Beranda / Romansa / Dinikahi Calon Adik Ipar / Bab 39. Mestinya Bukan Sena

Share

Bab 39. Mestinya Bukan Sena

Penulis: Sekarani
last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-09 11:46:18

Kanya telah berulang kali menulis tentang betapa hebatnya sebuah pelukan. Meski hanya beberapa detik, komunikasi nonverbal ini bisa memberikan banyak manfaat.

Saat bersedih, ada kalanya kamu tidak ingin mendengarkan kalimat penghiburan apa pun. Kamu hanya berharap didengarkan dan mendapat pelukan yang menenangkan.

Gestur sederhana, tetapi efeknya luar biasa. Hanya dengan sebuah pelukan, seseorang bisa merasa dirinya begitu dihargai, diterima apa adanya, dan tentu saja, lebih dicintai.

Kanya pun percaya bahwa pelukan yang hangat dapat meredakan kecemasan dan segala bentuk emosi negatif lainnya.

“Mas mau aku peluk?”

Di matanya saat ini, Sena tampak tidak baik-baik saja. Setelah mengungkapkan hal menyakitkan yang dialaminya, pria itu terlihat agak gelisah dan tidak nyaman.

Jika ada di posisi Sena, Kanya yakin setidaknya dia akan merasa sedikit lebih baik kalau ada seseorang yang sukarela memberinya pelukan.

Oleh karenanya, jika Sena tidak keberatan, Kanya ingin memberikan sebuah peluka
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Dinikahi Calon Adik Ipar   Bab 40. Mencintai Seumur Hidup

    Kenangan lama memang bisa muncul begitu saja tanpa aba-aba. Kanya sendiri tak menyangka dirinya bisa dengan santainya menyebut nama mendiang Arga saat Sena ada di sisinya. Ingatannya tiba-tiba terlempar ke masa lalu—hari di mana Arga masih bersamanya.Dulu, Kanya dan Arga memang cukup sering datang ke taman ini. Mereka suka duduk di bangku kayu yang menghadap danau kecil di tengah area publik tersebut. Keduanya juga senang menggelar tikar piknik di bawah pohon, lengkap dengan berbagai bekal makanan yang minuman kesukaan Kanya.Sesibuk apa pun Arga, dia pasti tetap menyempatkan waktu untuk menemani Kanya. Terlebih saat mendapati Kanya kelihatan pusing karena mengalami kebuntuan menulis, Arga sering langsung mengajak sang kekasih pergi ke taman agar bisa menyegarkan pikiran.“Jangan baca buku,” begitulah kalimat yang hampir selalu diucapkan Arga saat Kanya berniat mengabaikannya dengan membaca buku.Hari itu pun begitu. Sambil tersenyum manis, Arga merebut sebuah buku dari tangan Kanya,

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-09
  • Dinikahi Calon Adik Ipar   Bab 41. Harapan yang Padam

    Pernikahan macam apa ini? Kenapa bisa ada suami yang mengizinkan istrinya mencintai pria lain seumur hidup?“Dalam pernikahan ini, kamu boleh mencintai Mas Arga seumur hidupmu ….”Kata-kata Sena menggema di kepala Kanya. Semakin dipikir, semakin aneh kedengarannya.Kanya tidak lupa jika pernikahan yang dia jalani saat ini tidak berlandaskan cinta. Dia masih ingat bahwa sejak awal Sena mengatakan padanya soal ketidakmungkinan pria itu jatuh cinta padanya sampai kapan pun.Hanya saja, apakah semua pernikahan tanpa cinta memang bisa begini? Bukankah itu sama saja menyuruh si istri untuk melakukan hal yang sama?Oh, mungkin ada saja orang-orang di luar sana yang dapat menjalani pernikahan dengan konsep demikian. Namun, Kanya sepertinya bukan bagian dari mereka.“Mas Sena bikin aku menjadi pihak yang lebih egois dalam pernikahan ini,” katanya Kanya usai hening beberapa saat di antara mereka.“Kita bisa dibilang sedang menghadapi masalah serupa, tapi respons kita beda banget, Mas.”Kanya me

