Home / Romansa / Dinikahi Calon Adik Ipar / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Dinikahi Calon Adik Ipar: Chapter 31 - Chapter 40

51 Chapters

BAB 31. Boleh Minta Peluk?

Jarum jam hampir menyentuh angka 11 saat orang tua Sena tiba di rumah. Melihat pintu utama langsung terbuka begitu dia dan suaminya keluarga dari mobil, Desi jalan cepat menghampiri asisten rumah tangga (ART) andalannya dengan antusias. Matanya semakin berbinar saat melihat bukan hanya satu orang yang menyambutnya, melainkan dua. Ada beberapa dus berisi oleh-oleh dari teman lamanya, jadi dia kebetulan memang butuh banyak bantuan untuk mengeluarkannya dari mobil dan memasukkannya ke dalam rumah.“Pas banget, deh! Mbak, minta tolong itu …”Desi seketika berhenti bicara karena melihat kedua ART-nya buru-buru memberi isyarat dengan meletakkan jari telunjuk mereka di depan bibir.“Pelan, Bu. Kesayangannya Bu Desi lagi pada tidur,” kata seorang ART, berbisik selirih mungkin.Mengikuti arahan para ART. Desi masuk rumah dengan langkah mengendap-endap. Melihat kelakuan istrinya, Indra cuma terkekeh tanpa suara sambil geleng-geleng kepala.Indra mengalihkan perhatian sejenak pada supir pribadi
last updateLast Updated : 2025-03-03
Read more

Bab 32. Bukan Sena Orangnya

Sena sengaja menciptakan jarak aman agar dirinya tidak melakukan sesuatu yang tidak diharapkan Kanya saat mereka tidur seranjang. Bagaimana jika Sena tak bisa menahan dirinya untuk memeluk Kanya semalaman? Bagaimana kalau Kanya mengigau lagi seperti beberapa waktu lalu dan membuat Sena terprovokasi menginginkan lebih?Biarpun baru sekali merasakannya, tidur sambil memeluk Kanya telah menjadi candu baru bagi Sena. Hangat tubuh Kanya dalam dekapannya menghadirkan kenyamanan yang tidak ada duanya. Hatinya jadi lebih tenang, membantunya tidur nyenyak dan mimpi indah.Hanya saja, Sena masih sangat ingat betapa syoknya Kanya saat mendapati dirinya bangun dalam posisi dipeluk dari belakang. Kanya juga kelihatan sangat menyesali interaksi intim yang terjadi saat perempuan itu dalam kondisi setengah sadar.Untung saja ranjang di kamarnya sangat besar, memungkinkan Sena membuat ruang kosong tak kurang dari semeter antara dirinya dan Kanya.“Boleh minta tidur sambil pelukan …?”Namun, ada apa d
last updateLast Updated : 2025-03-04
Read more

Bab 33. Luluh dengan Pelukan

‘Maaf karena pada akhirnya aku yang menikahi pengantin secantik kamu, bukan Mas Arga. Sebagai pengganti Mas Arga yang sangat kamu cintai itu, aku berjanji akan menjadi suami yang bertanggung jawab dalam pernikahan ini.’Seingat Kanya, Sena tidak pernah sekali pun menyebut nama kakaknya lagi sejak hari itu. Semenjak keduanya menikah, Arga seolah menjadi nama yang terlarang diucapkan.Pada awal pernikahan, kadang ada saat di mana Kanya keceplosan membandingkan mereka, tetapi Sena pasti bergeming. Biarpun begitu, Kanya selalu menemukan tatapan terluka yang tidak ia pahami dari sorot mata Sena.Seiring berjalan waktu, Kanya sadar bahwa sikapnya tidak bijak. Entah sejak kapan, tetapi rasanya sudah sangat lama juga Kanya menahan diri untuk tidak menyebut nama mendiang tunangannya di depan Sena. “Kenapa aku selalu kalah dari Mas Arga?”Namun, apakah barusan Kanya tidak salah dengar? Setelah sekian lama, Sena kembali melisankan nama pria yang pernah begitu Kanya andalkan di masa lalu itu.Ra
last updateLast Updated : 2025-03-04
Read more

