Semua Bab Dinikahi Calon Adik Ipar: Bab 71 - Bab 80

89 Bab

Bab 71. Buatmu, Selalu Ada Waktu

Lewat somasi, tim legal akan meminta sejumlah akun gosip untuk segera menghapus setiap unggahan yang memuat informasi tidak benar tentang Sena dan Kanya. Jika tidak diindahkan dalam waktu 1x24 jam, perusahaan akan mengambil langkah hukum dengan melaporkan mereka atas dugaan tindak pidana penyebaran berita bohong dan pencemaran nama baik.“Lebih baik atas nama pribadi, bukan perusahaan.”Sena menyadari bahwa citra buruknya bisa merugikan perusahaan. Bisnis mereka mungkin saja bakal terganggu. Namun, sejauh ini dia belum merasa perusahaan perlu turun tangan dalam masalah pribadinya.“Pak Sena bisa mengajukannya secara pribadi, tetapi perusahaan juga tetap bertindak.”Andi tahu, apa yang dia ucapkan barusan membuat Sena tidak senang. Namun, dia sudah menyiapkan penjelasan lanjutan yang semestinya tak bakal dibantah.“Kata Pak Indra, perusahaan tidak bisa tinggal diam,” ungkap Andi. “Meski sentimen pasar saat ini masih aman, situasinya sangat mungkin berubah sewaktu-waktu, terlebih karen
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-30
Baca selengkapnya

Bab 72. Bukan Cinta Sepihak?

Saat pekerjaan sedang banyak-banyaknya dan terlalu menguras energi, Mika memang cenderung enggan membawa kendaraan sendiri. Rasanya dia tak punya cukup tenaga untuk menyetir sendiri, jadi lebih baik mengandalkan taksi atau nebeng sana-sini.Hari ini pun begitu. Mika mengandalkan ojek daring, termasuk ketika dirinya pergi ke rumah Kanya selepas jam kerja.Pulangnya, Mika juga mestinya naik taksi. Namun, baru saja membuka aplikasi andalannya, ponsel Mika tiba-tiba direbut Zidan dan akhirnya sudah bisa ditebak. Mika pulang bersama mantan kekasihnya.Sepanjang perjalanan, Mika melampiaskan emosi pada pria yang pernah mewarnai hari-harinya itu. Apa pun yang terasa mengganjal, dia lontarkan saja tanpa berpikir panjang. Sebagian dirinya tanpa sadar yakin bahwa Zidan pasti akan menjadi pendengar yang baik, seperti saat mereka masih bersama dulu.“Pantas kalian temenan bisa awet banget. Ternyata setipe, sama-sama nggak bisa tegas sama mantan!”Mika awalnya cuma mau mengomel soal Sena, tetapi t
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-31
Baca selengkapnya

Bab 73. Lakukan Sesukamu!

Sena hanya tidur ayam. Meski matanya terpejam, sesungguhnya dia tidak benar-benar terlelap, apalagi sampai bermimpi.Dia gampang sekali terbangun. Sedikit saja gangguan bisa membuatnya terjaga tiba-tiba dan itulah yang terjadi padanya beberapa saat lalu.Kedua mata Sena terbuka sempurna saat terdengar suara langkah kaki di luar kamarnya. Irama langkahnya tak seperti milik Kanya. Setahunya, Kanya bukan seseorang yang suka berjalan dengan menyeret kakinya begitu.Kewaspadaan Sena meningkat ketika suara tersebut menghilang perlahan. Saat mulai beranjak dari ranjang, Sena kembali mendengar hal mencurigakan. Kali ini bukan langkah kaki, tetapi seperti bunyi kursi yang diseret.Sena memutuskan untuk mengecek ke luar kamar. Dia berjalan perlahan menuruni tangga sambil memeriksa situasi di sekelilingnya.Perhatian Sena jatuh ke arah dapur yang lampunya tampak menyala. Dilihat dari pendarnya yang redup, Sena tahu bahwa itu adalah lampu gantung di atas meja makan.Sena mempercepat langkahnya, l
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-31
Baca selengkapnya