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-10
  • Dinikahi Calon Adik Ipar   Bab 42. Tangan yang Besar dan Hangat

    Sebelumnya, kebiasaan bergandengan tangan dengan Sena saat berjalan di tempat umum tidak pernah menjadi momen istimewa bagi Kanya. Setiap kali tangan mereka saling bertaut, Kanya tidak merasakan kehangatan yang ia dambakan.Rasanya selalu hambar dan dingin. Barangkali karena Kanya tahu bahwa Sena tidak mencurahkan perasaan apa pun saat menggenggam tangannya. Mungkin juga karena Kanya hanya menganggapnya sebagai gestur kecil yang wajib ada ketika keduanya mesti berpura-pura mesra.Namun, mengapa kini rasanya sedikit berbeda?Matahari sudah semakin tinggi saat Kanya dan Sena memutuskan untuk meninggalkan taman. Menyusuri jalan setapak menuju area parkir yang jaraknya lumayan jauh, keduanya berjalan dengan tempo pelan dan langkah kaki yang tampak seirama.Kanya berjalan sambil sesekali menunduk, memandangi setiap jemari tangan kanannya yang bertautan erat dengan jari-jari tangan kiri Sena. “Tangannya besar dan hangat …,” batin Kanya.Mata Kanya beralih ke tangan kirinya yang mendekap bu

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-10
  • Dinikahi Calon Adik Ipar   Bab 43. Kebiasaan Melayani Istri

    “Nggak, Ma. Kanya belum hamil. Tempo hari pas Kanya main ke rumah, kan, juga udah bilang ke Mama. Masa baru jeda beberapa hari tiba-tiba udah isi?”Kanya tak menyangka kelakar Sena di warung ayam geprek siang tadi sudah sampai ke telinga mertuanya.“Lho, siapa tahu, kan?” suara Desi terdengar bersemangat di seberang sana. “Ini infonya dari Bu Bagyo yang punya warung ayam geprek langganan kita itu. Dia cerita kalau tadi siang kalian makan di sana, terus pada dengar si Sena bilang kamu lagi ngidam.”Kanya menghela napas. Dia menaruh ponselnya di meja rias setelah menyalakan mode pengeras suara.“Mama berarti harusnya telepon Mas Sena, bukan Kanya,” ujar Kanya, lanjut bertelepon dengan ibu mertuanya sambil berdandan.“Kalian, kan, sepaket. Mama mau tanya Sena atau kamu, apa bedanya coba?” balas Desi.Kanya menarik napas dalam-dalam, bersiap membuat kebohongan kecil lagi.“Kanya sama Mas Sena bukannya nggak mau punya momongan, ya, Ma. Cuma memang sampai sekarang belum dikasih sama Tuhan,

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-11
  • Dinikahi Calon Adik Ipar   Bab 44. Tak Cukup Ciuman Kilat

    Kanya sungguh menyesal karena tidak membawa novel karya Kirana. Dia jadi tidak bisa meminta tanda tangan sang novelis pada pertemuan pertama mereka.Semua gara-gara Sena tidak bilang kalau makan malam ini berawal dari permintaan Kirana yang tak disangka-sangka menyukai buku teranyar Kanya. Coba saja sejak awal diberitahu, Kanya sudah pasti akan membawa semua novel koleksinya.“Janji, ya, Mbak! Ayo, kita ketemu lagi di lain hari,” ucap Kanya saat tiba waktunya berpamitan.“Berkabar lagi, ya,” balas Kirana seraya menyambut ajak pelukan dari Kanya. “Lain kali, ketemunya di kafenya Mbak Kanya aja. Gimana?”“Setuju banget!”Mereka akhirnya benar-benar berpisah setelah sekali lagi menyempatkan untuk foto bersama. Kanya pun tak lupa mohon izin untuk mengunggahnya di media sosial. Sebab, berbeda dengannya, pemilik nama pena Agnyyys itu terbilang tidak terlalu aktif secara daring.Tak sabar ingin segera pamer momen berkesannya malam ini, Kanya langsung sibuk dengan ponselnya begitu masuk mobil

