Home / Romansa / TERPAKSA BERBAGI CINTA / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of TERPAKSA BERBAGI CINTA: Chapter 41 - Chapter 50

53 Chapters

41

Setelah berkendara 2 jam melewati kembali bukit berkelok dan lembah hijau, kami akhirnya sampai di gerbang baja penanda kebun milik ayah, Irfan memarkirkan motornya di bawah pohon mangga dan ayah yang terlihat duduk di saung langsung menyambut dan melambaikan tangannya."Semalam aku agak gelisah dan khawatir tapi karena mengetahui bahwa kau bersama Irfan, aku jadi lega, dan Alhamdulillah kalian sudah pulang dengan selamat," ujar ayah menyambutku.Kami duduk di dekat ayah yang terlihat baru selesai mencangkul parit dia menyandarkan tubuhnya di dinding saung sambil mengipas-ngipasi wajahnya. Kuambil segelas air yang sudah disiapkan ibu lalu meneguknya dan kami saling bertanya kabar dan perkembangan."Di Klinik kemarin lancar?""Iya." Aku menjawab lalu melanjutkan minum air."Kau haus sekali ya?" tanya ayah terkekeh "Ya, perjalanan yang melelahkan terlebih Aku sedang hamil," jawabku."Ibumu sudah memetik jambu dan pepaya, kau bisa merujaknya siang nanti," ujar ayah membelai bahuku
last updateLast Updated : 2025-03-01
Read more

42

Aku sedang sibuk menyirami tanaman tanaman sayur yang kudapatkan bibitnya dari Irfan.Ketika seorang gadis menghampiri dan langsung mengatakan sesuatu."Teteh, gak tau diri apa, kalau Teteh lagi hamil? mau melahirkan bayi pun, Teteh masih sempat-sempatnya jadi pelakor bagi hubunganku dan Kang Irfan!" tiba-tiba wanita itu langsung datang mencecar dan mengomel dihadapanku. Aku mendongak menghentikan pekerjaanku. Perut sudah mulai membuncit membuat ruang gerak terbatas sehingga dengan penuh kehati-hatian dan gerakan lambat aku berusaha bangkit untuk menghadapinya.Tidak untuk bertengkar tapi untuk bicara dengan pelan."Aku tidak jadi pelakor, dan tidak tertarik sedikit pun, pria itu yang menyukaiku.""Lalu kenapa teteh menerimanya?""Karena aku rasa dia baik.""Berarti Teteh memang menginginkan kang Irfan, Buktinya kalian akan menikah! Tidak suka dari mananya? jika itu sudah jelas-jelas terbukti. Beritanya tersebar dan menciptakan kehebohan di dalam keluarga kami. Apa Teteh puas memb
last updateLast Updated : 2025-03-01
Read more

43

"Daripada kamu disakiti terus lebih baik untuk sementara, jagalah dulu jarakmu dengan Irfan," saran ayah ketika kami membahas peristiwa pagi tadi di meja makan."Iya, betul ayah.""Ayah tidak mau kau disakiti, beserta bayi yang ada di dalam kandunganmu yang seakan-akan terpaksa mencari ayah."Aku tidak mampu membalas kata-kata ayah, bola mataku memanas dan airmataku tumpah begitu saja."Anakku, aku tidak bermaksud menyakitimu, tapi menjauhkanmu dari segala gangguan seperti itu adalah kewajiban kami agar kau tetap merasa sehat dan waras.""Terimakasih Apa yang ayah katakan, sungguh benar.""Aku akan bicara pada Irfan agar menjaga jarak kalian untuk sementara ini, aku harap dia tidak tersinggung atau terluka hati, setidaknya sampai cucuku lahir dan kau sehat kembali.""Apakah aku salah jatuh cinta padanya?""Tidak, Nak, hanya waktu saja yang tidak tepat," balas ibu menggenggam tanganku."Ya, kamu anak yang kuat, bayimu juga akan jadi anak yang sehat lagi berbakti, bersabar untuk seben
last updateLast Updated : 2025-03-02
Read more

