Home / Romansa / Terjerat Cinta Duda Ting-Ting / Perhatian yang Lebih Intens

Share

Perhatian yang Lebih Intens

last update Last Updated: 2025-02-02 22:42:09

Aku tidak bisa berhenti gugup sejak semalam. Bahkan, aku nyaris tidak bisa memejamkan mata. Setiap kali aku mencoba menutup mata, pikiranku dipenuhi oleh berbagai skenario wawancara besok—mulai dari pewawancara yang memasang ekspresi datar hingga pertanyaan sulit yang tidak bisa kujawab.

Aku membolak-balikkan badan di atas kasur, mencoba mencari posisi tidur yang nyaman. Bantal kugulung, kutindih, kupeluk erat, tetapi tetap saja kepalaku terasa penuh. Aku mencoba memejamkan mata lebih lama, menghitung mundur dari seratus, berharap bisa tertidur secara alami. Tapi semakin aku berusaha, semakin pikiranku terasa bising.

Aku mendesah panjang.

Sial, kalau begini terus, aku bakal kurang tidur dan kelihatan kusut saat wawancara nanti!

Ketika aku sedang berusaha keras untuk tidak berpikir berlebihan, ketukan pelan terdengar dari arah pintu kamarku. Aku mengerutkan kening, lalu menoleh ke arah jam di dinding. Sudah hampir pukul sebelas malam.

Hanya ada dua orang di rumah ini, jadi aku bisa lan
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Terjerat Cinta Duda Ting-Ting    Wawancara di Luar Dugaan

    Setelah sarapan, Bayu mengantarku ke tempat wawancara dengan motornya. Selama perjalanan, dia terus saja berbicara, memberikan wejangan yang menurutnya bisa membuatku lebih tenang.“Santai aja, Nen. Jawab semua pertanyaan dengan tenang. Mereka pasti suka sama kamu.”"Semoga," sahutku singkat. Aku benar-benar berharap bisa melakukan yang terbaik, tapi rasa gugup terus menggelayuti pikiranku.Jalanan pagi itu cukup lengang, angin sejuk menerpa wajahku saat Bayu memacu motornya dengan kecepatan sedang. Aku berusaha menikmati perjalanan, tapi kegelisahan terus mengusik pikiranku. Bayu sepertinya menyadari aku masih tegang, karena dia menurunkan sedikit kecepatannya dan mulai berbicara tentang hal-hal lain."Kamu tahu nggak? Katanya, wawancara kerja itu mirip kayak pertama kali ketemu calon mertua."Aku mengernyit. "Hah? Apa hubungannya?""Ya, sama-sama bikin gugup. Harus jaga sikap, ngomong yang baik, dan meyakinkan mereka kalau kamu orang yang tepat."Aku mendengus pelan. "Bedanya, kalau

    Last Updated : 2025-02-02
  • Terjerat Cinta Duda Ting-Ting    Bertemu Sang Mantan

    Aku membeku di tempat, sementara Risma, wanita yang tadi berbicara dengan Bayu dan tak lain sekaligus mantan istrinya, langsung berdiri dan melambaikan tangan ramah ke arahku. “Eh, Neni! Lama banget nggak ketemu! Apa kabar?”Aku menoleh ke Bayu yang tampak sedikit salah tingkah. Napasnya sedikit tertahan, seperti sedang menyiapkan diri untuk sesuatu. Risma berjalan mendekat, membawa senyuman selebar layar bioskop. Senyuman yang entah kenapa terasa terlalu lepas, terlalu santai, seolah kami bukan dua orang asing yang terikat oleh satu nama yang sama—Bayu.Aku mencoba membalas senyumnya dengan canggung ketika dia mengulurkan tangan, menyalamiku, kemudian menarik tanganku dengan erat seolah kami dua sahabat lama yang baru bertemu lagi. “Iya, Risma. Alhamdulillah, baik. Kamu gimana?”“Baik banget!” jawabnya cepat, matanya berbinar. “Eh, kalian berdua masih aja barengan ke mana-mana?”Nada suaranya terdengar menggoda, penuh kelakar, tapi entah kenapa ada sesuatu dalam cara dia mengatakanny

