All Chapters of Terjerat Cinta Duda Ting-Ting : Chapter 31 - Chapter 40

43 Chapters

Wawancara di Luar Dugaan

Setelah sarapan, Bayu mengantarku ke tempat wawancara dengan motornya. Selama perjalanan, dia terus saja berbicara, memberikan wejangan yang menurutnya bisa membuatku lebih tenang.“Santai aja, Nen. Jawab semua pertanyaan dengan tenang. Mereka pasti suka sama kamu.”"Semoga," sahutku singkat. Aku benar-benar berharap bisa melakukan yang terbaik, tapi rasa gugup terus menggelayuti pikiranku.Jalanan pagi itu cukup lengang, angin sejuk menerpa wajahku saat Bayu memacu motornya dengan kecepatan sedang. Aku berusaha menikmati perjalanan, tapi kegelisahan terus mengusik pikiranku. Bayu sepertinya menyadari aku masih tegang, karena dia menurunkan sedikit kecepatannya dan mulai berbicara tentang hal-hal lain."Kamu tahu nggak? Katanya, wawancara kerja itu mirip kayak pertama kali ketemu calon mertua."Aku mengernyit. "Hah? Apa hubungannya?""Ya, sama-sama bikin gugup. Harus jaga sikap, ngomong yang baik, dan meyakinkan mereka kalau kamu orang yang tepat."Aku mendengus pelan. "Bedanya, kalau
last updateLast Updated : 2025-02-02
Read more

Bertemu Sang Mantan

Aku membeku di tempat, sementara Risma, wanita yang tadi berbicara dengan Bayu dan tak lain sekaligus mantan istrinya, langsung berdiri dan melambaikan tangan ramah ke arahku. “Eh, Neni! Lama banget nggak ketemu! Apa kabar?”Aku menoleh ke Bayu yang tampak sedikit salah tingkah. Napasnya sedikit tertahan, seperti sedang menyiapkan diri untuk sesuatu. Risma berjalan mendekat, membawa senyuman selebar layar bioskop. Senyuman yang entah kenapa terasa terlalu lepas, terlalu santai, seolah kami bukan dua orang asing yang terikat oleh satu nama yang sama—Bayu.Aku mencoba membalas senyumnya dengan canggung ketika dia mengulurkan tangan, menyalamiku, kemudian menarik tanganku dengan erat seolah kami dua sahabat lama yang baru bertemu lagi. “Iya, Risma. Alhamdulillah, baik. Kamu gimana?”“Baik banget!” jawabnya cepat, matanya berbinar. “Eh, kalian berdua masih aja barengan ke mana-mana?”Nada suaranya terdengar menggoda, penuh kelakar, tapi entah kenapa ada sesuatu dalam cara dia mengatakanny
last updateLast Updated : 2025-02-03
Read more

Perasaan yang Aneh

Sampai di rumah, aku langsung masuk kamar tanpa mengucapkan apa-apa ke Bayu. Dia sempat memanggil dari ruang tamu, tapi aku pura-pura tidak mendengar suaranya.Begitu pintu kamar tertutup, aku menjatuhkan diri di atas kasur. Pandanganku menatap langit-langit, kosong. Tapi kepalaku justru dipenuhi bayangan yang terus mengusik.Kenapa Bayu terlihat begitu antusias dengan Risma? Padahal sudah jelas mereka itu mantan. Kalau dia masih suka, kenapa nggak rujuk aja sekalian?Aku menggeleng, mencoba mengusir pikiran itu. Tapi semakin aku mencoba, semakin kuat ingatan tentang mereka berdua di perpustakaan tadi memenuhi pikiranku.Senyuman hangat Risma. Tatapan Bayu yang... ah, aku tidak salah lihat. Itu bukan tatapan biasa. Ada sesuatu di sana. Nostalgia? Rindu?Aku menghela napas berat, berusaha menenangkan diri. Ini bukan urusanku. Aku dan Bayu hanya menikah di atas kertas. Tidak seharusnya aku merasa terganggu.Tapi kenapa... aku merasa cemburu?Aku mengacak rambutku frustrasi. Tidak mungki
last updateLast Updated : 2025-02-03
Read more

