Home / Romansa / Gairah Liar Istriku / Bab 48. "Aku Tidak Akan Membiarkan Kau Lolos Malam Ini."

Share

Bab 48. "Aku Tidak Akan Membiarkan Kau Lolos Malam Ini."

last update Last Updated: 2025-04-11 15:22:43

Reno melangkah dengan cepat ke arah Arka, tubuhnya tegang menahan emosi yang sudah mengendap terlalu lama. Langkah-langkahnya menggema di atas aspal basah, seperti dentang palu penghakiman yang tak bisa dihindari. Arka menoleh sesaat—dan hanya sesaat—lalu kembali menatap ke depan, seolah enggan mengakui keberadaan Reno di hadapannya.

“Kau masih juga mengganggunya, hah?” suara Reno parau namun dingin, mengiris malam yang hening. “Nara sudah lama melupakanmu, Arka. Dan kau… kau masih saja berkeliaran seperti bayangan masa lalu yang busuk.”

Arka tak menjawab. Tatapannya kosong, matanya tampak lelah… atau barangkali hancur dari dalam. Ia seperti seseorang yang kehilangan arah—bukan hanya dari Nara, tapi juga dari dirinya sendiri.

Reno melangkah lebih dekat. Tanpa aba-aba, tangan kanannya mendorong dada Arka dengan kasar. Tubuh Arka terhuyung ke belakang, nyaris kehilangan keseimbangan. Jika bukan karena mobil di belakangnya, mungkin ia sudah jatuh ke tanah. Tapi tetap saja—tak ada reaksi.
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Gairah Liar Istriku   Bab 50. Bayangan Pengkhianatan

    Hening.Sunyi itu seperti menjalari seluruh dinding kamar, meresap ke pori-pori malam dan menyesakkan dada.Nara membuka matanya perlahan. Cahaya lampu redup dari sisi tempat tidur membuat pandangannya tak langsung fous, tapi kesadarannya berangsur kembali ketika jemarinya menyentuh sisi ranjang yang dingin. Kosong. Tidak ada siapa pun di sana.Ia bangkit, duduk perlahan dengan selimut melorot ke pangkuannya. Sejenak matanya menelusuri seisi ruangan, mencari sosok Reno. Tapi yang ditemukannya hanya keheningan dan denting samar jam dinding digital yang menunjukkan pukul 02.16."Nggak mungkin dia pulang tanpa bilang apa-apa," gumamnya pelan, lebih untuk dirinya sendiri. Suaranya terdengar lelah, berat, dan sarat kebingungan.Nara menatap ke arah meja kecil di samping tempat tidur. Tidak ada catatan. Tidak ada ponsel. Tidak ada jejak keberadaan Reno. Hanya kehangatan samar di bantal sebelah, menyisakan pertanda bahwa Reno memang sempat bersamanya—tapi entah sejak kapan ia pergi.Ia mengh

    Last Updated : 2025-04-12
  • Gairah Liar Istriku   Bab 51. Sipa Mereka?

    Jalanan gelap itu berakhir di pelataran luas sebuah Bangunan gudang tua dengan container container kosong teronggok di sana-sini. Cahaya dari lampu motor Reno menyapu permukaan aspal kasar yang retak. Kijang hitam yang ia kejar kini berhenti di ujung halaman, di depan salah satu bangunan tak berplakat.Reno memperlambat laju motornya, jantungnya berdetak keras. Naluri petarungnya mulai menyala.Saat ia bersiap turun dari motor, terdengar suara pintu mobil dibanting.Satu persatu, sosok-sosok gelap bermunculan dari balik bayangan gudang. Lima orang. Enam. Mungkin lebih. Mereka menyebar dengan langkah lambat namun pasti, seperti kawanan serigala yang mengendus mangsa. Beberapa di antara mereka menggenggam pentungan besi. Ada juga yang memegang samurai, kilatan baja menari di bawah sinar bulan.Reno berdiri di samping motornya, matanya menyapu wajah-wajah mereka. Tidak ada yang dikenalnya. Tapi dari sikap mereka, ia bisa menebak, mereka bukan sekadar penjaga gudang.Salah satu dari mere