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-11
  • Dinikahi Calon Adik Ipar   Bab 45. Ciuman yang Memabukkan

    Tanpa melepaskan tautan bibir mereka, Sena melangkah masuk ke rumah. Berjalan sambil menggendong Kanya, kakinya bergerak nyaris tanpa kesadaran penuh, hanya mengikuti naluri yang membawanya ke ruang tamu.Sena mendudukkan dirinya di sofa, sedangkan Kanya mendarat manis di pangkuannya. Ciuman mereka tak pernah terputus. Bibir keduanya terkunci dalam cumbuan penuh gairah.Tangan Sena menyusuri punggung istrinya dengan sentuhan yang memabukkan, sementara Kanya membiarkan dirinya tenggelam dalam rasa panas yang semakin menggeser akal sehatnya.Detik-detik berlalu dengan lambat dan tak kunjung ada pertanda keduanya ingin berhenti.Ketika pagutan itu akhirnya terlepas, Sena memandang paras cantik Kanya dengan napas yang terengah. Kanya pun sibuk mengatur napas, tetapi dengan mata yang masih terpejam. Meski begitu, bukan berarti Sena sudah merasa cukup. Pria itu lanjut mengecup lembut telinga Kanya. Ciuman ringan yang membuat tubuh Kanya menggelinjang pelan. Satu desahan panjang keluar dari

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-12
  • Dinikahi Calon Adik Ipar   Bab 46. Mantannya Jingga, ya?

    Jarang-jarang Kanya datang ke kantor penerbitan. Dalam setahun, mungkin bisa dihitung jari. Dia biasanya hanya muncul saat diminta mengisi acara kepenulisan, momen ulang tahun perusahaan, atau agenda lain yang berkaitan dengan promosi buku.Siang ini, Kanya datang karena ada rapat bersama tim pemasaran. Mereka akan membahas rencana tur promosi buku yang digelar di sejumlah kota dalam sepekan ke depan.“Saya ulang garis besar linimasa tur promosi ‘Secangkir Teh Pahit di Hari Kelahiran’, ya,” ujar Jordi, manajer pemasaran.“Besok Senin, sore kita berangkat ke Bandung untuk persiapan bedah buku Selasa siang. Setelah itu, Rabu kita ada Semarang, Kamis rehat sehari di Malang sambil persiapan untuk agenda Jumat pagi.”“Terakhir, Sabtu siang kita meramaikan pameran buku di Solo dan setelahnya langsung kembali ke Jogja,” terang Jordi.Jadwalnya memang bisa dibilang padat, tetapi sudah sesuai dengan permintaan sang penulis.“Mau dipikir berapa kali pun, rasanya bakal capek banget,” komentar Ve

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-12
  • Dinikahi Calon Adik Ipar   Bab 47. Harus Diam Sampai Kapan?

    ‘Tebak-tebakan Mantan Jingga Eliana, Pebisnis Bimasena Wardana?’‘Bimasena Wardana Pernah Pacari Selebgram? Ini Profil Lengkapnya’‘5 Pesona Bimasena Wardana, Suami Kanya Ayudya yang Diduga Mantan Pacar Jingga Eliana’Kanya cukup bangga pada dirinya sendiri yang bisa tetap tenang saat menyadari unggahannya di media sosial telah menjelma bumerang. Dia heran, tetapi tidak kaget, seolah tahu kalau hal seperti itu pada akhirnya akan terjadi.Tidak pernah terpikirkan oleh Kanya bahwa kolom komentar pada unggahan terbarunya bakal disambangi akun gosip. Namun, mengingat siapa lawannya sekarang, Kanya sadar bahwa itu merupakan hal wajar.“Kebetulan memang mantannya Rendra itu pernah bikin huru-hara juga beberapa tahun lalu, tapi kenapa tiba-tiba ada biang gosip nongol di tempatmu dan komentarnya seolah spesifik banget kayak begini?”Entah sudah berapa kali Mika membaca ulang komentar yang ditinggalkan sebuah akun gosip pada unggahan media sosial Kanya.‘Sama-sama pebisnis muda, sama-sama puny