Status Baru

Pagi itu, aku merasa seperti ayam yang kehilangan kandangnya. Semalam, aku baru mendapat email konfirmasi diterima bekerja di dinas perpustakaan kota. Saking senangnya, aku lupa satu hal: aku belum menyiapkan apa pun untuk hari pertama kerja. Pakaian yang cocok, dokumen yang perlu dibawa, semuanya. Baru pagi ini aku tersadar, dan semuanya mendadak terasa seperti berlomba dengan waktu.“Nen, udah siap belum?” teriak Bayu dari ruang tamu.“Sebentar!” sahutku sambil sibuk mencari blazer hitam yang rasanya entah menghilang ke mana.Aku memeriksa lemari sekali lagi, mengobrak-abrik tumpukan pakaian dengan panik. Tangan-tanganku bergerak cepat, tetapi blazer itu tetap saja tidak terlihat. Rasa frustrasi mulai menjalar. Aku mengerang pelan sebelum akhirnya menarik napas panjang, mencoba berpikir lebih jernih. Mataku lalu menangkap sesuatu di sudut lemari—sepotong kain hitam yang terlipat rapi di bawah tumpukan baju lain.“Ah! Ketemu!” seruku lega.Tanpa pikir panjang, aku menariknya keluar d
last updateLast Updated : 2025-02-04
Read more

Menjadi Curigaan

Ketika akhirnya jam pulang, Bayu menepati ucapannya dengan menungguku di luar. Aku melihatnya bersandar di motor, mengenakan jaket hitam favoritnya, sambil sesekali melihat ke layar ponselnya. Rasanya lega melihatnya di sana, tetapi sebelum aku bisa melangkah lebih jauh, Risma yang sejak tadi terus menempel kepadaku tentu saja ikut menyadari kehadiran Bayu.“Bayu! Udah di sini aja?” katanya sambil melambai ceria, seolah-olah mereka sudah lama tidak bertemu dan sangat akrab.Bayu menoleh, lalu tersenyum tipis. “Iya, tadi langsung ke sini pas Neni kirim WhatsApp. Gimana, Nen? Udah selesai?”Aku mengangguk pelan, meski sebenarnya masih ada beberapa hal yang mengganjal pikiranku. “Udah. Kayaknya aku bisa lanjut sendiri sekarang.”Risma terkekeh kecil, melirikku sekilas sebelum kembali menatap Bayu. “Wah, Bayu. Kamu bisa tenang sekarang. Neni kan anak mandiri. Tapi jangan lupa mampir-mampir lagi ke sini, ya.”Nada suaranya santai, tetapi entah kenapa terdengar seperti pesan tersembunyi. Ak
last updateLast Updated : 2025-02-04
Read more

Kopi yang Terlalu Pahit

Minggu pertama kerja di perpustakaan. Harusnya ini menyenangkan, ya? Dikelilingi rak-rak tinggi berisi buku, suasana hening yang menenangkan, dan aroma kertas yang khas. Tapi kenyataannya, sejak aku melihat wajah Risma pagi ini, rasanya perutku seperti diaduk-aduk.Bukannya apa-apa, dia terlihat terlalu... ramah. Ramah yang, hmm, gimana ya? Kayak lagi ngasih kode tanpa ngomong langsung.“Neni, kamu kelihatan serius banget.”Aku mendongak dari buku katalog yang sedang kubaca. Ternyata Risma sudah berdiri di sebelah meja, membawa dua cangkir kopi. Bibirnya melengkung dalam senyuman manis yang terlihat terlalu sempurna.“Aku bawain latte. Kamu suka, kan?”“Oh, iya. Makasih.” Aku mengambil cangkir itu dengan senyum yang sedikit dipaksakan.Risma duduk di kursi sebelahku, meletakkan kopinya dengan gerakan anggun sebelum menyandarkan tubuhnya di kursi. Tatapannya terfokus padaku, seolah ingin menginterogasiku dengan cara halus.“Jadi, gimana? Udah mulai betah?”Aku mengangguk sambil menyeru
last updateLast Updated : 2025-02-05
Read more

Overthinking

Sore itu, aku merasa harus meluruskan semuanya ke Bayu. Setelah kerja, aku langsung pulang dan menemukan dia sedang duduk santai di ruang tamu dengan kaus lusuh favoritnya. Aku berdiri di ambang pintu, mengamati pemandangan di depanku. Bayu tampak begitu santai, kakinya selonjor di atas meja kecil, satu tangan menopang kepala, sementara tangan satunya lagi mengetik di laptop dengan ekspresi serius. Aku diam sejenak, mencoba menenangkan diri sebelum akhirnya melangkah mendekat. “Yu,” panggilku, berdiri di depannya dengan tangan bersedekap. Bayu hanya menoleh sekilas sebelum kembali fokus ke layar laptopnya. “Hmm?” Aku menatapnya tajam, tapi dia tetap tak terpengaruh. Aku berdehem, memastikan suaraku lebih tegas. “Risma tadi bilang kalau kita kelihatan kompak. Menurut kamu, itu artinya apa?” Bayu akhirnya mengalihkan perhatiannya dariku dan menatapku dengan ekspresi bingung. “Itu artinya, kamu terlalu overthinking.” Aku mengembuskan napas panjang, berusaha tetap tenang. “Bayu!” Ak
last updateLast Updated : 2025-02-05
Read more