Bab 34. Kopi Paling Romantis

Sena tampak sibuk membaca ulang laporan keuangan perusahaan saat sekretarisnya masuk. Dahinya mengerut, tanda tengah berpikir keras lantaran menemukan beberapa hal yang menurutnya janggal.“Saya sudah menghimpun beberapa data dan informasi yang Pak Sena butuhkan,” kata Andi sambil menaruh sebuah map hitam di meja Sena. Tanpa mengalihkan perhatiannya pada dokumen yang sedang dibaca, Sena mengucapkan terima kasih kepada Andi. “Nanti saya cek setelah yang ini beres,” ujarnya kemudian.“Baik, Pak,” sahut Andi seraya menganggukkan kepala.Rampung dengan urusan pekerjaan, Andi lanjut menjalankan tugas sebagai kurir dadakan untuk istri bos.“Bu Kanya beli kopi 15 gelas dari kafe yang baru buka di seberang gedung. Saya diminta menyisihkan satu untuk Pak Sena,” ungkapnya.Perhatian Sena akhirnya teralihkan dari dokumen memusingkan. “Lainnya untuk siapa?”Sang bos bertanya sambil menyentuh gelas plastik berisi es americano yang barusan ditaruh Andi di mejanya. Ada sebuah stiker label putih pol
last updateLast Updated : 2025-03-05
Read more

Bab 35. Get Unready with Jingga

Banyak beauty influencer yang gemar berbagi momen saat mereka merias wajah dan melakukan perawatan kulit. Tentu saja biasanya sekalian promosi produk kosmetik.Namun, ada yang memang sekedar ingin menunjukkan rutinitas kecantikan mereka. Tidak sedikit pula yang tujuannya adalah menyajikan konten edukasi.Jingga pun tak jauh beda. Media sosialnya kebanyakan berisi beragam tipe konten kecantikan. Salah satu andalannya adalah berbagi momen get unready with me. Alih-alih dandan, dia lebih senang menyapa pengikutnya di media sosial sambil menghapus riasan.“Sekarang udah lewat jam 10.30 malam. Ini habis ikutan gala dinner di Bandung. Capek banget, tapi pantang tidur sebelum makeup dempul ini bersih, ya, teman-temanku,” kata Jingga sambil memakai bando, memastikan tidak ada helaian rambut yang menjuntai saat dirinya membersihkan wajah.Jingga sengaja melakukan siaran langsung saat dirinya melakoni rutinitas kecantikan malam. Usai acara makan malam, dia kini telah mengganti gaunnya dengan ka
last updateLast Updated : 2025-03-05
Read more

Bab 36. Sama-Sama Suka Drama

“Menurutku, dia sengaja memancing rasa penasaran orang-orang. Tujuan akhirnya, apa lagi kalau bukan membongkar hubungan kalian dulu?”Zidan mondar-mandir di depan meja kerja Sena, terlihat lebih gelisah ketimbang korban sesungguhnya. Pria itu berpikir keras, menganalisa situasi yang menurutnya sangat patut diwaspadai.“Sebenarnya, bukan masalah besar andai hubungan kalian dulu akhirnya jadi konsumsi publik. Nyatanya memang pernah terjadi, kan? Pacaran, lalu putus, itu wajar. Masalah adalah alasan kalian bubaran.”Sena duduk menyandar di kursi kerjanya sambil bersedekap. Rasanya jengah melihat Zidan jalan bolak-balik seperti metronom. “Aku sama dia putus karena dia selingkuh,” ujar Sena enteng.Sena menghela napas, lega karena gerak monoton sahabatnya tampak terhenti.“Dia sendiri yang bakal repot kalau orang-orang tahu soal itu. Nggak cocok untuk citra yang dia bangun selama ini.”Sikap tenang Sena membuat Zidan agak frustasi. Satu tangannya berkacak pinggang, sementara lainnya digun
last updateLast Updated : 2025-03-06
Read more

Bab 37. Terlanjur Sayang?

“Nggak bisa, Kanya.”Sena mendengar dengusan dari seberang sana. Bisa dibayangkan bagaimana ekspresi kecewa Kanya karena ia menolak melakukan apa yang diinginkan istrinya itu.“Katamu aku boleh minta apa pun. Masa kayak begitu aja nggak bisa?” protes Kanya.Sena baru saja selesai rapat beberapa menit yang lalu dan langsung menelepon Kanya begitu sampai ruangannya lagi.Lewat pesan singkat, Kanya telah menerangkan keinginannya mengajak Sena rekaman siniar bersama. Kanya memang mengelola saluran siniar yang lumayan punya banyak pendengar. Di sana, biasanya dia berbagi konten edukasi tentang kepenulisan, mengulas buku-buku yang ia baca, atau sekedar membacakan nukilan favorit dari buku karyanya.Namun, kali ini Kanya ingin membikin konten yang lebih kasual bersama Sena. Konsepnya adalah mendengar keluh kesah Sena sebagai suami penulis. Nantinya, Kanya ingin menutupnya dengan pertanyaan, “Apakah pernah menyesal karena memutuskan menikah dengan seorang penulis?”Jika memang hanya seperti i
last updateLast Updated : 2025-03-07
Read more