Bab 74. Morning Kiss

Perceraian tidak serta-merta membuat hidup Kanya menjadi lebih baik. Pasti ada saja omongan sumbang tentang statusnya sebagai janda kembang. Dia mungkin saja juga bakal jadi incaran pria hidung belang dan pikiran sempit mereka soal perempuan yang pernah menikah.Misal Kanya kebetulan kembali menemukan tambatan hati, kemungkinan bakal serba salah juga. Jika si pria masih bujang, orang-orang mungkin bakal menyayangkan keputusannya yang malah menjalin hubungan dengan janda. Sebaliknya, jika pria itu pernah menikah, selalu ada kemungkinan Kanya dicap sebagai perusak rumah tangga.Belum lagi jika Kanya berniat menulis tentang cinta, mungkin akan banyak orang yang langsung meremehkannya. Perempuan yang menjanda setelah menjalani pernikahan bisnis, memangnya tahu apa soal cinta?Ke mana saja Kanya pergi dan apa pun yang dia lakukan, situasinya mungkin akan lebih sering jadi terasa tak menyenangkan. Belum lagi perihal kelanjutan bisnis keluarganya. Sungguh akan banyak hal tidak baik yang mun
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-01
Baca selengkapnya

Bab 75. Sena Dipecat?

Indra mengetuk papan catur dengan ujung jari, menghasilkan suara yang cukup menguji konsentrasi Sena, lawan mainnya. “Mantanmu mau dibiarkan berulah sampai kapan?” tanya Indra sambil memainkan pionnya perlahan.Sena yang duduk di depan ayahnya terdiam sejenak. Matanya tertuju pada ratu hitam di sudut papan.“Papa minta aku ke kantor sepagi ini cuma karena penasaran soal masalah itu?” Sena balik bertanya tanpa melihat ke arah ayahnya.Sang ayah tersenyum miring, lalu kembali menggerakkan pionnya. Tak berniat membalas tanggapan sinis anaknya, Indra kemudian berkata, "Bisa-bisanya kamu membiarkan perempuan itu menyakiti menantu kesayangan Papa.”Kecuali memang ada agenda pagi, jarang-jarang Sena sampai kantor pukul tujuh. Kalau bukan karena ayahnya, sekarang dia pasti sedang sarapan bersama Kanya, bukannya malah mendadak main catur begini.“Mantanmu udah berulah lumayan lama, kan? Kalau jadi istrimu, Papa minimal udah minta cerai tiga kali.”Sena cuma diam. Sama sekali tidak ada niat me
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-02
Baca selengkapnya

Bab 76. Kenapa Kanya Harus Tahu?

Sena tahu bahwa Mika membencinya. Sahabat istrinya itu hampir selalu bersikap defensif di depannya. Bahkan, hingga tadi malam, kebencian Mika terhadapnya masih sangat kentara.“Mungkin Kanya bakal bisa makan lebih banyak kalau dicium dulu.”Namun, ada apa dengan Mika pagi ini? Mengapa mantan kekasih Zidan ini mengatakan sesuatu yang membuat Sena seolah telah berbalik arah mendukungnya?Jadi, tidak berlebihan jika pria itu menoleh cepat ke arah Mika. Mata Sena menyipit, jelas memastikan dirinya tidak salah dengar.Reaksi serupa pun ditunjukkan Kanya. Dia yang awalnya hanya fokus mengelus perutnya pun mendongak dengan ekspresi terkejut. Aneh rasanya mendengar Mika melontarkan guyonan semacam itu kepada Sena.“Mika!” seru Kanya, suaranya tertahan antara malu dan kesal.Tersenyum jahil, Mika cuma mengangkat bahunya sambil memandang Kanya dan Sena secara bergantian.Zidan, di sisi lain, berusaha semampunya agar tidak tergelak. Diam-diam dia bangga pada Mika yang sukses membikin sejoli di h
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-03
Baca selengkapnya

Bab 77. Hari Baik untuk Bercerai

Zidan tahu soal rasa bersalah Sena terhadap mendiang kakaknya. Sena selalu berkeyakinan bahwa tidak seharusnya dia mempunyai perasaan istimewa untuk orang yang dicintai sang kakak. Sejak lama, begitu menyadari betapa Arga menyukai Kanya, Sena memilih untuk memendam perasaan tanpa sempat mengungkapkannya. Sena melarang dirinya sendiri untuk mempertahankan rasa ingin memiliki, terlebih setelah mengetahui bahwa Kanya juga menyukai kakaknya.Biarpun sempat menganggapnya berlebihan, Zidan pun akhirnya paham mengapa Sena merasa bersalah atas kematian Arga. Sena sangat menyesal karena tidak ada di sana ketika sang kakak mengembuskan napas terakhir. Belum lagi setelah melihat Kanya hancur hatinya karena kehilangan tunangan tercinta—Zidan bahkan pernah menyaksikan Sena memukuli dirinya sendiri karena frustasi.Walau sempat terkubur sekian lama, perasaan Sena untuk Kanya sejatinya tidak pernah benar-benar menghilang dan Zidan tahu soal itu. Begitu pula dengan rasa bersalah yang terus menghantu
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-04
Baca selengkapnya

Bab 78. Bagaimanapun, Aku Suamimu!