    Last Updated : 2025-04-13
  • Gairah Liar Istriku   Bab 52. Berbalik Arah

    Begitu suara pintu tertutup dan langkah Rama menjauh di lorong hotel, Soraya membuka matanya perlahan.Ia tak langsung bangkit. Matanya menatap langit-langit kamar hotel yang dihiasi bayangan samar dari lampu temaram. Nafasnya tertahan dalam dada, seolah sedang menimbang sesuatu yang terlalu berat untuk ditelan, tapi terlalu dalam untuk dimuntahkan.Detik demi detik berlalu, dan kesunyian kamar menjadi semakin menyesakkan. Rasa perih yang tak terlihat merayap dari dadanya ke tenggorokan. Mata itu—mata yang tadi tampak kosong—kini mulai berair. Tapi air itu bukan tangis sedih… melainkan bara. Bara cemburu yang membakar lambat-lambat.Rama pergi.Pergi karena wanita itu.Pergi... untuk Nara.“Bangsat...” bisiknya pelan, nyaris tak terdengar. Tapi nada itu mengandung muatan penuh luka.Ia menggulingkan tubuhnya pelan, memunggungi sisi ranjang yang dingin karena hanya separuhnya yang digunakan. Ia memejamkan mata sejenak, seakan berharap perasaan itu mereda. Tapi tidak. Perasaan itu justr

    Last Updated : 2025-04-14
  • Gairah Liar Istriku   Bab 53. Tragis

    Udara malam menyusup masuk dari celah jaket Reno yang belum ia rapatkan sepenuhnya. Lampu-lampu jalan menari di visor helmnya, sementara motornya melaju dengan kecepatan sedang, membelah jalanan kota yang sepi. Tapi pikirannya sama sekali tak tenang.Pertanyaan demi pertanyaan menumpuk di kepalanya, seperti kabut pekat yang menolak tersingkap."Siapa mereka tadi?""Apakah ini semua berkaitan dengan Dita… atau bahkan seseorang yang lebih punya pengaruh di balik semua ini?"Reno menggeleng pelan, mencoba menepis kekalutan itu. Tapi semakin ia menepis, semakin kuat firasatnya bahwa ini bukan hanya soal peringatan biasa.Apalagi saat bayangan mobil Kijang gelap yang menabraknya beberapa hari lalu adalah mobil yanmg sama dengan mobil yang ia kejar tadi. Dan kini, ia yakin, mobil itu tidak muncul secara kebetulan. Ada maksud tertentu. Ada mata yang terus mengawasinya, menunggu momen lengahnya."Sial… ini bukan main-main lagi," gumamnya.Baru saja ia hendak mengalihkan perhatian ke jalan, pa

    Last Updated : 2025-04-14
  • Gairah Liar Istriku   Bab 54. Rencana Kecil Rama

    Tujuannya adalah ke bar hotel.Tempat ia pernah duduk seorang diri bertahun-tahun lalu… saat konflik dalam hidupnya tak bisa ia lawan dengan logika.Dan malam ini, ia kembali kesana.Lift naik perlahan.Di dalam kotak sempit itu, Rama menyandarkan punggungnya ke dinding baja, menunduk."Aku pengecut, ya?" batinnya lirih."Aku tidak sanggup berhadapan dengan Nara?"Angka terus berganti di panel: 10... 14... 19..."Tapi di bar… setidaknya aku bisa diam. Mungkin ada satu gelas yang bisa bikin semua ini berhenti sebentar."Denting lift terdengar.Pintu terbuka pelan.22.Udara berbeda menyambutnya. Lampu remang, suara musik jazz dari kejauhan, aroma alkohol dan kayu tua.Langkah Rama pelan saat menyusuri lorong.Ia tidak lagi memikirkan alasan atau kata maaf.Ia hanya ingin duduk.Dan lupa.Bar hotel tampak sepi.Seorang bartender tengah membersihkan gelas di sudut meja panjang.Beberapa kursi kosong berjejer di depan cermin besar yang memantulkan pantulan kelam wajah Rama sendiri.Ia men

