Home / Romansa / Setitik Nila / Chapter 61 - Chapter 70

All Chapters of Setitik Nila: Chapter 61 - Chapter 70

75 Chapters

SN ~ 61

“Itu artinya, begitu masuk kerja nanti, saya langsung ajuin resign gitu, ya?” tanya Nila memastikan sambil menuruni satu anak tangga menuju kolam renang. Namun, ia hanya berakhir duduk di tangga tersebut, tidak menyusul Djiwa yang sudah berada di tengah-tengah.“Ya.”“Tapi harus nunggu pengganti dulu, baru bisa cabut.”“Iya.” Djiwa berenang mendekati Nila lalu duduk di anak tangga di bawah sang istri.“Waktu itu, Rachel mau ngajuin jadi sekred,” ucap Nila meletakkan kedua tangan di bahu Djiwa, lalu memijatnya perlahan. “Tapi, mbak Oliv juga disuruh nyari sama papa Gavin.”“Saya tahu masalah Oliv, tapi belum kalau Rachel.” Djiwa kemudian menyandarkan tubuh pada Nila. “Tapi, saya nggak setuju kalau Rachel yang jadi sekred, karena dia itu pusat gosip di Warta.”Nila terkekeh. Tidak jadi memijat Djiwa dan langsung mengalungkan kedua tangan pada leher pria itu.“Tapi saya belum dapat kerjaan lagi,” ujar Nila lalu mengecup pipi Djiwa sebentar. “Ada, sih. Tapi jadi reporter.”“Saya nggak setu
last updateLast Updated : 2025-03-01
Read more

SN ~ 62

“Aku berangkat, Ma,” pamit Mila setelah menyalami mama dan papanya secara bergantian.Tanpa berlama-lama, ia segera berlari kecil menuju mobil yang sudah menunggu di depan. Masuk ke dalam, lalu melaju menuju kantor.“Kita harus ke dokter,” ujar Kirana saat menatap Gavin. “Secepatnya.”“Dokter?”“Dokter kandungan, Mas.” Kirana memukul pelan dada Gavin. “Aku sampe nggak mikir masalah hamil, kalau Mila tadi nggak tanya.”“Mila bercanda,” ujar Gavin menenangkan dan merangkul Kirana untuk masuk ke dalam rumah bersama-sama.“Ini bukan masalah bercanda atau nggak.” Kirana berhenti di ruang tamu, lalu melepas rangkulan Gavin. “Kita sudah berapa kali ... itu.”Gavin tertawa melihat wajah Kirana yang tiba-tiba merona. Usia mereka sudah tidak lagi muda, tetapi Kirana terlihat masih kikuk ketika membahas masalah intim mereka.“Mas, jangan tertawa,” protes Kirana menepuk dada Gavin. “Dengarin aku dulu,” ucapnya lalu menarik napas. “Aku belum menopause, kamu jelas masih bisa punya anak. Dan aku bar
last updateLast Updated : 2025-03-01
Read more

SN ~ 63

“Jangan dipaksain,” ujar Djiwa melihat Nila masih menyibukkan diri dengan pekerjaan rumah. “Aku sudah bilang, urusan bersih-bersih serahkan sama bibik. Kamu tinggal telpon ke rumah, nanti bibik yang datang ke sini karena aku biasa seperti itu.”“Daripada aku nganggur, Mas,” ujar Nila sambil menjemur pakaian yang sudah dicuci di halaman belakang rumah. “Ini juga cuma jemur, nggak ikut nyuci. Nanti, kalau sudah masuk kerja, aku pasti minta bibik ke sini buat bersih-bersih.”“Kamu bisa ngerjain aku,” ucap Djiwa sambil merentangkan kedua tangan. “Terserah mau diapain, aku pasrah.”Nila menahan tawa melihat suaminya yang hanya duduk di kursi plastik, di teras belakang. “Kalau ngerjain Mas Djiwa, sih, nggak ada habisnya.”“Dan nggak bakal habis.”“Itu dia,” ujar Nila lalu tertawa. “Yang ada capek.”“Kalau capek istirahat.”Nila mencebik sambil menjemur pakaian terakhirnya. Setelah selesai, ia menghampiri Djiwa lalu duduk di pangkuan sang suami tanpa sungkan lagi.“Mas, cariiin aku kerjaan c
last updateLast Updated : 2025-03-02
Read more