44

Benar!Kami dikumpulkan dalam satu ruangan, adiknya Rindi Mas Azlam memanggilku, lalu ketika kami sudah berkumpul, Budhe Mega memulai percakapan. "Mungkin Sofia merasa bahwa kedatangan kami hanya kumpul keluarga, sebenarnya kami ke sini ingin mengutarakan maksud baik," ujarnya."Ada apa Budhe?" tanyaku makin penasaran."Begini, aku ingin menjodohkan kamu dan Azlam, agar kalian bisa saling menjaga dan menyayangi. Anakku sudah lama mencari calon istrinya dan ketika kuceritakan tentang Sofia, dia langsung mengutarakan siap menyambut dirimu sebagai istri dan ayah bagi bayi itu."Aku dan kedua orang tuaku saling menatap dan bingung, baik aku maupun ayah, kami sama-sama galau memikirkan perihal permintaan Irfan kemarin."Tapi saya ... sejujurnya belum siap untuk pernikahan," jawabku pelan."Kami paham bahwa setelah perceraian itu kamu mengalami trauma dan luka hati mendalam, kami akan menunggu, kamu bisa ambil waktu sepuasmu," jawab Ayahnya Mas Azlam."Saya, belum bisa menentukan pilihan,
last updateLast Updated : 2025-03-02
Read more

45

Kini aku sendiri, termenung di bangku menatap luas hamparan hijau padi dengan perasan gamang. Aku berada dalam kebingungan dan dilema panjang. Aku tahu, bahwa Tuhan menjanjikan setelah kesusahan ada kebaikan dan kebahagiaan, tapi kebaikan yang datang sekarang ada dua dan aku bingung menentukan akan condong ke arah yang mana.Galau hati ini memilih antara Irfan pemuda mandiri, dan penuh perhatian, dia selalu membuatku ceria atau Mas Azlam yang lembut, alim dan mapan yang merupakan kerabat dekat, keduanya punya sisi baik, di mana aku sulit menentukan harus memilih siapa.Kini cara satu satunya adalah mencatat hal hal yang kurang baik atau aral yang akan membuat hubungan kami di masa depan tak akan bahagia. Misalnya Irfan, kedua orang tuanya menentang, mereka kompak menyoroti kehamilan dan status jandaku. Mereka merasa bahwa anak mereka yang lebih memilihku yang dicampakkan suami adalah sebuah keputus-asaan.Orah tua dan keluarga Irfan merasa bahwa menikahiku adalah aib yang mema
last updateLast Updated : 2025-03-03
Read more

46

Sebulan lebih berlalu.Aku tak mengerti mengapa hari ini firasatku tak nyaman, aku tak tahu mengapa hatiku galau tak berujung, mendung di ujung sana membuat perasaanku makin tak menentu."Kamu kenapa Nak?"Ibu yang tidak tahan memperhatikan aku uyang terus berdiri di dekat pintu dan menatap hamparan kebun lantas bertanya,"Apa ada hal yang menggangu?""Tidak, aku hanya mulai merasa tak nyaman di perut," jawabku.Ibu mendekat lantas mengelus perutku yang membuncit besar, dia tersenyum lembut dan mengajakku duduk."Apa hari taksiran persalinan sudah dekat?""Mungkin sudah," jawabku gamang."Akhir-akhir ini kamu sering berdiam diri dan termenung? Apa kedua pria yang melamarmu itu membuatmu sangat galau dan sedih?""Sedikit tentang itu, tak semuanya menggangguku. Aku hanya galau mempersiapkan mental untuk hari kelahiran," jawabku.Wanita tercintaku itu lalu tersenyum sambil menghela nafas panjang. Dia meraih tanganku dan menggenggamnya dengan erat."Ibu paham bahwa di masa akhir akhir ke
last updateLast Updated : 2025-03-03
Read more

47

Aku mendengar tangisan bayiku mengudara memenuhi ruangan ini. Seakan mendapatkan energi baru, aku merasa seolah baru saja dihidupkan dari kematian panjang. Sakit yang sejak pagi pagi mendera langsung lenyap begitu saja ketika tahu bahwa anakku terlahir sehat tak kurang satu apapun."Alhamdulillah, Bu. Bayinya perempuan," kata Ibu Bidan sembari sibuk membungkus anakku dan meletakkannya ke tempat tidur hangat, selanjutnya bidan yang nampak lembut hati itu mendekati dan melanjutkan perawatanku.Karena begitu lelah, perlahan kesadaranku mulai menurun, rasanya kelopak mata ini mulai terasa berat selagi bidan menjahitkan bagian kewanitaanku. Mungkin aku tertidur setelahnya, aku lupa tentang betapa sakitnya perjuangan berjam jam tadi dan betapa geramnya aku pada mas Akbar yang datang tanpa diundang. Tadinya, diri ini sedikit khawatir bahwa mungkin saja dia akan menculik anak kami, tapi rasa kantuk yang mendera saat itu sama sekali tidak bisa kutahan.Aku terbangun dan membuka mata,
last updateLast Updated : 2025-03-06
Read more

