Home / Romansa / Gairah Liar Istriku / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of Gairah Liar Istriku: Chapter 41 - Chapter 50

56 Chapters

Bab 41. Semuanya Tampak Tenang Di Permukaan

Dan yang lebih ia takutkan sekarang adalah Reno telah mencurigaimya sebagai Wanita yang gak bener. Maka, tanpa pikir panjang lagi, Nara membuka layar ponselnya, mengetik sebuah pesan. Pesan yang sudah ia rancang dalam kepala sejak beberapa menit lalu.“Reno... kalau kamu sempat nanti malam, temui aku di hotel ini. Setelah acara keluargamu selesai. Tapi hanya kalau Rama belum pulang. Karena sebenarnya aku ke sini... atas saran Rama. Dia akan menyusulku.”Ia menekan kirim.Nara tertegun sejenak menyesali kebohongannya, Tapi hanya itulah cara satu satunya yang terbaik. Cara untuk melindungi sesuatu yang lebih penting: Kepercayaan Reno. Jika Reno percaya, jika dia tidak curiga, maka semuanya akan tetap dalam kendali. Setidaknya, untuk sementara waktu.Di luar jendela, lampu kota terus berkedip. Dan di dalam kamar itu, Nara tenggelam dalam diam—dalam bayang-bayang rasa bersalah, kebohongan, dan ketidakpastian yang semakin menyesakkan.Arka baru saja keluar dari kamar mandi, rambutnya masih
last updateLast Updated : 2025-04-07
Read more

Bab 42. Nara, Rama, Reno, Arka, Soraya Di Tempat Yang Sama

“Boleh,” kata Rama akhirnya. “Tapi kamu bawa mobil sendiri aja, ya.”Soraya menatapnya, alisnya sedikit terangkat. “Kenapa? Kamu gak bareng aku?”Rama tersenyum ringan. “Aku ada urusan kecil yang harus diberesin dulu di sekitar hotel. Nanti aku nyusul ke kamar. Masalah dalam hotel bisa aku atur.”Soraya tampak puas dengan jawaban itu. Ia mengangguk, lalu melirik jam tangannya. “Oke. Aku jalan duluan, ya. Mau sekalian mampir ke salon, sih.”“Silakan. Aku nyusul,” ucap Rama santai, walau pikirannya jauh dari kata santai.Setelah Soraya pergi, Rama kembali duduk sejenak. Ia membuka ponselnya, memeriksa pesan dari Nara tadi pagi.Aku nginap di hotel, Rama. Aku gak nyaman di rumah. Takut... seperti ada yang ngawasin.Rama menghela napas.Dia belum menanyakan lebih jauh alasan Nara memilih tinggal sementara di hotel.“Ren, kamu ke mana?” tanya Tante Reni, sepupu almarhum ayahnya, begitu melihat Reno berdiri dari kursi dan mengambil kunci motor dari atas meja kecil di pojok ruangan.“Sebenta
last updateLast Updated : 2025-04-08
Read more

Bab 43. Misteri Tujuan Dita

Dita duduk di dalam mobil hitamnya yang terparkir rapi di basement gedung perkantoran miliknya. Lampu-lampu redup menyinari wajahnya yang tegang, dan layar tablet di pangkuannya masih menampilkan titik merah kecil yang bergerak perlahan di atas peta digital—lokasi Arka.Hotel.Titik itu sudah berhenti sejak hampir satu jam lalu di sebuah hotel bintang empat di pusat kota. Jantung Dita berdegup cepat. Tangannya mencengkeram tablet itu erat-erat, matanya nyalang, penuh kemarahan yang nyaris tak bisa dikendalikan.Arka tak mengirim file itu. Tidak juga memberikan kabar. Padahal, hanya tinggal satu langkah lagi. Hanya satu. Kenapa dia malah... ke sana?Bibir Dita mengatup rapat. Ia menggeser layar, membuka folder pesan terenkripsi yang sebelumnya ia kirimkan ke ponsel Arka, berisi instruksi yang seharusnya tak bisa ditolak: kirim file. Lalu pergi. Biarkan sisanya ia urus.Namun, sampai detik ini, tidak ada file yang masuk ke sistem penyimpanan darurat miliknya.“Brengsek,” gumamnya pelan.
last updateLast Updated : 2025-04-09
Read more

