Semua Bab Pijatan Nikmat Sang CEO: Bab 151 - Bab 160

252 Bab

Bab 151 – Bersama Menghadapi Dunia

Langit fajar mulai merekah ketika Nathaniel berdiri di tepi jendela ruang kerjanya, menatap panorama kota yang perlahan-lahan kembali hidup. Setelah semua badai yang mereka lalui, kini dunia seakan memberi mereka kesempatan untuk memulai kembali—dengan kekuatan yang lebih besar dan keyakinan yang lebih kokoh.Di belakangnya, Arissa tengah meninjau beberapa dokumen penting yang baru saja dikirimkan oleh tim hukum. Wajahnya serius, tetapi ada ketenangan dalam setiap gerakannya, sesuatu yang tidak terlihat dari dirinya beberapa bulan lalu. Kini, ia bukan hanya seseorang yang mendukung Nathaniel dari balik layar, tetapi juga seorang wanita yang berdiri tegak di sisinya, menghadapi dunia bersama.Nathaniel akhirnya berbalik dan mendekati Arissa, menarik kursi di sampingnya. "Bagaimana menurutmu?" tanyanya, menunjuk dokumen yang sedang ditelaah Arissa.Wanita itu menutup mapnya perlahan. "Situasi kita jauh lebih stabil dibandingkan sebelumnya. Klien yang sempat menarik diri mulai kembali, d
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-19
Baca selengkapnya

Bab 152 – Merayakan Kebersamaan

Malam itu, langit kota dipenuhi bintang yang bersinar terang, seolah-olah merayakan kemenangan yang telah diraih Nathaniel dan Arissa. Setelah berbulan-bulan penuh dengan konflik, pengkhianatan, dan tekanan yang terus-menerus menghantam mereka, akhirnya mereka bisa menghela napas lega.Nathaniel berdiri di balkon apartemennya, memandangi lampu-lampu kota yang berkilauan di kejauhan. Di belakangnya, Arissa baru saja selesai menyiapkan dua gelas anggur. "Jadi, bagaimana rasanya akhirnya bisa beristirahat tanpa harus terus-menerus memikirkan strategi dan serangan balik?" tanyanya dengan senyum kecil.Nathaniel berbalik, matanya penuh kehangatan saat melihat Arissa mendekatinya. "Jujur saja, rasanya aneh. Seakan-akan aku masih harus bersiap menghadapi sesuatu. Tapi untuk pertama kalinya dalam waktu yang lama… aku merasa tenang."Arissa menyerahkan segelas anggur padanya, lalu bersandar di pagar balkon. "Kita sudah melalui banyak hal. Rasanya hampir tidak nyata bahwa akhirnya kita bisa ber
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-19
Baca selengkapnya

Bab 153 – Janji untuk Masa Depan

Malam itu, angin sepoi-sepoi berembus lembut melalui jendela balkon apartemen Nathaniel, membawa ketenangan setelah begitu banyak gejolak yang mereka hadapi. Arissa duduk di sofa, menatap segelas anggur di tangannya dengan ekspresi tenang. Meski suasana terasa nyaman, ada sesuatu yang belum diungkapkan, sesuatu yang menggantung di antara mereka sejak kemenangan atas Markus.Nathaniel, yang selama ini dikenal sebagai pria dingin dan sulit ditebak, duduk di sebelahnya. Namun malam ini, ada sesuatu yang berbeda dalam caranya menatap Arissa—lebih hangat, lebih dalam, seolah ingin menyampaikan sesuatu yang sulit diucapkan dengan kata-kata.“Aku ingin mengatakan sesuatu,” ucap Nathaniel akhirnya, suaranya sedikit lebih pelan dari biasanya.Arissa menoleh, menatapnya dengan rasa ingin tahu. “Apa itu?”Nathaniel menarik napas dalam, mencoba menyusun kata-kata yang selama ini tertahan dalam hatinya. “Aku bukan pria yang pandai berbicara soal perasaan. Sejak kecil, aku diajarkan bahwa menunjukka
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-20
Baca selengkapnya

