Home / Romansa / Gairah Liar Istriku / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Gairah Liar Istriku: Chapter 11 - Chapter 20

30 Chapters

Bab 11. "Kamu Sama Saja Dengan Pria Lainnya. "Tolol"

Di tempat lain.Dita sedang berdiri di depan jendela besar apartemennya, menatap rinai hujan yang jatuh deras mengguyur di luar. Tangannya memegang gelas anggur merah, tapi bibirnya tak sedikit pun menyentuh tepian gelasnya. Pikirannya penuh dengan berbagai skenario tentang Nara, tentang rencana-rencana yang sudah ia disusun rapi. Semuanya seharusnya berjalan sempurna.Terdengar ketukan di pintu.Tanpa menoleh, Dita tahu siapa yang datang. Suara ketukan yang ragu-ragu, nyaris tak terdengar. Arka. Ia menghela napas panjang sebelum mengucapkan, “Masuk.”Pintu terbuka perlahan. Arka melangkah masuk dengan wajah tertunduk. Tubuhnya basah kuyup, rambutnya meneteskan air ke lantai marmer putih. Pakaiannya kusut, dan ada semburat kegelisahan di matanya. Sejenak, ia hanya berdiri di ambang pintu, seakan sedang Menyusun dan menimbang kata-kata yang akan diucapkannya kepada Dita."Aku... aku perlu bicara, Dita"Dita tetap diam, pandangannya masih terpaku pada jendela. “Kenapa tidak langsung sa
last updateLast Updated : 2025-02-25
Read more

Bab 12. "Buka Pintunya! Atau Aku Dobrak!"

Pintu terbuka perlahan, engselnya berderit pelan, memecah keheningan di dalam apartemen. Dita menahan napas, tubuhnya tegang. Namun, saat pintu terbuka sepenuhnya, tak ada siapa pun di sana. Koridor apartemen tampak kosong, hanya suara hujan yang samar terdengar dari luar jendela di ujung lorong.Dita melangkah maju, menatap ke kanan dan kiri. Sepi. Tak ada tanda-tanda kehidupan. Ia menghela napas, mencoba meredam detak jantungnya yang masih berdetak kencang. Tapi rasa waspada tak kunjung hilang. Seseorang baru saja berdiri di depan pintunya. Seseorang yang tahu terlalu banyak.Saat hendak kembali ke dalam, matanya menangkap sesuatu yang aneh di lantai depan pintu. Sebuah amplop cokelat kusam tergeletak di sana. Tak ada nama atau alamat. Hanya amplop lusuh yang tampak terburu-buru dilemparkan.Dita memungut amplop itu, merasakan bobotnya yang ringan. Ia melangkah masuk dan menutup pintu dengan cepat, mengunci rapat-rapat seolah ketakutan sesuatu akan menyelinap masuk.Jari-jarinya gem
last updateLast Updated : 2025-02-25
Read more

Bab 13. Wajahnya Terkubur di kedua Telapak Tangannya

Pintu terbuka perlahan, memperlihatkan sosok Rama yang berdiri tegap dengan rahang mengeras dan mata tajam yang menyala penuh kemarahan. Dita menelan ludah, menyembunyikan pisau lipat di belakang punggungnya dengan tangan yang sedikit gemetar.“Kau…” suara Rama rendah dan tajam seperti bilah pisau. “Katakan, Di mana Nara?”Dita mencoba mengatur ekspresinya, berusaha terlihat tenang meski dadanya berdegup kencang. “Nara? Maksudmu apa, Rama?”“Jangan pura-pura bodoh, Dita!” Rama melangkah masuk tanpa diundang, bahunya menyenggol keras bahu Dita hingga ia hampir terhuyung mundur. “Mobilnya masih di garasi. Tapi dia tidak ada di rumah. Ponselnya mati. Kau pasti tahu sesuatu.”Dita berdiri kaku di ambang pintu, mencoba menyembunyikan keterkejutannya. “Aku... aku tidak tahu apa-apa. Aku tidak bertemu dengannya sejak terakhir kali kita—”“Hallah! Jangan bohong!” Rama berbalik, menatapnya tajam. Matanya merah, garis wajahnya tegang seperti siap meledak kapan saja. “Nara sering datang ke sini,
last updateLast Updated : 2025-02-26
Read more

Bab 14. "Kalian Telah Menandatangani Surat Kematian Kalian Sendiri"