    Last Updated : 2025-02-03
  • Terjerat Cinta Duda Ting-Ting    Perasaan yang Aneh

    Sampai di rumah, aku langsung masuk kamar tanpa mengucapkan apa-apa ke Bayu. Dia sempat memanggil dari ruang tamu, tapi aku pura-pura tidak mendengar suaranya.Begitu pintu kamar tertutup, aku menjatuhkan diri di atas kasur. Pandanganku menatap langit-langit, kosong. Tapi kepalaku justru dipenuhi bayangan yang terus mengusik.Kenapa Bayu terlihat begitu antusias dengan Risma? Padahal sudah jelas mereka itu mantan. Kalau dia masih suka, kenapa nggak rujuk aja sekalian?Aku menggeleng, mencoba mengusir pikiran itu. Tapi semakin aku mencoba, semakin kuat ingatan tentang mereka berdua di perpustakaan tadi memenuhi pikiranku.Senyuman hangat Risma. Tatapan Bayu yang... ah, aku tidak salah lihat. Itu bukan tatapan biasa. Ada sesuatu di sana. Nostalgia? Rindu?Aku menghela napas berat, berusaha menenangkan diri. Ini bukan urusanku. Aku dan Bayu hanya menikah di atas kertas. Tidak seharusnya aku merasa terganggu.Tapi kenapa... aku merasa cemburu?Aku mengacak rambutku frustrasi. Tidak mungki

    Last Updated : 2025-02-03
  • Terjerat Cinta Duda Ting-Ting    Status Baru

    Pagi itu, aku merasa seperti ayam yang kehilangan kandangnya. Semalam, aku baru mendapat email konfirmasi diterima bekerja di dinas perpustakaan kota. Saking senangnya, aku lupa satu hal: aku belum menyiapkan apa pun untuk hari pertama kerja. Pakaian yang cocok, dokumen yang perlu dibawa, semuanya. Baru pagi ini aku tersadar, dan semuanya mendadak terasa seperti berlomba dengan waktu.“Nen, udah siap belum?” teriak Bayu dari ruang tamu.“Sebentar!” sahutku sambil sibuk mencari blazer hitam yang rasanya entah menghilang ke mana.Aku memeriksa lemari sekali lagi, mengobrak-abrik tumpukan pakaian dengan panik. Tangan-tanganku bergerak cepat, tetapi blazer itu tetap saja tidak terlihat. Rasa frustrasi mulai menjalar. Aku mengerang pelan sebelum akhirnya menarik napas panjang, mencoba berpikir lebih jernih. Mataku lalu menangkap sesuatu di sudut lemari—sepotong kain hitam yang terlipat rapi di bawah tumpukan baju lain.“Ah! Ketemu!” seruku lega.Tanpa pikir panjang, aku menariknya keluar d

    Last Updated : 2025-02-04
  • Terjerat Cinta Duda Ting-Ting    Menjadi Curigaan

    Ketika akhirnya jam pulang, Bayu menepati ucapannya dengan menungguku di luar. Aku melihatnya bersandar di motor, mengenakan jaket hitam favoritnya, sambil sesekali melihat ke layar ponselnya. Rasanya lega melihatnya di sana, tetapi sebelum aku bisa melangkah lebih jauh, Risma yang sejak tadi terus menempel kepadaku tentu saja ikut menyadari kehadiran Bayu.“Bayu! Udah di sini aja?” katanya sambil melambai ceria, seolah-olah mereka sudah lama tidak bertemu dan sangat akrab.Bayu menoleh, lalu tersenyum tipis. “Iya, tadi langsung ke sini pas Neni kirim WhatsApp. Gimana, Nen? Udah selesai?”Aku mengangguk pelan, meski sebenarnya masih ada beberapa hal yang mengganjal pikiranku. “Udah. Kayaknya aku bisa lanjut sendiri sekarang.”Risma terkekeh kecil, melirikku sekilas sebelum kembali menatap Bayu. “Wah, Bayu. Kamu bisa tenang sekarang. Neni kan anak mandiri. Tapi jangan lupa mampir-mampir lagi ke sini, ya.”Nada suaranya santai, tetapi entah kenapa terdengar seperti pesan tersembunyi. Ak

