Home / Romansa / Dinikahi Calon Adik Ipar / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Dinikahi Calon Adik Ipar: Chapter 11 - Chapter 20

51 Chapters

Bab 11. Vivid Dream

“Mimpi macam apa ini …?”Kanya meyakini dirinya masih berada dalam mimpi. Situasi intim seperti ini, Sena yang menggenggam lembut kedua pergelangan tangannya, tidak mungkin terjadi di dunia nyata, kan?Di bawah temaram lampu tidur, wajah suaminya masih tampak begitu memesona. Garis rahangnya yang tegas samar terlihat. Bulu matanya lurus dan panjang, berpadu indah dengan manik bening yang selama ini sering memberikan tatapan dingin padanya.Mata Kanya beralih pada bibir tipis Sena seraya menurunkan kedua tangannya yang entah bagaimana bisa melingkar manis di leher pria itu.Seutas senyum terukir di bibir Kanya saat dirinya menangkup pipi Sena, mengelus lembut dengan ibu jarinya.“Ini cuma mimpi, kan?”Kanya perlahan mendekatkan wajahnya, lalu memberikan kecupan lembut pada bibir Sena. Benar-benar hanya sebentar, lalu kembali bersandar pada bantal empuk di ranjangnya.Keheningan mengisi ruangan yang bertahun-tahun belakangan tak pernah disambangi Sena. Kanya menatap suaminya, menunggu r
last updateLast Updated : 2025-02-15
Read more

Bab 12. Nyaris Lepas Kendali

Sena mengungkung Kanya di antara kedua lengan kekarnya. Napas keduanya terdengar memburu, sama-sama dipenuhi nafsu, tetapi Sena tampak sedikit lebih waras.“Kanya, jangan ….”Sena gagal merampungkan kalimatnya karena tubuhnya yang tak sepenuhnya waspada didorong Kanya hingga jatuh ke sisi kanan ranjang.Percuma jika hanya Sena yang menahan diri agar tak hilang kendali. Bukannya sadar bahwa itu bukan mimpi, Kanya malah mengambil alih kendali.Jadi, sekali lagi, mereka berciuman dengan begitu intens, seolah tak ada hari esok. Suara detak jantung Sena dan Kanya kembali berpadu, menciptakan simfoni yang mengiringi hasrat keduanya.Ciuman Kanya beralih ke leher suaminya. Desahan yang mati-matian ditahan akhirnya keluar dari bibir Sena saat Kanya membuat tanda kepemilikan di sana.“Suamiku,” gumam Kanya di sela aksi nakal yang sepertinya masih akan berlanjut. Setelah tersenyum sambil memandangi tanda kemerahan bikinannya di leher suami, Kanya mengecupnya beberapa kali.“Punyaku …”Setelah i
last updateLast Updated : 2025-02-15
Read more

Bab 13. Mas Itu Punyaku!

“Pacarmu mengganggu.”Kanya berbicara pelan sambil melihat layar ponselnya. Berulang kali membaca pesan terbaru yang dikirim Jingga dan level kekesalan Kanya perlahan meningkat setiap detiknya.Sena diam. Dia tetap fokus menyetir, seolah tidak keberatan dengan tuduhan Kanya. Oh, atau, untuk apa keberatan jika memang begitu kenyataannya?“Entah gimana cara dia tahu nomerku, tapi ini barusan banget si Jingga, pacarmu, nge-chat lagi.”Kanya sengaja memberikan penekanan pada kata "pacarmu". Namun, perhatian Sena justru jatuh pada kata lainnya.“Lagi?” tanya Sena.“Iya, lagi. Kemarin dan hari ini. Mungkin besok juga masih.”“Ngapain?” Sena bertanya lagi.“Itu yang mau aku tanyain ke kamu, Mas. Ngapain?” Kanya balik bertanya. “ Ngapain pacarmu ini chat aku?”“Hubungan kami udah berakhir, Kanya. Stop bilang dia pacarku.”Sena akhirnya membantah, tetapi Kanya menemukan celah lain untuk melayangkan cibiran.“Kami?” ucap Kanya sambil menoleh ke arah Sena. “Hubunganmu sama Jingga kayaknya meman
last updateLast Updated : 2025-02-16
Read more