    Last Updated : 2025-04-14
  • Gairah Liar Istriku   Bab 55. Kerja Bagus

    Tubuh Nara membeku di ambang pintu.Dua orang pria berdiri di depannya. Salah satunya tampak mengenakan seragam hitam sederhana, jelas seorang staf hotel—mendorong sebuah kursi roda perlahan.Dan di atas kursi roda itu...Nara menelan ludah. Matanya membelalak, napas tercekat di tenggorokan.Rama.Suaminya sendiri, duduk limbung di kursi roda, tubuhnya terkulai dengan kepala tertuinduk. Kemejanya kusut, beberapa kancing terbuka, dan wajahnya merah padam karena alkohol."Apa yang terjadi…?" gumam Nara, setengah tidak percaya.“Maaf, Ibu. Tadi beliau berada di bar dan… tampaknya terlalu banyak minum. Beliau sempat berpesan kepada bartender untuk diantar ke kamar ini kalau sudah tidak sanggup berdiri,” ucap staf hotel itu, sopan, sedikit tergesa.Tanpa pikir panjang, Nara membuka pintu lebar-lebar. “Cepat bawa masuk, Pak”Mereka mendorong kursi roda perlahan melewati ambang pintu.Nara menyingkirkan tas dan sepatu yang berserakan di lantai, lalu membantu staf bar itu memindahkan Rama ke

    Last Updated : 2025-04-14
  • Gairah Liar Istriku   Bab 1. Batal Selingkuh

    Nara berdiri di depan cermin besar di kamar tidurnya. Gaun satin hitam yang membalut tubuhnya mempertegas keanggunan sekaligus aura sensualnya. Dengan tangan terampil, ia menyisir rambut panjangnya, menyiapkan diri untuk menghabiskan malam yang dijanjikan penuh petualangan. Akan tetapi, sorot matanya tak memandang pantulan dirinya di cermin. Ia hanya terpaku pada layar ponsel di atas meja rias yang baru saja menampilkan sebuah pesan singkat dari Arka:“Sudah siap, sayang? Aku di lobi.”Dehaman kecil keluar dari bibirnya, setengah menikmati getaran-getaran dan bayangan-bayabgan sensasi yang mendebarkan dari situasi ini, Hati Nara serasa dikepung oleh ketegangan tak kasat mata."Arka, aku sungguh merindukan semua sentuhanmu. Dan aku tidak sabar malam ini kita akan kembali bertemu," gumam Nara dengan hati berdebar kencang saat membaca pesan yang baru saja Arka kirimkan.Untuk sesaat, gairah liarnya tak bisa lagi ia padamkan, Nara bahkan bisa membayangkan setiap sentuhan memabukkan yang s

    Last Updated : 2025-01-14
  • Gairah Liar Istriku   Bab 2. Bayang-Bayang Sahabat

    Ternyata yang muncul bukan Rama. Di depan pintu telah berdiri Dita, sahabatnya yang beberapa hari ini baru pulang dari luar negeri. Sahabat sedari masa SMA dulu. Nara memandang sosok itu dengan perasaan campur aduk. Ia merasa lega karena ternyata yang mengetuk pintu bukanlah Rama, Meski perasaan yang gak keruan bercampur dengan kegelisahan masih menguasai hatinya. Dita tersenyum tipis, membawa aura tenang yang anehnya menenangkan sekaligus mengintimidasi. Ia tampak seperti seseorang yang tahu lebih banyak daripada yang seharusnya."Dita? Malam-malam begini, ada apa?" tanya Nara, mencoba menyembunyikan kegugupannya di balik nada terkejut."Maaf jika aku membuatmu terkejut, Nara. Aku tahu ini mendadak," jawab Dita lembut, matanya tajam menatap Nara, "Tapi aku harus membicarakan semua ini ke kamu. Ada hal penting yang perlu kamu tahu."Nara terdiam sejenak, lalu mengangguk pelan, memberi isyarat agar Dita masuk ke kamarnya. Ia melirik ponsel yang masih tergeletak di lantai dengan layar