Tapi tiba-tiba, sekelebat bayangan melintas. Sebelum Arka sempat bereaksi, sebuah tangan menyambar ponselnya dengan Gerakan sangat cepat.“Hei! Sialan!” Arka terkesiap, tubuhnya refleks berdiri dari motor. Matanya menangkap sosok memakai sweater hitam yang sudah berlari kencang menjauh sambil menggenggam ponselnya erat-erat.Arka memaki keras, darahnya berdesir panas. “Berhenti kau, bangsat!” Ia langsung mengejar, langkahnya lebar dan cepat, berusaha memperpendek jarak dengan si pencuri.Sosok ber-sweater hitam itu terus berlari menuju sepeda motor lain yang terparkir tak jauh dari sana. Seorang pria dengan helm full-face sudah menunggu di atas motor, mesin menyala, siap untuk melarikan diri.Mata Arka membelalak marah saat menyadari ini adalah aksi terencana. “Kurang ajar! Kalian sudah mengintai sejak awal!”Langkahnya semakin cepat, hampir saja ia berhasil meraih bahu si pencuri. Namun, tepat saat jari-jarinya hendak menyentuh sosok ber- sweater hitam itu, sosok tersebut melompat ke
last updateLast Updated : 2025-02-26
Read more

Bab 15. Dan Entah Kenapa Firasat Buruk Mulai Menjalari Tubuhnya

Dita menatap Nara lekat-lekat. Dalam sekejap, ia merasa kasihan pada perempuan itu. Sejenak, hanya sejenak, perasaan yang selalu ia tolak itu muncul lagi—perasaan yang sudah lama ia kubur dalam-dalam. Perasaan sayang pada Nara. Namun, ia segera mengusirnya jauh-jauh.“Kau... jangan berpikiran yang aneh-aneh, Nara,” ujar Dita dengan suara lembut yang dipaksakan. “Aku yakin... semua ini hanya kebetulan. Mungkin... seseorang iseng.”“Tapi... siapa yang tega melakukan itu? Dan... kenapa?” Nara terdengar putus asa.Dita terdiam, tak mampu menjawab. Karena ia sendiri pun sedang bertanya-tanya hal yang sama. Siapa yang ingin menghancurkan semuanya? Siapa yang ingin mempermainkan mereka seperti bidak catur?Ponsel di dalam tas Dita bergetar pelan, memecah keheningan di antara mereka. Dita mengeluarkannya, matanya menyipit saat membaca nama di layar: Arka.Dita segera mematikan ponsel, memasukkannya kembali ke dalam tas tanpa ekspresi. Ini bukan waktu yang tepat untuk berbicara dengannya. Teru
last updateLast Updated : 2025-03-02
Read more

Bab 16. Reno Tumbang Juga

Nara menatap layar ponselnya dengan frustrasi. Sudah berkali-kali ia mencoba menghubungi Dita, tapi panggilannya selalu berujung pada nada mati. Pikirannya kacau. Rasa gelisah yang merayap di benaknya sejak menerima telepon dari Dita tadi tak juga hilang. Ia ingin segera pergi ke apartemen Dita untuk memastikan rahasia apa yang ia ketahui tentang Rama, tapi jam di dinding sudah menunjukkan pukul satu dini hari.Ia menundukkan kepala, menggigit bibir, mencoba menenangkan pikirannya yang berkecamuk. Ponsel masih ia genggam erat, seakan menunggu keajaiban bahwa Dita akan tiba-tiba menelepon balik. Tapi layar tetap gelap, sunyi, tidak ada tanda-tanda kehidupan.Di sisi lain, Rama yang sudah selesai mandi, sejak tadi memperhatikan sikap gelisah Nara hingga sampai mereka beranjak tidur. Ia memejamkan mata, menghela napas berat, lalu beranjak mendekat. Dengan hati-hati, ia melingkarkan lengannya di pinggang Nara dari belakang, merapatkan tubuhnya ke tubuh Nara.“Kamu kenapa sih?” tanya Rama
last updateLast Updated : 2025-03-04
Read more

Bab 17. Berikan Keycard Itu

Nara sedang berdiri di depan cermin, menatap bayangannya dengan tatapan penuh tekad. Kedua tangannya sibuk mengancingkan mantel panjang yang membungkus tubuhnya. Rambutnya yang panjang ia biarkan tergerai, hanya sesekali ia rapikan dengan jari. Di dalam dadanya, rasa gelisah bercampur dengan keingintahuan yang membakar. Apa yang sebenarnya Dita ketahui tentang Rama? Dan mengapa perempuan itu menghilang setelah menghubunginya tadi malam?Ia meraih ponsel di atas meja rias, menekan kontak Dita sekali lagi. Masih mati. Hatinya semakin tidak tenang.“Kamu mau ke mana?”Suara Rama mengejutkannya. Ia berbalik, mendapati suaminya sudah berdiri di ambang pintu kamar dengan tangan menyilang di dada. Rambutnya masih sedikit basah, tanda ia baru selesai mandi. Wajahnya yang tajam tampak serius, nyaris curiga.“Aku mau ke apartemen Dita.” Nara mencoba terdengar biasa saja. “Ponselnya masih mati sejak tadi malam. Aku khawatir.”Rama menghela napas, melangkah mendekati Nara. “Dita bisa menjaga diri
last updateLast Updated : 2025-03-07
Read more