Andi berdiri tegak di dekat pintu keluar terminal kedatangan. Matanya awas menyapu kerumunan hingga akhirnya menemukan sosok yang dia tunggu.Tanpa banyak bicara, Andi segera maju, menghampiri Jingga yang melangkah anggun diikuti Chacha, asisten pribadi favoritnya.“Selamat siang, Bu Jingga. Saya diminta Pak Sena untuk menjemput dan mengantarkan Bu Jingga ke lokasi janji temu,” kata Andi setelah menyapa dengan anggukan sopan.“Selamat siang,” balas Jingga seraya tersenyum ramah. “Sekretarisnya Mas Sena, ya?”Andi kembali mengangguk sopan. Tangannya lalu sigap mengambil alih dua koper yang dibawa Chacha.“Mari, Bu. Mobilnya sudah siap,” ujar Andi sambil menunjuk arah yang hendak mereka tuju dengan gerakan tangan nan santun.Andi lantas membimbing Jingga dan Chacha menuju mobil hitam yang sudah menunggu di tepi jalan khusus area penjemputan.“Punggungnya aja ganteng,” gumam Chacha sembari mengamati postur tubuh ideal Andi dari belakang.Tentu saja ini bukan pertama kalinya Chacha bertem
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-04
Baca selengkapnya

Bab 79. Mau Jambak-jambakan Nanti Malam?

Meski langit masih terang, matahari sudah mulai turun perlahan dari puncaknya saat Kanya dan Mika menikmati waktu berdua di area restoran.“Ini pertama kali aku nemenin kamu ke sini,” ujar Mika. “Ternyata tempatnya beneran sebagus ini. Pantes kamu betah berhari-hari di sini.”Kanya cuma tersenyum, membiarkan matanya menyapu pemandangan indah yang tersaji di hadapannya. Hotel tepi laut ini memang tidak pernah membuatnya kecewa. Bukan hanya karena panorama laut nan memukau, melainkan juga setiap sudutnya yang terasa sengaja dirancang untuk memberi ketenangan.“Nanti jalan-jalan ke pantai, yuk! Lihat sunset mumpung cuacanya cerah banget.”Kanya mengangguk sambil mengacungkan jempol, tanda dirinya mengiyakan ajakan Mika. Momen matahari terbenam jelas tak boleh dilewatkan. Bahkan jika memungkinkan, Kanya ingin sekalian mengajak Mika makan malam di pantai.“Kamu nggak pakai sepatu cantik, kan?” Kanya refleks mengecek alas kaki yang dikenakan Mika. “Soalnya kalau mau ke pantai, kita perlu m
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-05
Baca selengkapnya

Bab 80. Merasa Dibodohi

Jingga tersenyum mendengar suara ombak yang berpadu dengan desiran angin laut saat berjalan menuju kamarnya. Deburan lembut yang berulang tanpa henti membawa pikirannya melintasi waktu.Memorinya kembali pada sebuah sore yang tak terlupakan. Enam tahun yang lalu, ia dan Sena duduk berdua di tepi pantai sambil menunggu senja datang.Hari itu, hati Jingga terasa begitu hangat. Bersama Sena, Jingga bisa membicarakan apa saja. Pria ini selalu siap menjadi pendengar yang baik untuknya. Seringkali, hanya dari cara Sena menanggapi hal sepele, Jingga merasa dimengerti sepenuhnya.Jingga menyukai Sena yang selalu bisa membuat percakapan kecil mereka jadi lebih bermakna. Bahkan dalam diam pun, ada kenyamanan yang selalu dia dambakan.Kala itu, ketika semburat jingga begitu indah menghiasi langit, Sena menggenggam tangan Jingga terlebih dahulu untuk pertama kalinya. Terasa ada keraguan pada awalnya, tetapi perlahan menjadi lebih erat dan penuh keyakinan.“Mulai hari ini, boleh aku membalas peras
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-05
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
456789
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status