    Last Updated : 2025-01-16

Latest chapter

  • Gairah Liar Istriku   Bab 55. Kerja Bagus

    Tubuh Nara membeku di ambang pintu.Dua orang pria berdiri di depannya. Salah satunya tampak mengenakan seragam hitam sederhana, jelas seorang staf hotel—mendorong sebuah kursi roda perlahan.Dan di atas kursi roda itu...Nara menelan ludah. Matanya membelalak, napas tercekat di tenggorokan.Rama.Suaminya sendiri, duduk limbung di kursi roda, tubuhnya terkulai dengan kepala tertuinduk. Kemejanya kusut, beberapa kancing terbuka, dan wajahnya merah padam karena alkohol."Apa yang terjadi…?" gumam Nara, setengah tidak percaya.“Maaf, Ibu. Tadi beliau berada di bar dan… tampaknya terlalu banyak minum. Beliau sempat berpesan kepada bartender untuk diantar ke kamar ini kalau sudah tidak sanggup berdiri,” ucap staf hotel itu, sopan, sedikit tergesa.Tanpa pikir panjang, Nara membuka pintu lebar-lebar. “Cepat bawa masuk, Pak”Mereka mendorong kursi roda perlahan melewati ambang pintu.Nara menyingkirkan tas dan sepatu yang berserakan di lantai, lalu membantu staf bar itu memindahkan Rama ke

  • Gairah Liar Istriku   Bab 54. Rencana Kecil Rama

    Tujuannya adalah ke bar hotel.Tempat ia pernah duduk seorang diri bertahun-tahun lalu… saat konflik dalam hidupnya tak bisa ia lawan dengan logika.Dan malam ini, ia kembali kesana.Lift naik perlahan.Di dalam kotak sempit itu, Rama menyandarkan punggungnya ke dinding baja, menunduk."Aku pengecut, ya?" batinnya lirih."Aku tidak sanggup berhadapan dengan Nara?"Angka terus berganti di panel: 10... 14... 19..."Tapi di bar… setidaknya aku bisa diam. Mungkin ada satu gelas yang bisa bikin semua ini berhenti sebentar."Denting lift terdengar.Pintu terbuka pelan.22.Udara berbeda menyambutnya. Lampu remang, suara musik jazz dari kejauhan, aroma alkohol dan kayu tua.Langkah Rama pelan saat menyusuri lorong.Ia tidak lagi memikirkan alasan atau kata maaf.Ia hanya ingin duduk.Dan lupa.Bar hotel tampak sepi.Seorang bartender tengah membersihkan gelas di sudut meja panjang.Beberapa kursi kosong berjejer di depan cermin besar yang memantulkan pantulan kelam wajah Rama sendiri.Ia men

  • Gairah Liar Istriku   Bab 53. Tragis

    Udara malam menyusup masuk dari celah jaket Reno yang belum ia rapatkan sepenuhnya. Lampu-lampu jalan menari di visor helmnya, sementara motornya melaju dengan kecepatan sedang, membelah jalanan kota yang sepi. Tapi pikirannya sama sekali tak tenang.Pertanyaan demi pertanyaan menumpuk di kepalanya, seperti kabut pekat yang menolak tersingkap."Siapa mereka tadi?""Apakah ini semua berkaitan dengan Dita… atau bahkan seseorang yang lebih punya pengaruh di balik semua ini?"Reno menggeleng pelan, mencoba menepis kekalutan itu. Tapi semakin ia menepis, semakin kuat firasatnya bahwa ini bukan hanya soal peringatan biasa.Apalagi saat bayangan mobil Kijang gelap yang menabraknya beberapa hari lalu adalah mobil yanmg sama dengan mobil yang ia kejar tadi. Dan kini, ia yakin, mobil itu tidak muncul secara kebetulan. Ada maksud tertentu. Ada mata yang terus mengawasinya, menunggu momen lengahnya."Sial… ini bukan main-main lagi," gumamnya.Baru saja ia hendak mengalihkan perhatian ke jalan, pa