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-13

Bab terbaru

  • Dinikahi Calon Adik Ipar   Bab 89. Obrolan Serius Berujung Menjurus

    Soal mengumpati orang, Mika memang jauh lebih jago ketimbang Kanya. Bukan hanya mengabsen berbagai nama penghuni kebun binatang, pengetahuan Mika tentang variasi kata makian juga terbilang jempolan.Di antara begitu banyak kata kasar yang Mika tahu, sebagian besar sudah dia gunakan untuk memaki Sena. Sebenarnya tidak enak didengar, tetapi anehnya Kanya jadi merasa lebih baik karenanya.Karena tidak pintar melakukannya sendiri, ternyata menyenangkan punya teman yang ahli mengumpat seperti Mika. Puas mendengar Sena dimaki-maki sebegitunya.Setelah semua umpatan itu, Kanya pikir Mika bakal sepenuhnya antipati lagi dengan Sena. Setidaknya Kanya bakal disuruh jaga jarak sementara dengan suaminya tersebut.Namun, barusan Mika malah dengan entengnya menyuruh Kanya dipeluk Sena. Mungkin cuma asbun karena obrolan mereka sudah tidak seserius sebelumnya, tapi Kanya tetap tak bisa menahan dirinya untuk tidak memicingkan mata.“Kamu tim siapa, sih, sebenarnya, Mik? Sena atau aku?”Tatapan Kanya ya

  • Dinikahi Calon Adik Ipar   Bab 88. Memeluk Masa Lalu

    Setiap kali melihat Jingga menangis, hal pertama yang pasti segera dilakukan Sena dulu adalah memeluknya. Sena tidak perlu mengatakan apa pun untuk menenangkan Jingga. Hanya dengan sebuah pelukan, isak perempuan itu perlahan akan mereda.Hanya saja, lain dulu, lain sekarang.Hatinya kini memang tergerak melihat Jingga menangis pilu. Namun, afeksi semacam itu tidak lagi pantas dia berikan. Sena sepenuhnya sadar bahwa dirinya harus membiarkan garis batas di antara mereka tetap jelas. Akhirnya, cukup lama Sena hanya diam di tempatnya. Memandang iba Jingga yang sesenggukan sambil menutup wajahnya dengan kedua tangan, Sena menunggu sampai Jingga mampu menenangkan dirinya sendiri.Di sisi lain, Jingga mulai berusaha mengatur napas yang sesekali masih tersengal. Air matanya belum berhenti mengalir, tetapi sudah lebih terkendali.“Kita bisa mulai lagi dari awal …” Suara Jingga terdengar serak saat ia kembali berbicara seraya mengusap air matanya sendiri.“Aku janji nggak bakal bikin Mas kec

  • Dinikahi Calon Adik Ipar   Bab 87. Permintaan Maaf

    “Aku dulu terlalu kecewa dan marah, jadinya mengabaikan rasa sakit hati yang kamu tahan sendirian.”Bahkan sampai sore tadi, Sena masih memendam amarah yang sama pada Jingga. Hubungan mereka dulu barangkali tidak melulu bahagia, sesekali ada cekcok juga. Namun, mereka selalu cepat berbaikan, jadi tak ada alasan kisah kasih keduanya kandas di tengah jalan.Andai Sena tidak melihat Jingga selingkuh dengan mata kepalanya sendiri, mungkin mereka masih menjalin asmara hingga hari ini. Sena hanya perlu terus pura-pura tidak tahu bahwa dirinya telah dikhianati. Sena yakin, dirinya di masa lalu sanggup melakukan hal seperti itu demi tetap bersama Jingga.Namun, kekecewaan Sena sungguh telah mencapai puncaknya ketika mendapati Jingga tidur tanpa busana bersama pria lain di ranjang tempat mereka sering bercinta. Sejak malam itu, kemarahan Sena tidak pernah sedikit pun berkurang. Bahkan air mata Jingga, tangisannya yang pecah-pecah saat memohon maaf, tak dapat meluluhkan hati Sena.Sena merasa d

  • Dinikahi Calon Adik Ipar   Bab 86. (Flashback) Menebus Rasa Bersalah?