48

"Assalamualaikum ..." Keluarga Budhe Mega sudah sampai, mereka turun dari mobil, mengucapkan salam dan kedua orang tuaku menyambut dengan wajah berbinar. "Assalamualaikum, Sofia," ucap Mas Azlam mengulurkan tangan, agak ragu diri ini menyambut, gemetar telapak tanganku dan berdebar perasaan di dalam dada. Entah kenapa aku sangat malu padanya."Walaikum salam Mas," balasku. Hati ini sudah tak karuan canggungnya. Sempat kumarahi diri sendiri mengapa aku harus bersikap sekaku ini, aku menyambut tangan ibu dan adik Mas azlam dengan ramah tapi tatapan mataku terus terarah padanya.Kuperhatikan kali ini penampilannya baru, rambutnya lebih rapi, wajahnya bersih dari bulu-bulu halus, dia terlihat makin tampan dan jujur mungkin, aku terpesona."Mana bayinya, Tante?" tanya Mas Azlam pada ibu."Sebentar, Tante ambil ya," ucap ibu sambil bersemangat menuju kamarku. Tak lama kemudian ibu datang membawa anakku dengan kebanggaan yang terpancar jelas di roman wajahnya."Ini dia, Sabrina, dia cucuku
last updateLast Updated : 2025-03-06
Read more

49

Dari kejauhan matahari mulai menunjukkan sinarnya. Kupandangi cahaya jingga cantik di ufuk timur dari jendela kamar sambil merenungi kejadian selama beberapa hari belakangan.Semua itu hanya tentang satu orang.Mungkin aku wanita terkejam karena hanya memikirkan diri sendiri dan tidak berusaha untuk menunjukkan betapa aku ingin bersama dengan Irfan. Perasaan ini merasa bersalah dan sejauh yang kupahami, selama ini akulah yang tidak memperjuangkan cinta. Kalimat di bibir ingin bersama, namun aku hanya pasrah terhadap penolakan keluarganya. Aku hanya duduk berpangku tangan sementara hanya dia sendiri yang berusaha untuk segalanya. Ya, hanya dia. Rasanya ini tidak adil, tiba-tiba aku memilih pria lain yang ternyata lebih mapan darinya tapi beginilah dunia wanita, meski kadang kami mementingkan perasaan, wanita juga harus realistis sewaktu-waktu. Aku memilih Mas Azlam dengan segala pertimbangan yang sudah ku pikirkan matang-matang. Aku tahu Irfan terluka, dia sedih dan kecewa karena
last updateLast Updated : 2025-03-07
Read more

50

Kata orang, siapa saja yang akan menghadapi hari bahagia, mereka pasti akan diliputi banyak halangan dan rintangan. Jujur aku berdebar, sedikit gelisah dan takut, bahwa melepas status janda ini akan kembali membawa luka yang sama seperti saat aku bersama Mas Akbar.Kupeluk bayi yang ada di dalam gendonganku, sejak kehadirannya aku sering mencurahkan isi hati dan berbicara dengan putriku Sabrina. Bayi cantik yang seakan mengerti kegelisahan ibunya kadang memberikan respon dengan sentuhan tangan kadang juga serupa senyuman yang menguatkan."Mama mau membuka hati dan mencoba menikah kembali apakah Sabrina membolehkan itu terjadi?" tanyaku sambil memeluk bayi itu dan mencoba menidurkannya."Anakmu pasti setuju, Ibu yakin bahwa dia bahagia melihat mamanya bahagia," timpal ibu yang tiba-tiba datang membawakan segelas susu dan meletakkannya di meja kamarku."Aku gundah Bu...""Yang membuat dirimu gundah adalah pendekatanmu dengan Azlam atau masa lalumu yang terus menakut-nakuti?""Sebenarnya
last updateLast Updated : 2025-03-07
Read more
PREV
123456
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status