Bab 14. Saatnya Memulai Perang

“Maaf, tapi saya bisa menunggu sampai urusan Pak Sena dan Bu Kanya selesai.”Andi tentu saja tahu jika bos dan istrinya terkenal memiliki hubungan yang sangat romantis. Dia pun sering menyaksikan sikap manis Sena sebagai suami dengan kedua matanya sendiri, terutama saat Kanya terlibat dalam beberapa agenda perusahaan.Namun, apa yang bakal terjadi di depan Andi tampaknya agak berlebihan untuknya. Dia merasa lebih baik tidak menginterupsi.“Nggak apa-apa. Sekalian saja sekarang. Rapatnya sebentar lagi, kan?”Sena yang duduk di sofa bersama Kanya berbicara sambil menengahkan kepala. Andi yang berdiri tak jauh dari sofa di ruang kerja Sena merasa tidak nyaman melihat kondisi bosnya itu. Dasi yang biasa rapi tampak telah dilonggarkan. Dua kancing teratas kemejanya juga tidak tertaut.Belum lagi pemandangan Sena dan Kanya yang berdempetan di sofa dengan posisi ambigu.“Baik, Pak.”Andi mengerahkan seluruh kemampuannya sebagai sekretaris profesional yang harus bisa bekerja dalam kondisi ap
last updateLast Updated : 2025-02-16
Read more

Bab 15. Mantan Terindah?

Jingga meremas ponselnya, menahan amarah setelah membuka pesan yang dikirim Kanya. Hatinya seketika mendidih begitu melihat foto mesra Sena dengan perempuan yang dia anggap telah merebut kebahagiaannya.“Perempuan kurang ajar …,” umpat Jingga dengan suara nyaris tercekat.Rasanya ingin berteriak, menghujani Kanya dengan segala makian, atau setidaknya melempar ponsel dalam genggamannya jauh-jauh. Andai dirinya tidak sedang berada di bandara, Jingga bahkan bisa saja melakukan semua itu.Akhirnya, Jingga tak bisa berbuat banyak selain mengumpat sebanyak-banyaknya dalam hati. Namun, satu hal yang pasti. Jingga tidak akan membiarkan Kanya menganggap remeh dirinya.Tiga tahun lalu, Jingga terpaksa mengalah. Setelah sekian lama diam, sudah waktunya dia merebut kembali apa yang semestinya menjadi miliknya.Jingga bersumpah bakal membawa Sena ke dalam pelukannya lagi, walau itu berarti harus mengorbankan sesuatu yang dia bangun susah payah bertahun-tahun.Sang influencer masih larut dalam emos
last updateLast Updated : 2025-02-17
Read more

Bab 16. Mainnya Kasar?

“Mulutnya tolong dikondisikan, ya, Mik!”Kanya dan Mika memang menempati meja paling pojok. Kafe sedang terbilang sepi dan kebetulan memang tidak ada pelanggan yang memilih duduk di dekat meja mereka.Meski begitu, setiap kali mengobrol tentang lika-liku rumah tangga, suara dua sahabat itu otomatis pasti pelan, bahkan tak jarang sengaja bisik-bisik.Namun, pertanyaan yang dilontarkan Kanya beberapa saat lalu sungguh membuat Mika tak bisa mengontrol reaksinya.Kanya buru-buru meminta maaf sambil tersenyum canggung pada sejumlah pelanggan yang langsung menoleh ke arah mereka.“Aku cuma tanya doang, ya, Mik. Ini nggak kayak yang kamu pikirkan,” kata Kanya setelah beres dengan urusannya sebagai pemilik kafe.Mika menyilangkan tangan. Memicingkan mata, tatapannya penuh ketidakpercayaan.Sebelum menyerahkan naskah kepada editor, Kanya tak pernah melupakan pentingnya penyuntingan mandiri. Dia akan membaca ulang tulisannya, lalu memotong bagian yang barangkali memang sebaiknya ditiadakan.Ada
last updateLast Updated : 2025-02-18
Read more

Bab 17. Keberanian untuk Mengakhiri

Beberapa hari belakangan, kehidupan Kanya seolah balik ke pengaturan awal. Dia kembali menjalani hidup sebagai perempuan yang kebetulan mesti tinggal serumah dengan Sena saja.Suaminya kembali bersikap dingin dan mengacuhkannya. Pria itu bahkan tidak bilang jika dirinya tak bakal pulang berhari-hari. Sena tak lagi peduli dengan Kanya yang akhirnya kembali melakukan apa pun tanpanya.Biarpun memang seseorang tidak mungkin tiba-tiba berubah drastis, sejujurnya Kanya sedikit berharap saat Sena mau makan bersamanya tempo hari. Siapa sangka dia sudah dibuat kecewa besoknya.Namun, setidaknya Sena tetap profesional menjalankan peran sebagai suami idaman. Tak peduli dirinya sesibuk apa, jika Kanya mau suaminya datang ke acara bedah buku yang digelar pada akhir pekan, Sena siap menurutinya.“Mas Sena jagonya bikin saya galau, sih. Cuma sayangnya pas ketemu Kak Vera dulu, bukan dia orangnya.”Jadi, mumpung Sena ada untuknya hari ini, walau itu cuma sandiwara, Kanya akan memanfaatkannya sebaik
last updateLast Updated : 2025-02-19
Read more

Bab 18. Jingga Telepon, Mau Angkat?

