Malam itu, angin sepoi-sepoi berembus lembut melalui jendela balkon apartemen Nathaniel, membawa ketenangan setelah begitu banyak gejolak yang mereka hadapi. Arissa duduk di sofa, menatap segelas anggur di tangannya dengan ekspresi tenang. Meski suasana terasa nyaman, ada sesuatu yang belum diungkapkan, sesuatu yang menggantung di antara mereka sejak kemenangan atas Markus.Nathaniel, yang selama ini dikenal sebagai pria dingin dan sulit ditebak, duduk di sebelahnya. Namun malam ini, ada sesuatu yang berbeda dalam caranya menatap Arissa—lebih hangat, lebih dalam, seolah ingin menyampaikan sesuatu yang sulit diucapkan dengan kata-kata.“Aku ingin mengatakan sesuatu,” ucap Nathaniel akhirnya, suaranya sedikit lebih pelan dari biasanya.Arissa menoleh, menatapnya dengan rasa ingin tahu. “Apa itu?”Nathaniel menarik napas dalam, mencoba menyusun kata-kata yang selama ini tertahan dalam hatinya. “Aku bukan pria yang pandai berbicara soal perasaan. Sejak kecil, aku diajarkan bahwa menunjukka
Terakhir Diperbarui : 2025-03-20 Baca selengkapnya