All Chapters of Terjerat Cinta Duda Ting-Ting : Chapter 11 - Chapter 20

43 Chapters

Dipingit

“Ya mana aku tahu! Coba kamu tanya Bayu sendiri.”Jawaban Mitha sungguh sangat tidak menjawab kebingunganku. Namun, dari curhat dengannya aku bisa menarik satu kesimpulan: memang tidak ada pilihan lain yang lebih baik untukku kecuali menikah dengan Bayu.  Aku terdiam dengan posisi tetap membiarkan ponsel di telinga. Pandanganku menatap lurus, membayangkan Mitha seolah-olah duduk di hadapanku sekarang dan sedang menikmati secangkir teh dengan nyaman. Sementara aku memasang wajah murung dengan kepala penuh kekacauan.  “Kamu yakin nggak ada jalan lain?” tanyaku, berharap Mitha mendadak berubah pikiran dan memberiku solusi lain.  Kudengar Mitha yang menghela napas panjang di seberang. “Non, kalau aku jadi kamu, aku juga pasti milih Bayu. Dia udah jelas orangnya, kamu udah kenal sejak kecil. Dan yang paling penting, dia nggak akan lari kayak Anggara.”  Kalimat itu menusukku tepat di ulu hati. M
last updateLast Updated : 2025-01-19
Read more

Membobol Kamar Bayu

Aku mengeluarkan ponsel lagi dari saku dan melihat pesan di ponselku yang masih tetap belum dibaca. Bayu, apa sih yang sedang kamu lakukan? Kenapa lama sekali? Jantungku berdebar semakin kencang. Aku tahu ini bukan perkara main-main, tapi sepertinya Bayu tidak menyadari betapa pentingnya pembicaraan ini bagiku. Tidak bisa begini! Padahal kami harus segera bicara.  Kupandangi layar ponsel untuk kesekian kalinya, berharap tanda centang dua abu-abu itu berubah biru. Namun, tidak ada perubahan. Aku menggigit bibir bawahku, bingung harus berbuat apa. Kalau aku terus menunggu, rasanya aku bisa gila. Tapi kalau aku memaksakan diri menemuinya lewat pintu depan, aku tahu aku melanggar aturan 'pingitan' dadakan yang dibuat Bude Sri dan keluarga besar tadi.  “Aduh, Nen, apa sih yang kamu lakukan?” Aku memarahi diri sendiri pelan sambil mondar-mandir di dalam kamar. Bayangan keluarga besar di ruang tengah tadi masih melekat jelas di pikiranku. Wajah-wajah p
last updateLast Updated : 2025-01-19
Read more

Sesuatu yang Seharusnya Tidak Dilihat

"Aaaaa—pppffmm—"Pekikan yang keluar dari mulutku terhenti seketika ketika tangan Bayu membekap mulut dan hidungku dengan kasar. Mataku membelalak, terkejut dan panik. Bibirku terasa tertekan, dan udara di dalam paru-paruku semakin menipis. Instingku untuk melawan segera muncul, namun tubuhku seakan terhenti begitu saja. Semua yang ada di pikiranku hanyalah bagaimana bisa keluar dari cengkeramannya yang tak terduga.Sambil berusaha melepaskan diri, bola mataku melotot, berusaha melihat wajah Bayu yang masih ada di depanku. Tidak! Bukan seperti ini yang aku inginkan! Ini bukan saat yang tepat untuk bertengkar atau berteriak, tapi—aaakh! Apa yang dia pikirkan?  Dengan sedikit tenaga yang tersisa, aku menarik tangan Bayu yang menempel erat di wajahku, berharap bisa meraih kebebasanku. Rasanya dingin sekali saat telapak tanganku bertemu dengan kulit tubuhnya yang panas. Hal ini justru membuatku semakin bingung. Kenapa aku merasa canggung? Ken
last updateLast Updated : 2025-01-20
Read more