    Last Updated : 2025-02-04
  • Terjerat Cinta Duda Ting-Ting    Kopi yang Terlalu Pahit

    Minggu pertama kerja di perpustakaan. Harusnya ini menyenangkan, ya? Dikelilingi rak-rak tinggi berisi buku, suasana hening yang menenangkan, dan aroma kertas yang khas. Tapi kenyataannya, sejak aku melihat wajah Risma pagi ini, rasanya perutku seperti diaduk-aduk.Bukannya apa-apa, dia terlihat terlalu... ramah. Ramah yang, hmm, gimana ya? Kayak lagi ngasih kode tanpa ngomong langsung.“Neni, kamu kelihatan serius banget.”Aku mendongak dari buku katalog yang sedang kubaca. Ternyata Risma sudah berdiri di sebelah meja, membawa dua cangkir kopi. Bibirnya melengkung dalam senyuman manis yang terlihat terlalu sempurna.“Aku bawain latte. Kamu suka, kan?”“Oh, iya. Makasih.” Aku mengambil cangkir itu dengan senyum yang sedikit dipaksakan.Risma duduk di kursi sebelahku, meletakkan kopinya dengan gerakan anggun sebelum menyandarkan tubuhnya di kursi. Tatapannya terfokus padaku, seolah ingin menginterogasiku dengan cara halus.“Jadi, gimana? Udah mulai betah?”Aku mengangguk sambil menyeru

    Last Updated : 2025-02-05
  • Terjerat Cinta Duda Ting-Ting    Overthinking

    Sore itu, aku merasa harus meluruskan semuanya ke Bayu. Setelah kerja, aku langsung pulang dan menemukan dia sedang duduk santai di ruang tamu dengan kaus lusuh favoritnya. Aku berdiri di ambang pintu, mengamati pemandangan di depanku. Bayu tampak begitu santai, kakinya selonjor di atas meja kecil, satu tangan menopang kepala, sementara tangan satunya lagi mengetik di laptop dengan ekspresi serius. Aku diam sejenak, mencoba menenangkan diri sebelum akhirnya melangkah mendekat. “Yu,” panggilku, berdiri di depannya dengan tangan bersedekap. Bayu hanya menoleh sekilas sebelum kembali fokus ke layar laptopnya. “Hmm?” Aku menatapnya tajam, tapi dia tetap tak terpengaruh. Aku berdehem, memastikan suaraku lebih tegas. “Risma tadi bilang kalau kita kelihatan kompak. Menurut kamu, itu artinya apa?” Bayu akhirnya mengalihkan perhatiannya dariku dan menatapku dengan ekspresi bingung. “Itu artinya, kamu terlalu overthinking.” Aku mengembuskan napas panjang, berusaha tetap tenang. “Bayu!” Ak

    Last Updated : 2025-02-05
  • Terjerat Cinta Duda Ting-Ting    Cara Melupakan Beban

    Hari Sabtu. Harusnya ini jadi hari buat istirahat, tapi kenyataannya aku malah tergeletak di sofa ruang tamu seperti ikan asin dijemur. Energi rasanya terkuras habis, bukan cuma buat kerjaan di perpustakaan, tapi juga buat berhadapan sama Risma setiap hari.Mungkin aku harus menulis surat pengunduran diri sebagai manusia normal dan resmi jadi karpet saja.“Bangun, Nen.”Suara Bayu memaksaku membuka mata. Dia berdiri di depan sofa dengan kaus oblong dan celana pendek, membawa kantong plastik yang sepertinya penuh dengan camilan. Aku sempat berpikir kalau dia baru saja merampok minimarket.“Ngapain sih bawa-bawa plastik kayak mau dagang keliling?” tanyaku lemas.“Ini buat nyemil kalau kamu mau merenung di sini sepanjang hari,” jawabnya santai sambil menjatuhkan dirinya ke sofa sebelahku. “Tapi aku lebih suka kalau kamu bangun dan kita jalan-jalan.”Aku mendesah panjang, menutup wajah dengan bantal. “Nggak ah, aku capek. Lagian mau jalan ke mana?”Dia menepuk lututku dengan plastik camil