    “Apa harus sejauh ini? Kenapa mesti dihapus semua?”Dua hari setelah putus, Jingga sempat mengira Sena ingin kembali padanya. Pria itu datang ke apartemennya tanpa pemberitahuan dan Jingga tentu saja dengan senang hati menyambutnya.Namun, kedatangan Sena hari itu ternyata hanya untuk menghapus segala jejak kenangan selama mereka menjalin asmara. Sena menjelajahi setiap sudut tempat tinggal Jingga, mengambil semua foto yang dipajang tak peduli sebesar apa ukurannya.Sena juga menyisir laptop Jingga, menghapus semua foto dan video mereka berdua, tak terkecuali yang ada di perangkat penyimpanan eksternal. Memori kamera digital pun tidak luput dari perhatiannya. Sena bahkan mereset ponsel Jingga setelah menghapus seluruh unggahan yang berkaitan dengan hubungan mereka di setiap akun media sosial Jingga. Dia rela menghabiskan banyak waktu untuk itu semua—sebegitunya tak mau ada satu pun kenangan yang tersisa.Jingga sendiri tak mengerti mengapa dirinya tidak bisa berbuat banyak. Awalnya s

  • Dinikahi Calon Adik Ipar   Bab 85. (Flashback) Cinta Pertama

    Cinta pertama katanya akan selalu memiliki tempat spesial sampai kapan pun. Entah berujung bahagia atau justru jadi luka yang seakan tidak ada obatnya, cinta pertama seolah tidak ditakdirkan untuk dilupakan begitu saja.Itulah mengapa obrolan tentang cinta pertama seakan tidak pernah terasa membosankan. Bahkan tak sedikit pasangan yang saling penasaran dengan cinta pertama sang pujaan hati.Awal masa pacaran dulu, Jingga dan Sena juga pernah tiba-tiba mengobrolkan cinta pertama. Mulanya gara-gara Jingga tak sengaja bertemu mantannya ketika kencan di sebuah kafe bersama Sena.“Dulu pacarannya lama?”Kala itu, Sena terdengar sangat ingin tahu. Dia bisik-bisik bertanya, bahkan sebelum pria yang sempat menyapa Jingga baru beberapa langkah meninggalkan mereka mereka.Jingga tertawa tanpa suara melihat wajah penasaran Sena. Cemburunya cukup kentara karena jarang-jarang Sena menatap sinis pria lain.“Cuma beberapa bulan, kok. Nggak sampai setahun. Sekitar 5-6 bulan, mungkin?”Sena masih memp

  • Dinikahi Calon Adik Ipar   Bab 84. Akhirnya, Dia Datang

    Jingga meringkuk di atas ranjang, memeluk kedua lutut dengan pandangan kosong. Tangisannya sudah reda, menyisakan mata sembap dan bekas air mata yang mengering di wajahnya.Di sebelahnya, Chacha setia menemani. Sang asisten cuma diam, tak sedikit pun coba menghibur Jingga dengan kata-kata. Ia hanya sesekali mengusap pelan punggung Jingga, berusaha menenangkan tanpa suara.“Mas Sena mana …?”Setelah cukup lama, Jingga akhirnya memecah kesunyian dengan suara yang terdengar serak khas orang habis menangis.“Kak Jingga masih mau ketemu orang itu?”Chacha bertanya karena khawatir. Bagaimana jika Jingga merasa syok atau terguncang lagi gara-gara berinteraksi dengan Sena? Namun, Jingga tampaknya lebih cemas jika dirinya tak jadi menghabiskan waktu bersama Sena seperti apa yang terlanjur dia bayangkan sejak kemarin.Perempuan itu mengangguk kecil, lalu berkata, “Aku harus ketemu dia malam ini, Cha. Di mana Mas Sena sekarang …?”Selepas insiden sore tadi, Sena memang sempat tinggal sejenak di

  • Dinikahi Calon Adik Ipar   Bab 83. Siapa yang Paling Jahat?