Bab 154 – Pengakuan yang Tertunda

Malam itu, Nathaniel duduk di ruang kerjanya, menatap keluar jendela gedung pencakar langit yang memberikan pemandangan kota yang gemerlap. Biasanya, cahaya lampu kota memberinya ketenangan, tetapi kali ini pikirannya penuh dengan keraguan yang selama ini ia pendam.Nathaniel bukan pria yang terbiasa mengungkapkan perasaannya. Selama ini, ia selalu berpikir bahwa perasaan adalah sesuatu yang harus dikendalikan, bukan sesuatu yang harus diungkapkan. Namun, semakin lama ia menahan semuanya, semakin besar rasa sesak yang ia rasakan dalam dadanya.Ia sudah memenangkan banyak pertempuran, baik di dunia bisnis maupun dalam menghadapi musuh-musuhnya. Namun, ada satu pertempuran yang belum ia menangkan—pertempuran melawan dirinya sendiri.Dengan napas berat, ia meraih ponselnya dan menghubungi Arissa.“Bisakah kita bertemu?” tanyanya singkat.Di seberang sana, Arissa terdiam sesaat sebelum menjawab, “Tentu. Di mana?”“Di apartemenku. Aku ingin membicarakan sesuatu yang penting.”Arissa bisa m
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-20
Baca selengkapnya

Bab 155 – Menuju Masa Depan Bersama

Pagi itu, matahari bersinar lembut, menembus jendela kamar apartemen Nathaniel. Arissa duduk di balkon, menikmati secangkir teh hangat, sementara pikirannya masih dipenuhi dengan kejadian semalam.Nathaniel telah mengungkapkan perasaannya dengan jujur, sesuatu yang tidak pernah ia sangka akan terjadi secepat ini. Namun, yang lebih mengejutkan lagi adalah betapa mudahnya ia menerima perasaan itu.Tak ada lagi kebimbangan. Tak ada lagi ketakutan yang dulu selalu menghantuinya.Selama ini, ia selalu ragu untuk terikat pada seseorang. Pengalaman masa lalunya membuatnya takut untuk terlalu bergantung, terlalu berharap, atau bahkan terlalu percaya pada orang lain. Namun, bersama Nathaniel, semua itu perlahan berubah.Ketika Nathaniel mengatakan bahwa ia menginginkannya tidak hanya sebagai mitra bisnis tetapi juga sebagai bagian dari hidupnya, Arissa tahu bahwa pria itu tidak main-main.Ia menyandarkan kepalanya di sandaran kursi, menarik napas panjang, lalu tersenyum kecil.Saat itu juga, i
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-20
Baca selengkapnya

Bab 156 – Awal Baru yang Kuat

Matahari terbit perlahan di ufuk timur, menyinari gedung-gedung pencakar langit dengan cahaya keemasan. Nathaniel dan Arissa berdiri di balkon apartemen mereka, menikmati pagi yang tenang setelah sekian lama hidup mereka dipenuhi badai.Arissa menyandarkan kepalanya di bahu Nathaniel, merasa nyaman dengan kehangatan yang dipancarkan pria itu. Dulu, ia tidak pernah membayangkan bahwa hidupnya akan sampai di titik ini—berdampingan dengan seseorang yang dulunya hanya rekan bisnis, lalu menjadi seseorang yang begitu berarti dalam hidupnya.Nathaniel meraih tangannya dan menggenggamnya erat. "Kita telah melewati banyak hal," katanya pelan, suaranya terdengar penuh makna.Arissa mengangguk, mengingat kembali perjalanan mereka. Dari awal yang penuh ketegangan, persaingan, dan ketidakpercayaan, hingga akhirnya mereka bisa berdiri bersama, tidak hanya sebagai mitra bisnis tetapi juga sebagai pasangan yang saling mendukung."Dulu aku berpikir bahwa aku bisa m
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-21
Baca selengkapnya

Bab 157 – Memulai Hidup Bersama

 Pagi itu, sinar matahari yang hangat menyelinap melalui tirai jendela, menerangi ruangan dengan cahaya keemasan. Nathaniel duduk di sofa dengan secangkir kopi di tangannya, sementara Arissa duduk di seberangnya dengan tablet di pangkuan."Kita harus mulai menyusun strategi untuk ekspansi perusahaan ke Eropa," kata Nathaniel sambil membaca laporan yang baru saja diterimanya dari tim riset. "Aku ingin memastikan bahwa kita tidak hanya bertahan, tapi juga berkembang."Arissa mengangguk, menyadari bahwa mereka tidak bisa berdiam diri setelah semua yang terjadi. Dunia bisnis selalu bergerak, dan mereka harus tetap selangkah lebih maju. "Aku setuju. Tapi kita juga perlu mempertimbangkan dampak jangka panjang. Jangan sampai kita terlalu fokus pada ekspansi dan melupakan stabilitas yang baru saja kita bangun."Nathaniel tersenyum, senang dengan cara Arissa berpikir. Itulah yang membuatnya semakin yakin bahwa ia tidak hanya memiliki rekan bisnis yang luar b
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-21
Baca selengkapnya