SN ~ 64

“Tunggu sebentar, ya,” ucap Djiwa sambil berlalu melewati meja Nila. Langkahnya tergesa, masuk ke ruangannya untuk mematikan komputer. Setelah memastikan semua selesai, ia mengemasi laptopnya yang tergeletak di meja, lalu kembali keluar menemui sang istri.“Sudah, Mas?” tanya Nila sambil memangku tas kerjanya. Bersiap pulang, jika Djiwa sudah menyelesaikan semua pekerjaannya hari ini.“Sudah, ayo.” Djiwa mengulurkan tangan kanannya dan tanpa ragu, Nila segera meraihnya dan berdiri.Jemari mereka bertaut erat, saling memberi kehangatan dalam situasi dan status yang sudah berbeda. Bersama, mereka berjalan menuju lift, meninggalkan kantor yang selama ini menjadi tempat Nila berkarir.“Besok, aku resmi jadi pengangguran,” keluh Nila dengan nada bercanda, meskipun ada sedikit rasa berat yang tersembunyi di balik senyumnya.Djiwa menoleh ke arahnya, tersenyum hangat dan mencoba menenangkan. “Bukan pengangguran, tapi sedang memulai sesuatu yang baru. Jangan lupa, kamu akan jadi bos perusahaan
last updateLast Updated : 2025-03-02
Read more

SN ~ 65

“Lima minggu!” Nila berseru riang, matanya berbinar saat memamerkan hasil USG yang ia pegang dengan kedua tangan di depan dada.Kirana yang sedang mengupas apel, langsung menghentikan kegiatannya. Pisau dan buah yang baru saja ia potong diletakkan begitu saja di atas nakas kamar inap. Kemudian ia bangkit dan segera memeluk Nila dengan buncahan bahagia yang tidak terungkapkan.“Selamat, yaaa.” Suara Kirana bergetar, penuh haru. “Bentar lagi Mama jadi nenek.”Mila yang duduk di tepi ranjang Gavin ikut beranjak menghampiri sambil berujar. “Batal jadi mama baru, langsung jadi nenek,” candanya lalu terkikik geli, saat mengingat Kirana yang tersedak ketika Mila bertanya tentang adik.Dengan penuh rasa ingin tahu, Mila mengambil hasil USG dari tangan Nila. Namun, saat menatap lembaran hitam putih itu, tawanya perlahan mereda. Mila menelusuri gambar samar di tangannya dengan gejolak yang tidak bisa ia jelaskan.Mila sangat bahagia ketika mendengar Nila saat ini sedang berbadan dua. Namun, jau
last updateLast Updated : 2025-03-03
Read more

SN ~ 66

“Yakin, ya, ini kamu nggak ikut?” Gavin kembali mengulang pertanyaannya, sambil menatap layar ponselnya. “Papa ini sudah tulis nama, loh. Tinggal send ke Oliv, langsung dipesankan tiketnya.”“Nggak,” tolak Mila masih teguh dengan pendiriannya. Ia enggan ikut Gavin dan Kirana pergi bulan madu, karena tidak mau menjadi “obat nyamuk” berkepanjangan.Bukan hanya karena alasan itu, tetapi Mila tidak ingin mengganggu masa-masa romantis yang akan dinikmati oleh kedua orang tuanya.Sejauh ini, Mila selalu ikut ke mana pun kedua orang tuanya pergi. Jadi, saat ini Mila ingin memberi kesempatan pada Gavin dan Kirana untuk menghabiskan waktu berdua saja.“Papa pesen aja tiketnya sekarang,” ujar Mila melanjutkan dan masih menguasai tempat tidur milik Gavin. Ia sedang menonton televisi bersama Kirana, sementara papanya terpaksa menyingkir dan duduk di sofa. “Aku nggak ikut karena mau ngerjain skripsi sama ngurusin dokumen-dokumen perusahaan. Jadi, selesai aku wisuda, minggu depannya langsung jadi C
last updateLast Updated : 2025-03-03
Read more

SN ~ 67

“Kamu itu lebay, La,” ujar Nila geleng-geleng setelah mendengar pernyataan Kirana barusan. “Yang ada itu, wisuda baru ditemenin mama sama papa, bukan pas sidang. Kasihan tauk, Mama disuruh nunggu kamu sidang.”“Mama yang mau, kok.” Mila memeletkan lidah pada saudaranya. “Lagian nanti Mama aku bawain laptop, biar bisa nunggu sambil nonton sama ngemil.”“Harusnya jangan mau, Ma,” Nila beralih pada mamanya yang duduk santai di sofa panjang bersama Mila.Sejak pagi, Nila sudah berada di kediaman Gavin karena minta di antar ke rumah tersebut. Ada yang harus dibahas bersama Mila mengenai perusahaan, yang rencananya akan launching awal tahun depan.“Ihh, Mama aja nggak papa. Kok, kamu yang repot, sih, Mbak?” Mila mulai sewot, karena Nila terlalu banyak protes. Padahal, Kirana terlihat santai-santai saja.Nila menyeruput es susu vanilanya, sambil asyik menikmati rujak buah sendirian. Tidak ada yang menemani, karena mangga yang dibeli Kirana rasanya masam. Namun, Nila justru menikmatinya dengan
last updateLast Updated : 2025-03-04
Read more