    Kanya ingin bertemu dengan Jingga bukan hanya untuk mengoceh tak jelas. Ada sesuatu yang hendak dia katakan pada mantan kekasih suaminya itu.“Jadi, sesuai apa yang kamu mau, akhirnya aku minta cerai.”Setelah mengatakan itu, Kanya ingat benar bagaimana suasana di antara mereka jadi hening sepenuhnya. Suara-suara lain di sekitarnya perlahan menghilang, tak terkecuali gemuruh angin laut dan deburan ombak yang saling berkejaran.Tak ada dengusan kesal atau helaan napas emosional. Jingga benar-benar hanya diam, pun dengan Kanya yang menunggu reaksinya.“Dia bilang apa …?”Ketika Jingga akhirnya memecah sunyi, suaranya sangat pelan, bahkan nyaris tak terdengar.“Setelah kamu minta cerai, dia bilang apa?”Jingga memperjelas pertanyaannya dengan suara yang sedikit bergetar.Saat menoleh ke arah Jingga, Kanya menangkap ekspresi yang tak bisa ia pahami. Jingga tampak menunduk, memandangi lantai dengan tatapan kosong.“Dia nggak mau,” tutur Kanya lirih. “Dia nggak mau kami bercerai.”Hening la

  • Dinikahi Calon Adik Ipar   Bab 82. Menenangkan Amukan Jingga

    “Sialan kamu! Semuanya kacau gara-gara kamu! Semua salahmu! Aaargh …!”Jingga berteriak di sela isak tangisnya. Dia terus-menerus menyalahkan Kanya sambil mengguncang-guncang bahu perempuan yang menurutnya telah mengambil sumber kebahagiaannya itu.Baik Jingga maupun Kanya sama-sama tak menyadari saat pintu kamar terbuka. Pun dengan keributan kecil yang sempat terjadi di luar sebelum Sena memilih berlari menghampiri mereka berdua.Kamar yang ditempati Jingga cukup luas. Meski begitu, hanya butuh beberapa langkah bagi Sena untuk mencapai balkon.“Jingga …!”Sena tanpa sadar meninggikan suaranya ketika berusaha menghentikan apa yang Jingga lakukan pada Kanya. Tangan besarnya men

  • Dinikahi Calon Adik Ipar   Bab 81. Curhatan Calon Janda

    “Jujur, sampai sekarang pun aku belum paham kenapa Sena tiba-tiba muncul sebagai pengganti kakaknya.”Setelah susah payah meletakkan egonya, Jingga akhirnya mau duduk bersama Kanya di balkon. Namun, baru saja Kanya mulai bicara, dia sudah mencebik tak suka.“Selama bertahun-tahun, kami bahkan nggak pernah ngobrol. Basa-basi pun, dia kelihatan banget malesnya. Jadi, aku beneran nggak habis pikir waktu dia tiba-tiba diperkenalkan sebagai calon suamiku.”“Sebelum menikah, aku sempat tanya soal kalian. Bukannya kalian mau tunangan? Emangnya masuk akal kalau dia mendadak nikahnya malah sama aku?”Kanya masih ingat betapa dingin sikap Sena padanya dulu. Bicara sungguh hanya seperlunya. Saat berbicara pun, Sena tak mau melihat matanya kecuali saat ada orang yang memperhatikan.“Aku tanya nggak cuma 1-2 kali, tapi dia selalu nggak mau menjelaskan apa pun. Cuma bilang kalau kalian udah putus. Titik. Soal kapan dan/atau kenapa kalian putus, dia nggak merasa aku berhak tahu.”Jingga tersenyum mi

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status