Bab 44. Kamar 715

“Apa? Hubungan ini?” Nara memundurkan diri setengah langkah. “Kalau kamu nyebut ini hubungan, maka kamu harus tahu: sekarang sudah berakhir.”Arka diam. Matanya sedikit membelalak, seolah baru sadar bahwa kata-kata Nara kali ini berbeda. Lebih tegas. Lebih akhir.“Kalau kamu masih punya sedikit harga diri, Arka…” lanjut Nara, suaranya lebih tenang tapi dingin, “hapus file itu. Sekarang juga. Di hadapanku. Kalau kamu benar-benar peduli sama aku, kalau kamu punya sedikit rasa hormat... kamu tahu apa yang harus kamu lakukan.”Arka menggeleng perlahan, menunduk, lalu mengambil ponselnya dari meja kecil di samping ranjang. Jari-jarinya sempat berhenti, ragu, saat membuka satu folder tersembunyi di galeri. Tapi akhirnya, layar itu menampilkan beberapa video. Ada satu file yang judulnya membuat dada Nara seperti diremas: "NRA-BLCK".“Cuma satu ini,” ucap Arka pelan.Nara menahan napas. “Hapus.”Arka menatap layar ponselnya dalam beberapa detik terakhir. Lalu, dengan satu sapuan jari, ia meng
last updateLast Updated : 2025-04-09
Read more

Bab 45. Terbitlah Kegilaan

Di dalam lift yang sedang naik perlahan, Rama bersandar sejenak ke dinding logam dingin. Sorot matanya kosong, namun jari-jarinya menggenggam ponsel dengan kuat. Suara dengung mekanik lift bergema pelan, bercampur dengan suara elektronik dari angka digital yang berubah—lantai 4… 5… 6.Ia menatap layar ponselnya sekali lagi. Pesan dari Nara masih terbuka.715.Namun saat lift melambat dan bunyi denting halus menandai berhentinya di lantai enam, pintu terbuka.Soraya masuk—dengan langkah ringan dan senyum yang langsung memenuhi ruang sempit itu."Rama!" serunya antusias, seperti baru menemukan kejutan menyenangkan. "Pas banget."Rama, sedikit terkejut, mengangkat alis dan membalas dengan senyum tipis. "Kamu udah sampai duluan?""Iya dong," balas Soraya riang sambil masuk dan berdiri di sampingnya. "Aku kira kamu udah nyampe dari tadi. Aku udah nunggu sambil nyiapin semuanya." Suaranya ringan, seperti percakapan biasa. Tapi dari mata berbinar dan aroma parfum elegan yang menguar dari tub
last updateLast Updated : 2025-04-10
Read more

Bab 46. Kegilaan dan Kebodohan Karena Cinta

Pintu kamar 715 tertutup rapat di belakang mereka.Tak ada satu kata pun yang keluar dari mulut Nara. Hanya langkah pelan, penuh kemarahan yang terpendam, menuju Reno—yang kini Tengah berdiri mematung, mencoba menebak-nebak arah badai yang sedang datang mendekat. Tapi belum sempat ia berkata apa pun, Tiba-tiba Nara telah mendorong tubuhnya ke dinding. Keras. Tapi bukan kebencian yang terlihat di matanya—melainkan sesuatu yang lebih berbahaya.Dendam.“Brengsek! dia memilih Wanita pelacur itu,” ucap Nara pelan, hampir seperti gumaman. “Setelah semua yang kulakukan untuknya... dia memilih wanita lain. Babi Anjing!”Reno mengangkat tangan, menyentuh pipi Nara. “Nara—sabar.”“Aku nggak butuh belas kasihanmu,” potong Nara cepat. Suaranya tajam, tapi tubuhnya tetap dekat. Napas mereka menyatu. “Yang aku butuh sekarang... cuma satu.”Tatapannya menembus mata Reno, liar tapi jelas. Reno tak bergerak. Ia tahu ini bukan sekedar tentang cinta. Ini bukan sekedar tentang kasih. Ini adalah sisa-sis
last updateLast Updated : 2025-04-10
Read more

Bab 47. Dita dan Soraya Bersekongkol?

Arka melirik sekilas ponselnya yang bergetar di lantai. Nomor tak dikenal. Atau mungkin nomor yang ia tahu, tapi terlalu enggan untuk dilihat sekarang.Ia tidak mengangkatnya. Ia hanya menatap layar yang terus bergetar sebelum akhirnya diam dengan sendirinya.Seperti dirinya.Arka lalu merebahkan diri ke lantai, menatap kosong ke atas.Dan untuk pertama kalinya sejak semua kekacauan ini dimulai, ia benar-benar merasa… kalah.Kamar hotel itu remang, lampu gantung redup menggelantung di tengah langit-langit, menciptakan bayangan lembut di dinding. Tirai tebal menutup seluruh jendela, membuat dunia luar terasa begitu jauh dari apa yang sedang terjadi di dalam ruangan. Aroma parfum mahal melayang tipis, bercampur dengan desahan lembut AC yang bekerja tanpa suara.Rama berbaring di atas ranjang king-size, tubuhnya masih lengkap berpakaian, tapi pikirannya sudah melayang entah ke mana. Matanya menatap kosong ke langit-langit, sementara di hadapannya, Soraya bergerak dengan penuh kelenturan
last updateLast Updated : 2025-04-10
Read more