SN ~ 68

“Mas, aku gendut banget, ya?” tanya Nila saat berdiri di depan meja riasnya. Berbalik ke kiri dan ke kanan, melihat bentuk tubuhnya yang jauh berbeda seperti sebelum hamil. “Dari pipi sampai ke jempol kaki, bulet semua.”Djiwa baru membuka mulut, tetapi mengatupkannya kembali. Pertanyaan tersebut seperti bumerang. Apa pun jawaban yang nantinya Djiwa beri, akibatnya pasti akan kembali pada dirinya sendiri.“Mas, aku tanya loh,” ujar Nila berbalik dan melihat Djiwa menutup laptop lalu meletakkannya di nakas.“Ini sudah malam dan besok kita diminta datang ke wisuda Nila,” ujar Djiwa berusaha mengalihkan obrolan.“Justru karena mau datang ke wisuda, aku ngerasa—”“Yang terpenting itu, anak kita sehat,” sela Djiwa menyingkap selimut di sampingnya dan meminta sang istri berbaring di sebelahnya. “Masalah badan, nanti setelah lahiran kamu bisa ... yoga atau pilates.”“Anakku siapa yang jaga kalau aku pergi olahraga?” Nila berjalan perlahan menuju tempat tidur, tetapi hanya duduk bersandar pad
last updateLast Updated : 2025-03-04
Read more

SN ~ 69

Sambil menahan nyeri yang semakin kuat, Nila bersandar di dada Djiwa, meremas lengan suaminya seakan itu satu-satunya cara untuk menyalurkan rasa sakit yang mendera. Djiwa berdiri di samping ranjang rumah sakit, membiarkan istrinya berpegangan erat. sementara Kirana, duduk di belakang Nila untuk mengusap punggungnya.“Kalau sakitnya gini, anaknya satu aja,” lirih Nila masih sempat-sempatnya protes seraya menahan nyerinya kontraksi.Tatapan Djiwa bertemu dengan Kirana. Ketika wanita itu memberi anggukan, Djiwa segera merespons ucapan istrinya barusan.“Iya, satu aja,” ucap Djiwa dengan terpaksa. Saat ini, Djiwa tidak akan membantah, karena memahami bagaimana kondisi Nila.Mana tahu beberapa tahun lagi pemikiran istrinya bisa berubah dan ingin menambah anak lagi.“Sabar, ya,” ucap Kirana dengan telaten mengusap punggung putrinya untuk menenangkan. “Mama tahu, kamu pasti kuat.”“Apa Mama dulu juga kesakitan gini, waktu mau lahirin aku?” tanya Nila setelah merasa sakitnya mulai berangsur
last updateLast Updated : 2025-03-05
Read more

SN ~ 70

“Pokoknya, nanti kalau anak kedua laki-laki, harus ada nama Papa nyelip di sana.” Gavin masih saja protes, karena ada gabungan nama Kirana dan Atika pada cucu pertamanya.Ternyata, Arana adalah gabungan dari nama Atika dan Kirana.Nila sudah malas membalas Gavin. Ia sudah bilang hanya akan memiliki satu anak saja, tetapi papanya tetap saja menyinggung perihal anak kedua. Lebih baik ia menghabiskan sarapannya dengan segera, setelah itu kembali ke kamar untuk mengASIhi Emma yang sedang berada di gendongan Gavin.Djiwa saja sampai harus bersabar menunggu giliran menggendong putrinya, ketika Gavin berada di rumah.Untuk sementara, Nila diminta tinggal di kediaman Gavin. Kirana tidak tega jika harus melepas putrinya yang baru melahirkan dan tiba-tiba harus mengurus bayi seorang diri.“Papa! Ayok ke belakang!” ajak Mila yang baru memasuki ruang makan. “Kita berjemur sama Emma.”Nila memangku wajah dengan satu tangan. Terus memakan sarapannya dan membiarkan kedua orang itu membawa Emma untuk
last updateLast Updated : 2025-03-06
Read more
PREV
1
...
345678
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status