Bab 38. Dulu, Dia Selingkuh

Kanya mungkin baru menyadarinya belakangan ini, tetapi perasaan itu barangkali sudah mulai tumbuh jauh sebelumnya.Tiga tahun bukan waktu yang singkat. Mungkin saja tanpa sadar Kanya jatuh di sela-sela kesibukannya melakoni sandiwara. Dari sekian banyak orang yang berhasil mereka buat percaya, siapa sangka Kanya juga diam-diam terjerat cinta palsunya Sena.Sena cuma pura-pura cinta, tetapi Kanya bisa-bisanya malah sungguhan terpesona.“Ayo, pulang.”Kanya cuma diam memandangi tangan Sena yang diulurkan padanya. Biasanya dia tidak perlu berpikir dua kali untuk meraihnya, tetapi kali ini beda. Rasanya ada sedikit ketakutan yang membuatnya ragu.Kebimbangan itu terbaca oleh Mika. “Kami masih mau ngobrol,” kata Mika pada Sena yang berdiri di samping meja mereka.Perhatian Sena beralih sejenak ke Mika, lalu kembali menatap Kanya yang kini tampak menundukkan kepala.“Oh, oke,” ucap Sena seraya menarik tangannya. “Kalau begitu, aku ngobrol sama Bastian dulu.”Sena mengusap puncak kepala Kany
last updateLast Updated : 2025-03-08
Read more

Bab 39. Mestinya Bukan Sena

Kanya telah berulang kali menulis tentang betapa hebatnya sebuah pelukan. Meski hanya beberapa detik, komunikasi nonverbal ini bisa memberikan banyak manfaat.Saat bersedih, ada kalanya kamu tidak ingin mendengarkan kalimat penghiburan apa pun. Kamu hanya berharap didengarkan dan mendapat pelukan yang menenangkan.Gestur sederhana, tetapi efeknya luar biasa. Hanya dengan sebuah pelukan, seseorang bisa merasa dirinya begitu dihargai, diterima apa adanya, dan tentu saja, lebih dicintai. Kanya pun percaya bahwa pelukan yang hangat dapat meredakan kecemasan dan segala bentuk emosi negatif lainnya.“Mas mau aku peluk?”Di matanya saat ini, Sena tampak tidak baik-baik saja. Setelah mengungkapkan hal menyakitkan yang dialaminya, pria itu terlihat agak gelisah dan tidak nyaman.Jika ada di posisi Sena, Kanya yakin setidaknya dia akan merasa sedikit lebih baik kalau ada seseorang yang sukarela memberinya pelukan. Oleh karenanya, jika Sena tidak keberatan, Kanya ingin memberikan sebuah peluka
last updateLast Updated : 2025-03-09
Read more

Bab 40. Mencintai Seumur Hidup

Kenangan lama memang bisa muncul begitu saja tanpa aba-aba. Kanya sendiri tak menyangka dirinya bisa dengan santainya menyebut nama mendiang Arga saat Sena ada di sisinya. Ingatannya tiba-tiba terlempar ke masa lalu—hari di mana Arga masih bersamanya.Dulu, Kanya dan Arga memang cukup sering datang ke taman ini. Mereka suka duduk di bangku kayu yang menghadap danau kecil di tengah area publik tersebut. Keduanya juga senang menggelar tikar piknik di bawah pohon, lengkap dengan berbagai bekal makanan yang minuman kesukaan Kanya.Sesibuk apa pun Arga, dia pasti tetap menyempatkan waktu untuk menemani Kanya. Terlebih saat mendapati Kanya kelihatan pusing karena mengalami kebuntuan menulis, Arga sering langsung mengajak sang kekasih pergi ke taman agar bisa menyegarkan pikiran.“Jangan baca buku,” begitulah kalimat yang hampir selalu diucapkan Arga saat Kanya berniat mengabaikannya dengan membaca buku.Hari itu pun begitu. Sambil tersenyum manis, Arga merebut sebuah buku dari tangan Kanya,
last updateLast Updated : 2025-03-09
Read more
PREV
123456
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status