    Last Updated : 2025-02-06

Latest chapter

  • Terjerat Cinta Duda Ting-Ting    Ada Undang di Balik Kotak Bekal

    Aku terdiam sejenak, masih mencerna kehadirannya yang tiba-tiba.“Eh, Ris... ini...” Aku menunjuk kotak bekal di mejaku. “Punya kamu?”"Iya. Aku bawain buat kamu," jawabnya ringan.Aku hampir tersedak udara. "Buat aku? Kok bisa?"Risma tertawa kecil. "Aku sering lihat kamu nggak pernah bawa bekal makan siang. Selalu beli di kantin, kan? Jadi aku pikir, nggak ada salahnya kalau aku bawain bekal. Lagian, aku masaknya banyak."Aku menatapnya dengan waspada. Ini aneh. Mantan istri suamiku tiba-tiba bawain aku bekal? Apa ini semacam misi terselubung? Mungkin Risma udah nonton terlalu banyak drama Korea dan sekarang mau berteman baik sama istri suaminya yang dulu?Atau... mungkin ini trik khas mantan yang masih punya agenda tersembunyi?Tapi kalau iya, kenapa harus dimulai dengan bekal? Apa dia berharap aku luluh dengan lauk ayam goreng dan sambal?"T-terima kasih ya..." Aku mencoba bersikap sopan. "Tapi nggak usah repot-repot gitu, Ris. Aku nggak enak.""Nggak apa-apa, aku senang kok." Ris

  • Terjerat Cinta Duda Ting-Ting    Si Cuek Vs Si Kepo

    Malam itu, aku duduk di ruang tamu sambil melamun. Setelah berkunjung ke rumah Risma siang tadi, ada sesuatu yang mengganjal di pikiranku. Aku nggak bisa berhenti memikirkan suasana rumahnya yang terasa terlalu sepi.Di meja makan, Bayu sedang asyik mengetik sesuatu di laptopnya. Dari tadi dia nggak banyak bicara, hanya sesekali mendengus kesal saat mengetik. Entah apa yang dikerjakannya, tapi aku yakin itu bukan tugas kantor. Mungkin dia lagi ribut di forum jual beli telur asin atau debat online soal harga pakan bebek.Aku berdehem, mencoba menarik perhatiannya."Yu.""Hmm?" Dia menjawab tanpa mengalihkan pandangan dari layar.Aku menghela napas. "Kamu nggak merasa ada yang aneh tadi waktu kita di rumah Risma?"Bayu akhirnya mendongak sebentar. "Aneh kenapa? Karena kamu dibikinin siomai? Atau karena aku jadi tukang servis gratis?"Aku melotot. "Bukan itu, Bayu! Serius, deh!"Dia menutup laptopnya dan menyandarkan punggung ke kursi. "Terus, apanya yang aneh?""Rumahnya itu, loh. Sepi

  • Terjerat Cinta Duda Ting-Ting    Jangan Ada 'Siomai' Di Antara Kita

    Sebenarnya aku sudah curiga sejak kami di jalan tadi.Begitu telepon dari Risma selesai, Bayu langsung menyuruh aku ikut. Tanpa basa-basi, dia nyalain motor dan melambaikan tangan ke arahku.“Cepetan, Nen. Risma bilang masalahnya urgent banget!”Aku tidak langsung naik. “Kamu tahu rumahnya?” tanyaku, memicingkan mata.“Dia shareloc,” jawabnya sambil menunjuk layar ponselnya yang terpampang di dashboard motor.“Oh,” kataku pendek. Tapi dalam hati aku nggak bisa berhenti mikir: kok dia kayak terlalu santai, ya? Seolah-olah ini hal biasa.Aku bahkan bisa melihat betapa tenangnya Bayu, seperti sudah pernah berkali-kali melakukan hal serupa. Sesuatu dalam diriku mulai merasakan ada yang janggal. Kenapa dia terlihat seperti tahu apa yang sedang terjadi? Atau lebih tepatnya, kenapa dia tidak terlihat khawatir sedikit pun?Dan sekarang, di depan pintu kamar Risma, aku merasa dugaan itu ada benarnya. Bayu sudah berdiri di depan pintu kamar yang sedikit terbuka, memegang senter dari ponselnya.

