat ya ... kamar rawatnya bukan orangnya. “Apa keadaannya parah sampai dia tidak keluar berjalan-jalan, kamu bilang tadi mama sudah pulang dan sekarang yang menjaga Vira?” tanpa menghiraukan pertanyaan Dirga.“Kita sedang apa sebenarnya di sini?” tanya Dirga lagi yang mulai malas dengan Laksa. Bayangkan saja, mereka baru saja mendarat dari bandara dan langsung menuju rumah sakit tempat Luna dirawat, tapi bukanya langsng masuk menemui Luna, Laksa malah mengajaknya berdiri dengan berlindung di sebuah pohon sambil mengamati pintu ruang rawat Luna. Dirga yang merasa lelah dan mengantuk, tentu saja tak terima ikut serta melakukan ini semua, tapi dengan semena-mena Laksa mengancamnya akan memberitahukan pada sang mama tentang ulahnya di acara perjodohan itu. Jadi Dirga hanya bisa berdiri diam di sini sambil me
last updateLast Updated : 2025-03-12
Read more

107. Wanita Cadangan

Suasana menjadi sangat tidak enak setelah semuanya menjadi jelas, Laksa memandang Dirga yang masih meringis kesakitan dengan tidak enak hati, seharusnya dia yang dipukul, dia yang menodai Luna dulu tapi dengan tega malah menghinanya lalu beberapa hari ini meninggalkan Luna untuk menemui mantan kekasihnya. Perbuatanya memang sangat kejam pada Luna yang memang hanya korban dari keserakahan yang ada di sekelilingnya. Perlahan Laksa mendekati nenek Luna yang sudah lebih tenang sekarang, perlahan dia berjongkok di depan sang nenek. “Saya minta maaf karena sudah menyakiti Luna, saya bersedia kalau nenek mau memukul saya, tapi saya harap nenek tidak memisahkan saya dengan Luna,” kata Laksa. “Kenapa tidak mau, kamu sendiri yang mempermainkan cucuku, kamu pikir menikah itu kayak oarang main rumah-rumahan bisa bubar begitu saja.” “Sekali lagi saya minta maaf.” “Bu sudah, malu di lihat orang, ini hanya salah paham, buktinya nak Laksa sudah di sini,” kata Pak Erwin
last updateLast Updated : 2025-03-12
Read more

108. Ada Kamu di Dompetku

Hal yang paling dibenci Luna adalah mencurahkan isi hati pada seseorang, selain ayah dan Bundanya juga Vira, belum pernah sekalipun Luna bicara panjang lebar menyangkut tetang perasaan di hatinya. Sekarang dia tentu saja sangat kesulitan untuk mengungkapkan semua isi hatinya pada Laksa, meski sudah tak terhitung jumlahnya mereka berbagi keringat bersama. Bahkan beberapa kali Vira sudah mendorongnya untuk berbicara pada Laksa secara terus terang, Luna sangat kesulitan mengatakan maksud hatinya. “Bagaimana jika aku tak ada di sini?” Laksa menatap Luna dengan kening berkerrut. “Apa maksudmu?” Luna menghela napas, kali ini dia ingi menguatkan tekad, mengatakan apa yang menjadi kehendak hatinya. Vira benar ini hidupnya dan jika dia ingin bahagia, maka dia harus tegas untuk menyikapi semua. “Hubungan kita hanya sebuah kecelakaan yang direncanakan seseorang, dasarnya sama sekali tak kuat, banyak faktor yang menyebabkan kita sangat berbeda, dan aku rasa kak Lak
last updateLast Updated : 2025-03-13
Read more

109. Bahagia dalam Gelap

“Dua menit sepuluh detik.” Dirga mematikan stopwatch dari ponselnya dengan gembira. “Kamu menghitung apa?” tanya Laksa penasaran. Saat ini mereka sedang duduk di taman rumah sakit, saat Laksa dan Luna terlibat percakapan tadi, tiba-tiba sang mama datang bersama Dirga, membawakan makanan kesukaan Laksa dan Luna. Sungguh perhatian yang membuat dada Laksa menghangat, meski rasa malu dan gengsi masih membatasinya untuk kembali masuk dalam pelukan mamanya. Dirga menoleh pada Laksa, terlihat sangat gembira, membuat Laksa mengerutkan keningnya bingung. “Rekor sebelumnya ternyata sudah terpecahkan.” “Rekor apa? sebenarnya apa yang sedang kamu bicarakan?” Dirga mengarahkan telunjuknya pada Luna dan mama mertuanya yang sedang asyik bersenda gurau. “Bagiamana menurutmu pemandangan di sana, maksudku saat dua orang itu tertawa lepas?” Laksa tersenyum, “sangat indah, aku suka melihatnya.” “Keduanya atau salah satu?” “Keduanya tentu saja, a
last updateLast Updated : 2025-03-13
Read more

110. Usaha Dong

Laksa bukan orang yang suka menunda masalah memang, baginya lebih cepat masalah bisa diselesaikan lebih cepat pula hasilnya akan kelihatan, begitulah yang dia lakukan selama ini. Akan tertapi serang bukan waktunya untuk memikirkan tentang hal lain, Luna masih sangat perlu perhatian darinya, apalagi hubungan mereka yang barusan membaik membuat Laksa berharap banyak. “Ada apa, Kak? Siapa yang menelepon?” tanya Luna yang melihat Laksa tiba-tiba terdiam di tempat duduknya. Laksa memandang Luna sejenak, menimbang apa akan mengatakan semuanya atau tidak, sejujurnya dia tak ingin membebani pikiran Luna dengan perkara itu, tapidia sudah banyak belajar dari kesalahan sebelumnya. Sekarang dia bukan lagi laki-laki lajang yang bisa memutuskan apapun sekehendak hatinya, ada Luna di sisinya yang akanberbagi suka dan duka dengannya. “Aku harap kamu tidak berpikir yang berlebihan.” Dirga menghela napasnya sebentar dan memandang Luna dalam. “Beberapa hari yang lalu aku min
last updateLast Updated : 2025-03-14
Read more
PREV
1
...
789101112
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status