Bab 18. "Hanya Nara yang Mengetuk Pintu"

”Kamu tahu, yang diluar itu adalah Nara,” senyum licik dan penuh kemenangan terbit di wajah Dita.Reno menatap Dita dengan tatapan tajam penuh ketidakpercayaan. Wanita itu masih berdiri bersandar di dinding dengan seringai menggoda, seakan menikmati setiap detik dari situasi ini."Jangan bercanda, Dita," suara Reno terdengar tegang. "Yang di luar itu bukan Nara. Kamu kan belum melihatnya.”Dita memiringkan kepalanya, menikmati ekspresi tegang Reno. "Hanya Nara yang mengetuk pintu, dia tidak biasa memencet bell. Kalau nggak percaya, silakan lihat sendiri."Reno ragu, tapi akhirnya langkahnya bergerak menuju pintu. Dengan hati-hati, ia mengintip melalui kaca pengintai kecil yang tersemat di daun pintu. Jantungnya seakan berhenti berdetak saat melihat sosok yang berdiri di luar.Nara.“Sial. Habislah aku jika aku keluar sekarang,” Reno menarik napas panjang, tubuhnya menegang. Matanya kembali melirik Dita yang masih berdiri santai, menikmati pertunjukan kecil ini."Kenapa dia di sini?" t
last updateLast Updated : 2025-03-07
Read more

Bab 19. Diantar Tubuh Moleknya

Rama duduk di kursi kerja di kantornya, tangannya mengepal di atas meja. Pikirannya kalut, gelisah menunggu kabar dari Nara yang tak kunjung datang. Sejak istrinya pergi ke apartemen Dita, tak ada satu pun pesan atau telepon yang masuk darinya.Pandangannya sesekali jatuh ke ponselnya yang tergeletak di atas meja. Ia ingin menelepon Nara, menanyakan keadaannya, memastikan bahwa istrinya baik-baik saja. Tapi di saat bersamaan, egonya menahannya. Ia tidak ingin terlihat terlalu khawatir, apalagi jika benar dugaannya bahwa Nara masih menyimpan sesuatu dengan Dita.Ketika akhirnya ia meraih ponsel dan hampir menekan kontak Nara, tiba-tiba suara lembut mengalihkan perhatiannya."Ini jadwal rapat bulan ini, apakah Bapak mau merubahnya?"Rama mengangkat kepalanya dan mendapati sekretaris pribadinya, Soraya, sudah berdiri di sampingnya dengan senyum profesional. Wanita itu mengenakan kemeja putih yang pas di tubuhnya, sedikit terbuka di bagian atas, memperlihatkan belahan dada yang samar. Rok
last updateLast Updated : 2025-03-07
Read more

Bab 20. "Kamu Menginginkan Ini Bukan"

Reno masih berbaring di kasur, tubuhnya terkunci di bawah Dita yang agresif mencumbunya. Napasnya berat, pikirannya kacau. Ia harus segera mengambil tindakan sebelum keadaan semakin sulit dikendalikan. Matanya melirik ke arah boneka panda di atas meja. Instingnya mengatakan bahwa ada sesuatu yang tersembunyi pada boneka panda itu—kamera pengintai.Namun, saat ini ia tidak bisa bergerak leluasa. Dita masih menekan tubuhnya dengan liar, jemarinya mencakar dada Reno, meninggalkan jejak merah di kulitnya."Dita, kau harus menelepon Nara sekarang." Suara Reno terdengar kasar, mencoba menyembunyikan kegelisahannya.Dita berhenti sejenak, matanya menyipit penuh selidik. "Kenapa aku harus meneleponnya?"Reno menarik napas dalam-dalam, menahan diri untuk tidak kehilangan kesabaran. "Katakan padanya bahwa kau sedang berada di luar kota menemui adikmu yang sakit. Itu akan membuatnya pergi."Dita menatap Reno lama, sebelum akhirnya menyeringai. "Dan jika aku menurutimu, apa yang akan kudapatkan s
last updateLast Updated : 2025-03-08
Read more
PREV
123
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status