  • Terjerat Cinta Duda Ting-Ting    Kunjungan ke Rumah Mantan

    Pemandangan di depan rumah Risma sudah cukup bikin aku menelan ludah. Risma berdiri di sana dengan wajah yang… gimana ya? Kagok? Syok? Kayak dia nggak nyangka bakal lihat aku ikut nimbrung.Kerudung segiempat dengan kedua ujung tersampir di pundak menutup kepalanya, dan dia pakai piyama dengan gambar kelinci yang terlalu imut buat seorang perempuan dewasa. Aku menahan tawa melihatnya. Kayak bukan Risma yang biasa aku lihat di kantor. Atau mungkin ini sekadar triknya untuk terlihat imut? Bukankah kaum Adam suka dengan cewek-cewek kawaii macam di Anime?Aku, yang masih duduk di belakang Bayu di atas motor, memiringkan kepala. Kaget, Ris? Kirain cuma mau ngobrol sama Bayu aja?“Oh, Neni ikut juga?” tanya Risma dengan senyum kecil yang—menurutku—agak dipaksakan.“Ya dong, kami ke mana-mana bareng. Paket hemat,” jawabku dengan nada santai, meskipun dalam hati aku merasa agak puas.Risma tertawa kecil, tapi aku bisa melihat matanya sekilas melirik ke arah Bayu, seolah sedang menilai reaksin

  • Terjerat Cinta Duda Ting-Ting    Si Perusak Suasana

    Setelah istirahat beberapa saat, Bayu memaksaku untuk naik sepeda tandem lagi. Meski sebenarnya enggan, aku akhirnya menyerah karena dia mulai merengek seperti anak kecil. Dia pun mulai mengayuh dengan semangat, sementara aku berusaha menjaga keseimbangan di belakang.“Yu, pelan-pelan!” teriakku ketika dia mulai melaju lebih cepat.“Ayo, Nen! Ini asyik banget!”Aku berteriak histeris setiap kali kami melewati tikungan, sementara Bayu tertawa seperti orang gila. Beberapa orang di taman memandang kami dengan tatapan aneh, tapi Bayu sepertinya tidak peduli.“Yu, pelan-pelaaan!" teriakku di sela deru angin yang menampar-nampar.“Tenang aja, Nen! Aku udah pro!" sahutnya sambil tertawa kencang yang terdengar menyebalkan di telingaku. Dia lalu menambahkan dengan suara lantang, "Kamu aman di belakangku. Aku nggak bakal ninggalin kamu kok!”Aku mendengus kesal. “Gombal banget. Udah, pelan dikit, Bayu! Aku serius!”Bayu akhirnya mengurangi kecepatan sedikit, tapi masih dengan ekspresi puas di w

  • Terjerat Cinta Duda Ting-Ting    Cara Melupakan Beban

    Hari Sabtu. Harusnya ini jadi hari buat istirahat, tapi kenyataannya aku malah tergeletak di sofa ruang tamu seperti ikan asin dijemur. Energi rasanya terkuras habis, bukan cuma buat kerjaan di perpustakaan, tapi juga buat berhadapan sama Risma setiap hari.Mungkin aku harus menulis surat pengunduran diri sebagai manusia normal dan resmi jadi karpet saja.“Bangun, Nen.”Suara Bayu memaksaku membuka mata. Dia berdiri di depan sofa dengan kaus oblong dan celana pendek, membawa kantong plastik yang sepertinya penuh dengan camilan. Aku sempat berpikir kalau dia baru saja merampok minimarket.“Ngapain sih bawa-bawa plastik kayak mau dagang keliling?” tanyaku lemas.“Ini buat nyemil kalau kamu mau merenung di sini sepanjang hari,” jawabnya santai sambil menjatuhkan dirinya ke sofa sebelahku. “Tapi aku lebih suka kalau kamu bangun dan kita jalan-jalan.”Aku mendesah panjang, menutup wajah dengan bantal. “Nggak ah, aku capek. Lagian mau jalan ke mana?”Dia menepuk lututku dengan plastik camil

