All Chapters of Terjerat Cinta Duda Ting-Ting : Chapter 21 - Chapter 30

43 Chapters

Kamar Baru di Rumah Sebelah

“Nah, selamat datang di rumah!”Bayu mengucapkan kalimat norak itu dengan lantang sambil membuka pintu depan rumahnya lebar-lebar. Padahal sebagai tetangganya yang persis sebelah rumah sejak masih dalam kandungan tentu ini bukan kali pertama aku menginjakkan kaki di rumah Bayu.Bayu melangkah lebih dulu sambil menyeret koperku melintasi ambang pintu, sedang aku mengekor di belakang. Lantai rumah Bayu terasa dingin, begitu pun udara di dalamnya. Berbeda dengan rumahku yang ramai, suasana di rumah ini terasa sejuk dan tenang.“Kamu tidur di kamar depan sini, ya.” Bayu terus berjalan melewati sebuah lemari besar yang dijadikan sebagai pembatas antara ruang tamu dan ruang tengah. Kakinya lantas berhenti di depan sebuah pintu kayu yang menempel di dinding kiri dari pintu masuk. “Ini dulu bekas kamar Ibu.”Kata-kata Bayu membuat kedua mataku seketika terbelalak. Aku tentu masih ingat bagaimana mendiang mertuaku itu terbaring sakit selama berbulan-bulan
last updateLast Updated : 2025-01-24
Read more

Pelaku yang Bikin Heboh

Aku menghela napas panjang, mencoba menenangkan diri sambil memandangi jendela. Sinar matahari yang menyelinap masuk membuat kamar terasa sedikit lebih nyaman, meskipun tetap ada rasa seram yang mengintip di sudut pikiranku. “Ini siang bolong, Neni. Nggak ada apa-apa di sini,” gumamku untuk meyakinkan diri sendiri. Aku melirik lemari kayu itu lagi. Bentuknya tinggi menjulang dengan warna cokelat tua yang pudar. Di beberapa bagian kayunya terlihat goresan-goresan kecil yang entah berasal dari apa. Aku berusaha mengalihkan pikiran dengan berpikir positif. “Palingan goresannya hasil karya tikus seniman yang kesepian.” Namun, pikiran positifku segera buyar saat daun pintu lemari bergerak sedikit. Hanya sedikit, tapi cukup untuk membuat jantungku melompat hingga ke tenggorokan. “Eh... tadi gerak, kan? Beneran, kan?” tanyaku pada diri sendiri sambil memundurkan langkah dengan hati-hati. Tanganku refleks memegang pinggir ranjang, mencari pegangan
last updateLast Updated : 2025-01-24
Read more

Tukar Ranjang

Bayu akhirnya mengalah, memberikan kamarnya untukku. Namun, barang-barangku sementara masih tetap di kamar depan, karena kamar Bayu masih penuh dengan barang-barangnya yang harus diturunkan dulu jika kami mau seterusnya bertukar kamar. Aku harap sih begitu, sebab aku sama sekali tidak kepikiran akan berbaring di ranjang yang sama dengan yang dulu ditempati ibu Bayu saat dijemput oleh malaikat Izrafil. Mungkin beberapa hari lagi kalau rasa lelah pasca pesta pernikahan sudah hilang, aku akan membujuk Bayu supaya mau membereskan barang-barangnya. “Haaaahh ….” Mulutku mengeluarkan suara desahan panjang saat membuang napas lelah. Pandanganku terlempar ke arah jendela kamar Bayu yang langsung berhadapan dengan jendela kamarku sendiri di rumah sebelah. Ada perasaan aneh yang merayap, perpaduan antara rindu, tak percaya, dan kehilangan. Puluhan tahun aku menghabiskan waktu di balik jendela seberang itu dan melihat ke arah sini, tetapi sekarang yang terjadi justru sebali
last updateLast Updated : 2025-01-25
Read more