Kesepakatan Kedua Calon Mempelai

"Emang sebenarnya kenapa sih, Nen, kamu ngelarang banget aku ke rumahmu? Takut camilan buat nikahan lusa aku habisin, ya?" Bayu terus melontarkan candaan yang tak pernah bisa kuhindari. Melihatku yang tak segera berbicara, mulutnya tak tahan untuk tidak berkomentar, lagi.Aku mendelik tak senang. "Dasar!" gerutuku dalam hati, namun dengan cepat menahan diri untuk tidak melontarkan kata-kata lebih kasar. Bayu memang belum membaca pesan terakhirku, tetapi apakah dia tidak berpikir kalau rumahku yang lagi penuh dengan orang rewang jelas bukan tempat yang cocok untuk bicara serius?“Yang ada nanti baru juga kamu sampai teras udah diusir orang-orang!” ujarku dengan nada kesal, teringat ucapan Bude dan yang lain kalau aku dan Bayu harus dipingit, tidak boleh bertemu sebelum hari pernikahan.Bayu mengernyitkan kening, ekspresinya tampak kebingungan. "Kenapa?" tanyanya dengan nada jujur, seperti anak kecil yang baru saja mendengar sesuatu yang belum pernah dia pahami se
last updateLast Updated : 2025-01-20
Read more

Akhirnya Nikah!

Keramaian luar biasa tampak sejak pagi-pagi buta di kediamanku. Rumah yang sebelumnya sepi kini berubah menjadi pusat aktivitas yang tak pernah aku bayangkan. Dua hiasan besar berupa umbul-umbul dari janur kuning melengkung indah di depan gapura pagar rumah, menandakan bahwa ini adalah hari yang sangat istimewa. Terop yang dipasang membentang mulai dari teras dan menjulur hingga keluar pagar, meskipun hanya memakai bahu jalan untuk menancapkan tiang penyangga, tidak sampai mengganggu lalu lintas kendaraan yang lewat. Bayu yang meminta ini semua—request spesial yang sederhana namun bijaksana—bilangnya, "Zalim kalau sampai kita mengabaikan hak orang banyak demi kepentingan pribadi." Aku setuju dengan pemikirannya, meski tidak semua orang bisa memahaminya. Bagi aku, yang penting hari ini berjalan lancar. Namun, orang tuaku, keluarga besar, dan tentu saja, tetangga-tetangga yang sangat antusias, punya pemikiran yang berbeda. Aku mengerti, ini adalah pernikahan p
last updateLast Updated : 2025-01-21
Read more

Sah!

“Bulik, emang Bayu sama rombongannya udah datang?” tanyaku, sambil meletakkan tangan yang dingin di atas jemari Bulik Narni. Perasaan cemas yang sudah menggelayuti diriku sejak pagi semakin terasa saat aku berdiri di depan pintu kamar, siap melangkah ke ruang tengah. Bulik segera menggenggam tanganku, memberikan sedikit tarikan lembut agar aku bangkit dan bergerak.“Udaah! Hampir sejak satu jam yang lalu, malah!” jawab Bulik Narni dengan tawa kecil, mencoba menenangkan aku. “Wong cuma dari sebelah rumah aja, kok. Hihi,” tambahnya, mencoba membuat suasana lebih santai. Aku mengangguk kecil, sedikit lega mendengar penjelasan itu. Kami pun mulai berjalan keluar dari kamarku, menuju ruang tengah.“Rombongannya juga nggak banyak. Cuma Pak RT sama beberapa bapak-bapak warga sini, kata ibumu,” lanjut Bulik Narni, seolah ingin meyakinkanku bahwa semuanya berjalan lancar. Aku mengangguk lagi, memahami. Bayu dan ibunya memang beras
last updateLast Updated : 2025-01-21
Read more

Pesta Pernikahan As-Pal (Asli tapi Palsu)

Semuanya terasa canggung dan … aneh. Aku duduk bersisian dengan Bayu di pelaminan, merasa seperti patung yang hanya bisa duduk dan tersenyum. Wajahku menampilkan senyum yang rasanya sudah terprogram sedemikian rupa, karena aku tidak tahu harus berbuat apa lagi selain tersenyum. Puluhan ucapan selamat datang dari kerabat, teman, dan beberapa tetangga yang baru pertama kali bertemu kami. Tidak sedikit yang terkejut melihat kami menikah. Mereka tidak menyangka, apalagi mengingat hubungan kami yang tampaknya tidak lebih dari sekadar pertemanan biasa. Namun, seperti dugaan, lebih banyak yang abai karena yang terpenting Bapak dan Ibu punya mantu, dan aku sudah terlepas dari ancaman status perawan tua. Perasaanku sedikit perih, namun aku berusaha menutupi dengan senyum.Ketika giliran Mitha naik ke pelaminan untuk memberi ucapan selamat, aku merasa seolah ada yang aneh dalam atmosfernya. Wanita itu tampak cengar-cengir, bahkan sejak menapak di undakan pertama, matanya l
last updateLast Updated : 2025-01-22
Read more