Bab 158: Memutus Rantai

Keheningan Nathaniel di sepanjang perjalanan pulang dari markas penyekap Arissa terasa membekukan. Mobil yang ia kemudikan melaju di tengah malam, menerobos kegelapan seperti hatinya yang tengah menerobos labirin pikiran yang membingungkan. Tangannya gemetar samar di kemudi, bukan karena lelah fisik, melainkan guncangan batin yang terlalu kuat untuk ditahan.Arissa tertidur di kursi penumpang, wajahnya masih pucat namun lebih tenang. Sesekali Nathaniel melirik ke arahnya, meyakinkan diri bahwa ia benar-benar selamat, bahwa semua kekacauan ini memiliki satu titik terang.Pengkhianatan Damien terngiang kembali dalam benaknya. Bukan hanya pengkhianatan hari ini, tapi rangkaian panjang manipulasi yang baru ia sadari telah membentuk sebagian besar hidupnya. Telepon dari Victor beberapa jam lalu menambah beban di pundaknya."Ayahmu tahu tentang rencana penyanderaan itu sejak awal," kata Victor dengan nada datar. "Ia memanfaatkanmu seperti bidak catur, Nate."Na
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-21
Baca selengkapnya

Bab 159: Lembaran Baru

Kantor Nathaniel terasa berbeda pagi itu. Meskipun secara fisik tidak ada yang berubah—lukisan abstrak masih tergantung di dinding, tanaman hias masih hijau di sudut ruangan, dan pemandangan kota masih terbentang di balik jendela besar—ada sesuatu yang terasa lebih ringan di udara. Mungkin itu adalah tidak adanya beban tak terlihat yang selama ini ia pikul tanpa sadar.Sudah dua minggu sejak surat perpisahannya dikirim ke keluarganya. Dua minggu tanpa panggilan telepon manipulatif, tanpa permintaan yang menyamarkan perintah, tanpa politik keluarga yang melelahkan. Nathaniel menghirup napas dalam-dalam. Udara terasa lebih segar di paru-parunya."Jadi ini rencana restrukturisasi lengkapnya," ujar Maya, asisten barunya, sambil meletakkan setumpuk dokumen di meja. "Tim legal sudah menyetujui semua poin-poinnya."Nathaniel mengangguk. "Terima kasih, Maya. Tolong jadwalkan rapat dengan seluruh kepala departemen untuk besok pagi."Setelah Maya keluar
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-22
Baca selengkapnya

Bab 160: Melepaskan Ketakutan

Arissa mengabaikan panggilan telepon dari nomor tak dikenal itu untuk keempat kalinya hari ini. Jantungnya masih berdegup kencang, refleks dari trauma yang belum sepenuhnya hilang. Meski sudah hampir sebulan sejak penyanderaannya, bayangan itu masih menghantuinya—tangan kasar yang membekap mulutnya, ruangan gelap yang berbau lembab, dan ketidakpastian yang mencekam.Ia menggenggam cangkir teh di tangannya lebih erat. Uap hangat yang mengepul seolah mengaburkan wajahnya yang terpantul di jendela kafe. Di luar, hujan turun rintik-rintik, menciptakan melodi samar yang biasanya menenangkan. Tapi tidak hari ini."Maaf aku terlambat," suara Nathaniel memecah lamunannya. Pria itu menghampiri mejanya dengan senyum hangat, rambut sedikit basah terkena hujan. "Rapatnya sedikit molor."Arissa mencoba tersenyum. "Tidak apa-apa. Aku juga baru datang."Kebohongan kecil. Ia sudah duduk di sini selama empat puluh menit, mengamati setiap orang yang masuk dengan wasp
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-22
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1415161718
...
26
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status