Bab 48. "Aku Harus Menyelasaikannya Di Sini"

Soraya berjalan perlahan menuju jendela kamar, tubuhnya masih terbalut selimut tipis yang tadi sempat ia tarik cepat saat menerima telepon dari Dita. Di belakangnya, Rama telah tertidur pulas di atas ranjang king size—napasnya teratur, pundaknya terangkat turun dalam ritme yang menandakan kelelahan yang dalam. Soraya sempat menatapnya beberapa detik sebelum kembali fokus pada suara di seberang telepon."Jadi, apa maksudmu Nara ada di hotel ini juga?" tanya Soraya dengan nada pelan namun waspada.Dita terdengar menarik napas panjang dari seberang sambungan. "Aku belum bisa memastikan seratus persen, Tapi berdasarkan pergerakan GPS yang sempat terlacak dari ponsel Arka sebelum sinyalnya menghilang, aku cukup yakin Nara berada di gedung yang sama dengan kalian."Soraya menahan diri untuk tidak mengeluarkan sumpah serapah. Ia menoleh sejenak ke arah Rama yang masih tertidur, lalu kembali memfokuskan suaranya. "Tenang saja, tidak akan ada masalah yang berarti. Rama sudah berada di sini, be
last updateLast Updated : 2025-04-11
Read more

Bab 48. "Aku Tidak Akan Membiarkan Kau Lolos Malam Ini."

Reno melangkah dengan cepat ke arah Arka, tubuhnya tegang menahan emosi yang sudah mengendap terlalu lama. Langkah-langkahnya menggema di atas aspal basah, seperti dentang palu penghakiman yang tak bisa dihindari. Arka menoleh sesaat—dan hanya sesaat—lalu kembali menatap ke depan, seolah enggan mengakui keberadaan Reno di hadapannya.“Kau masih juga mengganggunya, hah?” suara Reno parau namun dingin, mengiris malam yang hening. “Nara sudah lama melupakanmu, Arka. Dan kau… kau masih saja berkeliaran seperti bayangan masa lalu yang busuk.”Arka tak menjawab. Tatapannya kosong, matanya tampak lelah… atau barangkali hancur dari dalam. Ia seperti seseorang yang kehilangan arah—bukan hanya dari Nara, tapi juga dari dirinya sendiri.Reno melangkah lebih dekat. Tanpa aba-aba, tangan kanannya mendorong dada Arka dengan kasar. Tubuh Arka terhuyung ke belakang, nyaris kehilangan keseimbangan. Jika bukan karena mobil di belakangnya, mungkin ia sudah jatuh ke tanah. Tapi tetap saja—tak ada reaksi.
last updateLast Updated : 2025-04-11
Read more

Bab 50. Bayangan Pengkhianatan

Hening.Sunyi itu seperti menjalari seluruh dinding kamar, meresap ke pori-pori malam dan menyesakkan dada.Nara membuka matanya perlahan. Cahaya lampu redup dari sisi tempat tidur membuat pandangannya tak langsung fous, tapi kesadarannya berangsur kembali ketika jemarinya menyentuh sisi ranjang yang dingin. Kosong. Tidak ada siapa pun di sana.Ia bangkit, duduk perlahan dengan selimut melorot ke pangkuannya. Sejenak matanya menelusuri seisi ruangan, mencari sosok Reno. Tapi yang ditemukannya hanya keheningan dan denting samar jam dinding digital yang menunjukkan pukul 02.16."Nggak mungkin dia pulang tanpa bilang apa-apa," gumamnya pelan, lebih untuk dirinya sendiri. Suaranya terdengar lelah, berat, dan sarat kebingungan.Nara menatap ke arah meja kecil di samping tempat tidur. Tidak ada catatan. Tidak ada ponsel. Tidak ada jejak keberadaan Reno. Hanya kehangatan samar di bantal sebelah, menyisakan pertanda bahwa Reno memang sempat bersamanya—tapi entah sejak kapan ia pergi.Ia mengh
last updateLast Updated : 2025-04-12
Read more
PREV
123456
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status