Malam Pertama

Pukul sepuluh malam lebih, pesta baru benar-benar selesai. Sudah tidak ada lagi tamu yang datang, jadi aku dan Bayu sudah diperbolehkan turun dari pelaminan. Badanku rasanya remuk, redam. Pegal setengah mati setelah 'dipajang' di atas kuade seharian. Seluruh riasan, aksesoris, dan gaun ala-ala Nyi Roro Kidul taubat semakin menambah beban yang harus kutanggung selama berjam-jam. Maka dari itu, begitu masuk rumah aku langsung menyelonong masuk ke kamar agar bisa segera menghapus make up dan mencopot segala perintilan yang terpasang di kepala. Tidak lama kemudian, Ibu masuk dan membantuku melepas gaun pengantin yang seberat beban hidup dan penuh banyak pengait.“Alhamdulillah acara hari ini lancar, Nduk,” ucap Ibu sambil melepas kancing terakhir di bagian punggungku. Segera aku menurunkan bagian kerah gaun yang sudah melorot dan melepasnya dari bawah. Menyisakan tubuhku yang hanya berbalut kaos manset lengan panjang polos warna krem dan celana legging hitam.“Iya, Bu.
last updateLast Updated : 2025-01-22
Read more

Rencana Pasutri Baru

Lantunan murrotal surat-surat pendek yang biasa diputar sebelum azan Subuh bahkan belum terdengar dari pengeras suara masjid ketika ponselku terus-menerus meraung. Padahal badanku sedang capek luar biasa dan baru bisa tidur setelah Bayu pergi ke kamarnya sendiri. Kelopak mataku pun seperti habis direkatkan dengan lem G.Siapa sih yang kurang ajar menerorku di jam segini!? Awas aja kalau ternyata tukang tipu yang suka ngaku-ngaku jadi suami yang lagi kecelakaan atau ditangkap polisi. Aku sumpahin seumur hidup lidahnya kesemutan gara-gara kebanyakan bohong!Meski rasanya berat sekali tubuh ini bergerak seperti ditimpa kulkas 6 pintu, jemari tanganku merayap perlahan-lahan sampai berhasil mencapai nakas dan mengambil benda pipih yang masih terus berbunyi nyaring sambil bergetar-getar itu. Tanpa membuka mata, aku asal mengusap layar dengan jempol dan menempelkan ke sebelah telinga. Entah apakah teleponnya benar aku terima atau justru tertolak, biarlah takdir si penele
last updateLast Updated : 2025-01-23
Read more

Pamitan

Seperti yang disepakati sebelumnya, aku mulai mengemas barang-barangku segera setelah selesai menunaikan salat Subuh. Cahaya matahari yang masih redup perlahan masuk melalui celah-celah jendela, menambah suasana tenang pagi itu. Tidak banyak yang kubawa, hanya satu koper sedang yang cukup untuk pakaian dan barang-barang pribadiku. Lagipula, kalau ada yang tertinggal, aku hanya perlu melangkah beberapa langkah ke rumah sebelah—rumah Bayu. Setelah selesai, aku berdiri di tengah kamar, memandangi setiap sudut ruangan yang selama ini menjadi tempatku tumbuh. Rak buku kecil di pojok, meja belajar dengan coretan tak sengaja, hingga tempat tidur yang selalu membuatku nyaman—semua terasa berbicara padaku, seolah mengatakan mereka akan merindukanku. Aku menarik napas panjang, lalu tersenyum tipis. “Aku nggak akan jauh-jauh kok,” gumamku pelan. Saat sarapan bersama di meja makan pagi itu, suasananya terasa lebih ramai dari biasanya. Aroma pecel buatan Ibu memenuhi ruanga
last updateLast Updated : 2025-01-23
Read more
PREV
12345
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status