Adaptasi dengan Suami

Berhadapan dengan Bayu setelah pernikahan memang menguras tenaga. Tetapi (lagi-lagi) aku tidak punya pilihan karena sekarang kehidupanku sudah terperangkap dengannya. Hidupku yang dulu tenang di rumah sebelah kini berubah jadi penuh drama. Drama yang sebagian besar berasal dari pria satu ini.Tak lama setelah Bayu pergi, aku segera menyusulnya keluar kamar. Dalam perjalanan ke ruang tengah, langkahku sempat tertahan sejenak. Aku melihat tumpukan kardus di sudut ruangan yang entah isinya apa. Mungkin barang-barang lama Bayu. Dalam hati aku berpikir, seberapa banyak barang peninggalan di rumah ini yang nanti harus kutata ulang. Ketika aku sampai di ruang tengah, mataku langsung tertuju pada Bayu yang sedang berdiri di depan pintu kamar ibunya. Dia tampak sibuk memasang jam tangan. Bajunya sudah rapi, kaus polo biru dengan celana jeans hitam, dan sepatu sneakers yang terlihat baru.“Mau ke mana?” tanyaku spontan.Bayu menoleh, lalu menjawab tanpa me
last updateLast Updated : 2025-01-25
Read more

Menjalankan Peran Sebagai Istri

Setelah Bayu berangkat, otomatis aku sendirian di rumahnya. Daripada bosan, aku pun mengambil sapu dan pengki untuk membersihkan rumah. Tidak ketinggalan juga ember, lap, dan pel-pelan. Biasanya di rumahku sendiri pun aku rajin membantu Ibu bersih-bersih. Aku memulai pekerjaanku dengan teras dan ruang tamu. Setelah memastikan lantai ruang tamu mengilap dan tidak ada debu yang tersisa, aku melangkah ke ruang tengah dengan sapu di tangan. Ruangan itu terasa sedikit lebih redup karena tidak memiliki jendela sebesar ruang tamu. Di salah satu sudut ruangan, ada rak berisi buku-buku tua yang tampaknya jarang tersentuh. Sekilas aku melirik salah satu buku di sana dan merasa tergoda untuk membaca isinya. Tapi, aku sadar bahwa sekarang bukan waktunya bersantai. "Lagian kalau aku baca buku sambil bersih-bersih, bisa-bisa pekerjaan nggak selesai sampai Bayu pulang," gumamku sambil menggelengkan kepala. Aku menyelesaikan ruang tengah dengan cukup cepat, lalu beralih ke kamar Bayu. Kamar ini me
last updateLast Updated : 2025-01-26
Read more

Menghadapi Tetangga Julid

“Hahaha! Neniii, Neni! Mana ada cewek habis nikah yang nggak bisa masak, terus pulang ke rumah ibunya! Kamu ini ada-ada aja!”Aku memanyunkan bibir mendengar ledekan Ibu, tetapi tidak bisa membalas dengan kalimat apa pun. Karena hampir setengah jam tadi aku hanya berdiri bengong di dapur, akhirnya aku memutuskan pulang ke rumah Ibu untuk meminta diajari memasak.“Coba kalau kamu dapat suami yang rumahnya jauh dari siapa-siapa!” ledek Ibu lagi.Kali ini aku menyengir. “Untungnya aku dapat suami yang rumahnya pas di sebelah kan, Bu?”Senyum di bibir Ibu terkembang teduh. “Alhamdulillaah. Memang rencana Allah itu yang terbaik dan seringnya tak terduga-duga. Ya, kan?”Mendengar Ibu berkata begitu, aku jadi ingat kalau sebelumnya menikah dengan Bayu sama sekali tidak ada dalam rencanaku. Justru seharusnya kalau jadi menikah dengan Anggara, aku akan diboyong ke kampung halamannya di Sumatera yang tentu jauh dari rumah orang tuaku. Pastinya adegan pulang untuk meminta diajari Ibu memasak sep
last updateLast Updated : 2025-01-26
Read more

Dilanda Kegalauan

Gara-gara pertanyaan Ibu dan nyinyiran Bu Tari, aku jadi kepikiran untuk mencari pekerjaan di luar. Sepulangnya dari rumah orang tuaku sambil membawa tiga kotak makanan hasil belajar memasak tadi, aku pun membuka laptop dan mulai berselancar di internet, mencari-cari lowongan pekerjaan yang berada di sekitar dan sesuai dengan keahlianku.Barangkali memang sudah rencana Allah, kebetulan sekali dinas perpustakaan dan kearsipan setempat sedang membuka lowongan untuk tenaga bantu. Wajah kusutku seketika berubah semringah. Yang perlu aku lakukan sekarang hanyalah menyampaikan rencanaku pada Bayu.Aku menunggu Bayu pulang sambil mondar-mandir tak sabar di ruang tamu. Hidangan untuk makan malam sudah aku siapkan di meja. Lengkap dengan satu teko teh manis hangat sebagai sandingan nanti. Ketika kudengar deru mesin motor yang masuk ke halaman depan, ayunan kakiku segera berhenti dan putar haluan merapat ke pintu yang masih tertutup.“Assalaamu'alaikum,” ucap Bayu sambil membuka pintu. Dia tamp
last updateLast Updated : 2025-01-28
Read more