Kanya tidak bertanya, tetapi Sena akhirnya mengatakan jika dirinya tak pulang beberapa hari karena menghadiri konferensi bisnis di Singapura. Ada pertemuan privat dengan investor juga.Sebenarnya Kanya sudah tahu dari berita media massa. Iya, ironis, tetapi memang biasanya seperti itu. Justru aneh jika Sena memberitahu langsung seperti sekarang.Barangkali ini karena mereka masih berada di lokasi bedah buku. Oleh karenanya, mau tak mau Sena perlu memastikan tak ada orang yang curiga dengan hubungan mereka. Acara sudah berakhir lebih dari 30 menit yang lalu, tapi tidak semuanya langsung pulang. Banyak orang memilih untuk minum kopi traktiran Sena sambil duduk-duduk santai menikmati momen senja.Begitulah. Sena memborong kopi untuk dibagikan kepada semua orang yang datang. Tak kurang dari 50 gelas dan masing-masing ditempeli stiker bertuliskan “baca buku istriku dulu, baru boleh minum”.Oh, tentu saja itu idenya Kanya. Sena cuma perlu merealisasikan kemauan istrinya. Lagi-lagi, seperti
last updateLast Updated : 2025-02-20
Read more

Bab 19. Huru-hara Jubah Mandi

'Ketagihan, tuh. Abis dikasih jatah sekali, jadi mau minta lagi.’Kanya hampir saja tersedak air putih yang sedang dia minum, saking terkejutnya membaca balasan pesan dari Mika.‘Ketikannya bisa lebih sopan? Jangan fitnah, Mik! Mana ada aku pernah kasih jatah!’Kanya membenarkan posisi duduknya yang bersandar pada tumpukan bantal di atas ranjang. Tak berapa lama, Mika kembali membalas pesannya.‘Aku udah kepo ke temenku yang kerja di perusahaannya suamimu itu, ya, Kanya.’‘Seru banget gosip yang beredar tentang kalian.’‘Aku nggak nyangka kelakuanmu ternyata bahaya banget kalau lagi begituan sama Sena.’‘Lain kali jangan ceroboh, Nya. Bikin tandanya di area tersembunyi aja.’‘Mau aku ajarin?’Kanya menyesal curhat ke Mika tentang Sena yang tiba-tiba ingin tidur sekamar dengannya. Jika tahu ujungnya Mika bakal membahas soal insiden memalukan itu lagi, sejak awal pasti Kanya memilih tak cerita.Cukup sudah. Kanya tak mau berkirim pesan dengan Mika lagi.‘Sekarang dia lagi ngapain?’ Bia
last updateLast Updated : 2025-02-21
Read more

Bab 20. Mocktail Bikin Mabuk?

Hampir pukul satu pagi dini hari dan suasana bar di rooftop hotel sudah sepi. Banyak pelanggan yang telah kembali ke kamar mereka, hanya tersisa beberapa orang yang masih bertahan.Mungkin sudah tiga jam Sena duduk di meja depan barista. Sambil menikmati minuman, mendengar suara musik yang mengalun pelan lumayan membuatnya lebih rileks.Barangkali sebentar lagi dia bisa kembali ke kamar juga—kamar Kanya, tentunya. “Segelas lagi, mungkin …?” gumamnya pelan.Untuk beberapa saat, ia hanya memandangi deretan botol minuman beralkohol di depannya. Sesekali memerhatikan sang barista meracik minuman untuk seseorang yang duduk di sampingnya.“Kenapa cuma mocktail? Takut mabuk?”Sena bertanya pada Andi yang baru datang beberapa menit yang lalu. Sang sekretaris menyusul setelah entah bagaimana mengetahui jika dirinya sendirian di bar. Selalu begitu. Andi seolah tak pernah gagal menemukan Sena demi memastikan bosnya tidak terlibat masalah di mana pun berada. Sejujurnya, terkadang Sena curiga a
last updateLast Updated : 2025-02-22
Read more
PREV
123456
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status