  • Gairah Liar Istriku   Bab 52. Berbalik Arah

    Begitu suara pintu tertutup dan langkah Rama menjauh di lorong hotel, Soraya membuka matanya perlahan.Ia tak langsung bangkit. Matanya menatap langit-langit kamar hotel yang dihiasi bayangan samar dari lampu temaram. Nafasnya tertahan dalam dada, seolah sedang menimbang sesuatu yang terlalu berat untuk ditelan, tapi terlalu dalam untuk dimuntahkan.Detik demi detik berlalu, dan kesunyian kamar menjadi semakin menyesakkan. Rasa perih yang tak terlihat merayap dari dadanya ke tenggorokan. Mata itu—mata yang tadi tampak kosong—kini mulai berair. Tapi air itu bukan tangis sedih… melainkan bara. Bara cemburu yang membakar lambat-lambat.Rama pergi.Pergi karena wanita itu.Pergi... untuk Nara.“Bangsat...” bisiknya pelan, nyaris tak terdengar. Tapi nada itu mengandung muatan penuh luka.Ia menggulingkan tubuhnya pelan, memunggungi sisi ranjang yang dingin karena hanya separuhnya yang digunakan. Ia memejamkan mata sejenak, seakan berharap perasaan itu mereda. Tapi tidak. Perasaan itu justr

  • Gairah Liar Istriku   Bab 51. Sipa Mereka?

    Jalanan gelap itu berakhir di pelataran luas sebuah Bangunan gudang tua dengan container container kosong teronggok di sana-sini. Cahaya dari lampu motor Reno menyapu permukaan aspal kasar yang retak. Kijang hitam yang ia kejar kini berhenti di ujung halaman, di depan salah satu bangunan tak berplakat.Reno memperlambat laju motornya, jantungnya berdetak keras. Naluri petarungnya mulai menyala.Saat ia bersiap turun dari motor, terdengar suara pintu mobil dibanting.Satu persatu, sosok-sosok gelap bermunculan dari balik bayangan gudang. Lima orang. Enam. Mungkin lebih. Mereka menyebar dengan langkah lambat namun pasti, seperti kawanan serigala yang mengendus mangsa. Beberapa di antara mereka menggenggam pentungan besi. Ada juga yang memegang samurai, kilatan baja menari di bawah sinar bulan.Reno berdiri di samping motornya, matanya menyapu wajah-wajah mereka. Tidak ada yang dikenalnya. Tapi dari sikap mereka, ia bisa menebak, mereka bukan sekadar penjaga gudang.Salah satu dari mere

  • Gairah Liar Istriku   Bab 50. Bayangan Pengkhianatan

    Hening.Sunyi itu seperti menjalari seluruh dinding kamar, meresap ke pori-pori malam dan menyesakkan dada.Nara membuka matanya perlahan. Cahaya lampu redup dari sisi tempat tidur membuat pandangannya tak langsung fous, tapi kesadarannya berangsur kembali ketika jemarinya menyentuh sisi ranjang yang dingin. Kosong. Tidak ada siapa pun di sana.Ia bangkit, duduk perlahan dengan selimut melorot ke pangkuannya. Sejenak matanya menelusuri seisi ruangan, mencari sosok Reno. Tapi yang ditemukannya hanya keheningan dan denting samar jam dinding digital yang menunjukkan pukul 02.16."Nggak mungkin dia pulang tanpa bilang apa-apa," gumamnya pelan, lebih untuk dirinya sendiri. Suaranya terdengar lelah, berat, dan sarat kebingungan.Nara menatap ke arah meja kecil di samping tempat tidur. Tidak ada catatan. Tidak ada ponsel. Tidak ada jejak keberadaan Reno. Hanya kehangatan samar di bantal sebelah, menyisakan pertanda bahwa Reno memang sempat bersamanya—tapi entah sejak kapan ia pergi.Ia mengh

  • Gairah Liar Istriku   Bab 48. "Aku Tidak Akan Membiarkan Kau Lolos Malam Ini."