Cara Melupakan Beban

Hari Sabtu. Harusnya ini jadi hari buat istirahat, tapi kenyataannya aku malah tergeletak di sofa ruang tamu seperti ikan asin dijemur. Energi rasanya terkuras habis, bukan cuma buat kerjaan di perpustakaan, tapi juga buat berhadapan sama Risma setiap hari.Mungkin aku harus menulis surat pengunduran diri sebagai manusia normal dan resmi jadi karpet saja.“Bangun, Nen.”Suara Bayu memaksaku membuka mata. Dia berdiri di depan sofa dengan kaus oblong dan celana pendek, membawa kantong plastik yang sepertinya penuh dengan camilan. Aku sempat berpikir kalau dia baru saja merampok minimarket.“Ngapain sih bawa-bawa plastik kayak mau dagang keliling?” tanyaku lemas.“Ini buat nyemil kalau kamu mau merenung di sini sepanjang hari,” jawabnya santai sambil menjatuhkan dirinya ke sofa sebelahku. “Tapi aku lebih suka kalau kamu bangun dan kita jalan-jalan.”Aku mendesah panjang, menutup wajah dengan bantal. “Nggak ah, aku capek. Lagian mau jalan ke mana?”Dia menepuk lututku dengan plastik camil
last updateLast Updated : 2025-02-06
Read more

Si Perusak Suasana

Setelah istirahat beberapa saat, Bayu memaksaku untuk naik sepeda tandem lagi. Meski sebenarnya enggan, aku akhirnya menyerah karena dia mulai merengek seperti anak kecil. Dia pun mulai mengayuh dengan semangat, sementara aku berusaha menjaga keseimbangan di belakang.“Yu, pelan-pelan!” teriakku ketika dia mulai melaju lebih cepat.“Ayo, Nen! Ini asyik banget!”Aku berteriak histeris setiap kali kami melewati tikungan, sementara Bayu tertawa seperti orang gila. Beberapa orang di taman memandang kami dengan tatapan aneh, tapi Bayu sepertinya tidak peduli.“Yu, pelan-pelaaan!" teriakku di sela deru angin yang menampar-nampar.“Tenang aja, Nen! Aku udah pro!" sahutnya sambil tertawa kencang yang terdengar menyebalkan di telingaku. Dia lalu menambahkan dengan suara lantang, "Kamu aman di belakangku. Aku nggak bakal ninggalin kamu kok!”Aku mendengus kesal. “Gombal banget. Udah, pelan dikit, Bayu! Aku serius!”Bayu akhirnya mengurangi kecepatan sedikit, tapi masih dengan ekspresi puas di w
last updateLast Updated : 2025-02-06
Read more

Kunjungan ke Rumah Mantan

Pemandangan di depan rumah Risma sudah cukup bikin aku menelan ludah. Risma berdiri di sana dengan wajah yang… gimana ya? Kagok? Syok? Kayak dia nggak nyangka bakal lihat aku ikut nimbrung.Kerudung segiempat dengan kedua ujung tersampir di pundak menutup kepalanya, dan dia pakai piyama dengan gambar kelinci yang terlalu imut buat seorang perempuan dewasa. Aku menahan tawa melihatnya. Kayak bukan Risma yang biasa aku lihat di kantor. Atau mungkin ini sekadar triknya untuk terlihat imut? Bukankah kaum Adam suka dengan cewek-cewek kawaii macam di Anime?Aku, yang masih duduk di belakang Bayu di atas motor, memiringkan kepala. Kaget, Ris? Kirain cuma mau ngobrol sama Bayu aja?“Oh, Neni ikut juga?” tanya Risma dengan senyum kecil yang—menurutku—agak dipaksakan.“Ya dong, kami ke mana-mana bareng. Paket hemat,” jawabku dengan nada santai, meskipun dalam hati aku merasa agak puas.Risma tertawa kecil, tapi aku bisa melihat matanya sekilas melirik ke arah Bayu, seolah sedang menilai reaksin
last updateLast Updated : 2025-02-07
Read more
PREV
12345
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status