Penantian yang Menyiksa

Tiga hari. Aku sudah memasukkan lamaranku lewat surat elektronik sejak genap tiga hari yang lalu. Namun, sampai detik ini tidak ada jawaban atau panggilan apa pun untuk lanjut ke tahap berikutnya. Jempolku terus menggulir layar ponsel, mengecek kotak masuk berkali-kali dengan harapan akan ada email balasan yang masuk. Nihil. Tidak ada apa-apa. Aku memandangi layar ponsel dengan perasaan campur aduk. Kira-kira apa yang kurang? Jangan-jangan aku tidak diterima gara-gara umurku yang sudah menginjak kepala tiga. Meski begitu, aku yakin sekali bahwa di ketentuan jelas tertulis batas maksimal usia pelamar adalah 35 tahun. Jadi, apa yang salah? Lamunanku terhenti ketika aroma hangus menyengat hidungku. Aku tersentak, menoleh ke arah dapur, dan mataku langsung membelalak. “Astaghfirullah hal ‘adzim, Nenii!”Seruan itu tidak berasal dari diriku sendiri, melainkan dari Bayu yang entah sejak kapan sudah berdiri di belakangku dengan wajah panik. Di depan mataku, wajan di atas kompor mulai mem
last updateLast Updated : 2025-01-28
Read more

Pengantin Baru

Tidak ada alasan bagiku menolak ajakan Bayu. Jadi, setelah sarapan nasi goreng minimalis pagi itu, aku segera bersiap untuk pergi bersama Bayu ke tempat peternakan bebek dan pengasinan telur di rumah temannya, di kecamatan sebelah, naik motornya. Bayu bercerita bahwa sejak awal merintis usaha telur asin tersebut dia memang membangun bersama sang teman. Mereka patungan modal, mencari koneksi untuk membeli bebek petelur yang bagus dan menaruh dagangan, juga mengurus hal-hal lain.“Kamu nggak malu punya suami penjual telur asin keliling?” tanya Bayu ketika kami sudah di atas motor dalam perjalanan menuju tempat rekannya.Mendengar pertanyaan yang hampir terkalahkan oleh suara deru mesin kendaraan dan angin itu, aku jadi kembali teringat oleh ucapan nyelekit Bu Tari tempo hari. Rasanya emosiku jadi ikut tersulut lagi.“Nggak, lah! Ngapain malu?” jawabku sambil setengah berteriak, tanpa ragu. “Malu itu kalau punya suami koruptor atau pencuri! Jual telur asin keliling kan halal.”Sayangnya
last updateLast Updated : 2025-01-31
Read more

Perhatian yang Lebih Intens

Aku tidak bisa berhenti gugup sejak semalam. Bahkan, aku nyaris tidak bisa memejamkan mata. Setiap kali aku mencoba menutup mata, pikiranku dipenuhi oleh berbagai skenario wawancara besok—mulai dari pewawancara yang memasang ekspresi datar hingga pertanyaan sulit yang tidak bisa kujawab.Aku membolak-balikkan badan di atas kasur, mencoba mencari posisi tidur yang nyaman. Bantal kugulung, kutindih, kupeluk erat, tetapi tetap saja kepalaku terasa penuh. Aku mencoba memejamkan mata lebih lama, menghitung mundur dari seratus, berharap bisa tertidur secara alami. Tapi semakin aku berusaha, semakin pikiranku terasa bising.Aku mendesah panjang.Sial, kalau begini terus, aku bakal kurang tidur dan kelihatan kusut saat wawancara nanti!Ketika aku sedang berusaha keras untuk tidak berpikir berlebihan, ketukan pelan terdengar dari arah pintu kamarku. Aku mengerutkan kening, lalu menoleh ke arah jam di dinding. Sudah hampir pukul sebelas malam.Hanya ada dua orang di rumah ini, jadi aku bisa lan
last updateLast Updated : 2025-02-02
Read more
PREV
12345
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status