  • Terjerat Cinta Duda Ting-Ting    Overthinking

    Sore itu, aku merasa harus meluruskan semuanya ke Bayu. Setelah kerja, aku langsung pulang dan menemukan dia sedang duduk santai di ruang tamu dengan kaus lusuh favoritnya. Aku berdiri di ambang pintu, mengamati pemandangan di depanku. Bayu tampak begitu santai, kakinya selonjor di atas meja kecil, satu tangan menopang kepala, sementara tangan satunya lagi mengetik di laptop dengan ekspresi serius. Aku diam sejenak, mencoba menenangkan diri sebelum akhirnya melangkah mendekat. “Yu,” panggilku, berdiri di depannya dengan tangan bersedekap. Bayu hanya menoleh sekilas sebelum kembali fokus ke layar laptopnya. “Hmm?” Aku menatapnya tajam, tapi dia tetap tak terpengaruh. Aku berdehem, memastikan suaraku lebih tegas. “Risma tadi bilang kalau kita kelihatan kompak. Menurut kamu, itu artinya apa?” Bayu akhirnya mengalihkan perhatiannya dariku dan menatapku dengan ekspresi bingung. “Itu artinya, kamu terlalu overthinking.” Aku mengembuskan napas panjang, berusaha tetap tenang. “Bayu!” Ak

  • Terjerat Cinta Duda Ting-Ting    Kopi yang Terlalu Pahit

    Minggu pertama kerja di perpustakaan. Harusnya ini menyenangkan, ya? Dikelilingi rak-rak tinggi berisi buku, suasana hening yang menenangkan, dan aroma kertas yang khas. Tapi kenyataannya, sejak aku melihat wajah Risma pagi ini, rasanya perutku seperti diaduk-aduk.Bukannya apa-apa, dia terlihat terlalu... ramah. Ramah yang, hmm, gimana ya? Kayak lagi ngasih kode tanpa ngomong langsung.“Neni, kamu kelihatan serius banget.”Aku mendongak dari buku katalog yang sedang kubaca. Ternyata Risma sudah berdiri di sebelah meja, membawa dua cangkir kopi. Bibirnya melengkung dalam senyuman manis yang terlihat terlalu sempurna.“Aku bawain latte. Kamu suka, kan?”“Oh, iya. Makasih.” Aku mengambil cangkir itu dengan senyum yang sedikit dipaksakan.Risma duduk di kursi sebelahku, meletakkan kopinya dengan gerakan anggun sebelum menyandarkan tubuhnya di kursi. Tatapannya terfokus padaku, seolah ingin menginterogasiku dengan cara halus.“Jadi, gimana? Udah mulai betah?”Aku mengangguk sambil menyeru

  • Terjerat Cinta Duda Ting-Ting    Menjadi Curigaan

    Ketika akhirnya jam pulang, Bayu menepati ucapannya dengan menungguku di luar. Aku melihatnya bersandar di motor, mengenakan jaket hitam favoritnya, sambil sesekali melihat ke layar ponselnya. Rasanya lega melihatnya di sana, tetapi sebelum aku bisa melangkah lebih jauh, Risma yang sejak tadi terus menempel kepadaku tentu saja ikut menyadari kehadiran Bayu.“Bayu! Udah di sini aja?” katanya sambil melambai ceria, seolah-olah mereka sudah lama tidak bertemu dan sangat akrab.Bayu menoleh, lalu tersenyum tipis. “Iya, tadi langsung ke sini pas Neni kirim WhatsApp. Gimana, Nen? Udah selesai?”Aku mengangguk pelan, meski sebenarnya masih ada beberapa hal yang mengganjal pikiranku. “Udah. Kayaknya aku bisa lanjut sendiri sekarang.”Risma terkekeh kecil, melirikku sekilas sebelum kembali menatap Bayu. “Wah, Bayu. Kamu bisa tenang sekarang. Neni kan anak mandiri. Tapi jangan lupa mampir-mampir lagi ke sini, ya.”Nada suaranya santai, tetapi entah kenapa terdengar seperti pesan tersembunyi. Ak

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status