    Reno melangkah dengan cepat ke arah Arka, tubuhnya tegang menahan emosi yang sudah mengendap terlalu lama. Langkah-langkahnya menggema di atas aspal basah, seperti dentang palu penghakiman yang tak bisa dihindari. Arka menoleh sesaat—dan hanya sesaat—lalu kembali menatap ke depan, seolah enggan mengakui keberadaan Reno di hadapannya.“Kau masih juga mengganggunya, hah?” suara Reno parau namun dingin, mengiris malam yang hening. “Nara sudah lama melupakanmu, Arka. Dan kau… kau masih saja berkeliaran seperti bayangan masa lalu yang busuk.”Arka tak menjawab. Tatapannya kosong, matanya tampak lelah… atau barangkali hancur dari dalam. Ia seperti seseorang yang kehilangan arah—bukan hanya dari Nara, tapi juga dari dirinya sendiri.Reno melangkah lebih dekat. Tanpa aba-aba, tangan kanannya mendorong dada Arka dengan kasar. Tubuh Arka terhuyung ke belakang, nyaris kehilangan keseimbangan. Jika bukan karena mobil di belakangnya, mungkin ia sudah jatuh ke tanah. Tapi tetap saja—tak ada reaksi.

  • Gairah Liar Istriku   Bab 48. "Aku Harus Menyelasaikannya Di Sini"

    Soraya berjalan perlahan menuju jendela kamar, tubuhnya masih terbalut selimut tipis yang tadi sempat ia tarik cepat saat menerima telepon dari Dita. Di belakangnya, Rama telah tertidur pulas di atas ranjang king size—napasnya teratur, pundaknya terangkat turun dalam ritme yang menandakan kelelahan yang dalam. Soraya sempat menatapnya beberapa detik sebelum kembali fokus pada suara di seberang telepon."Jadi, apa maksudmu Nara ada di hotel ini juga?" tanya Soraya dengan nada pelan namun waspada.Dita terdengar menarik napas panjang dari seberang sambungan. "Aku belum bisa memastikan seratus persen, Tapi berdasarkan pergerakan GPS yang sempat terlacak dari ponsel Arka sebelum sinyalnya menghilang, aku cukup yakin Nara berada di gedung yang sama dengan kalian."Soraya menahan diri untuk tidak mengeluarkan sumpah serapah. Ia menoleh sejenak ke arah Rama yang masih tertidur, lalu kembali memfokuskan suaranya. "Tenang saja, tidak akan ada masalah yang berarti. Rama sudah berada di sini, be

  • Gairah Liar Istriku   Bab 47. Dita dan Soraya Bersekongkol?

    Arka melirik sekilas ponselnya yang bergetar di lantai. Nomor tak dikenal. Atau mungkin nomor yang ia tahu, tapi terlalu enggan untuk dilihat sekarang.Ia tidak mengangkatnya. Ia hanya menatap layar yang terus bergetar sebelum akhirnya diam dengan sendirinya.Seperti dirinya.Arka lalu merebahkan diri ke lantai, menatap kosong ke atas.Dan untuk pertama kalinya sejak semua kekacauan ini dimulai, ia benar-benar merasa… kalah.Kamar hotel itu remang, lampu gantung redup menggelantung di tengah langit-langit, menciptakan bayangan lembut di dinding. Tirai tebal menutup seluruh jendela, membuat dunia luar terasa begitu jauh dari apa yang sedang terjadi di dalam ruangan. Aroma parfum mahal melayang tipis, bercampur dengan desahan lembut AC yang bekerja tanpa suara.Rama berbaring di atas ranjang king-size, tubuhnya masih lengkap berpakaian, tapi pikirannya sudah melayang entah ke mana. Matanya menatap kosong ke langit-langit, sementara di hadapannya, Soraya bergerak dengan penuh kelenturan

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status