Semua Bab Pesona Sang Penguasa: Bab 71 - Bab 80

98 Bab

71. Cemburu

"Apakah ini tidak terlalu berlebihan?" Anna memutar tubuhnya, menatap pakaian kekurangan kain yang melekat pada tubuhnya. Merasa kurang percaya diri, Anna dengan cepat memeluk tubuhnya. Dia juga bergegas untuk pergi mengambil bathrobe yang kebetulan saja tertinggal di dalam kamar mandi. Tadi, Anna berganti pakaian di dalam walk in closet. "Ck, seharusnya aku tidak usah mendengar ucapan Marjorie." Anna menggerutu, sembari memakai bathrobenya dan segera keluar dari kamar mandi. "Lagi pula, mau Alaric tidur dengan siapa pun bukan urusanku kan? Dia masih bebas melakukan apa pun, asal tidak ketahuan publik." "Kau itu sebenarnya membicarakan apa?" "ASTAGA!" Anna jelas saja akan terlonjak, ketika dia mendengar suara yang tidak seharusnya. "Bisakah kau tidak membuatku kaget?" Alaric meringis dengan kedua tangan yang tadi sempat menutup telinganya. "Seharusnya itu kalimatku," pekik Anna memegang dadanya, untuk menetralkan denyut jantung yang terlalu cepat. "Kau tiba-tiba muncul dan
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-23
Baca selengkapnya

72. Terima Kasih

Alaric mengetukkan jemarinya pada lutut, dengan sebelah kaki bertumpu pada kaki lainnya. Mata lelaki itu tertutup dengan kening berkerut, terlihat jelas dia sedang berpikir dengan keras. Setidaknya, sampai ponselnya berdering. "Tuan, aku sudah melakukan perintahmu." Suara sang asisten langsung terdengar, ketika Alaric mengangkat teleponnya. "Sayangnya, aku masih merasa ini bukan perbuatan yang baik." "Aku hanya sekedar menolong saja," ucap Alaric cukup lirih. "Lagi pula, Anna sudah mengizinkan." "Mengizinkan berbeda dengan ikhlas," balas Caspian dengan suara embusan napas yang terdengar jelas. "Tapi intinya, aku sudah menyelamatkan bocah itu dan sedang menunggu Marjorie datang ke rumah sakit. Apa Tuan mau aku antar pulang dulu?" "Mungkin ... tidak perlu." Walau cukup ragu, Alaric pada akhirnya menggeleng. "Seharusnya Marjorie tidak jauh lagi, jadi dia akan sampai dengan cepat. Setelah itu kita pulang." Embusan napas keras lainnya, terdengar dari sambungan telepon. Bahkan Cas
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-24
Baca selengkapnya

73. Rindu

"Wah, perempuan ini benar-benar berani ya." Anna bergumam, ketika dia menerima kiriman sebuah foto dari nomor yang tidak dikenal. Foto itu adalah foto sosok Alaric yang sedang menatap seorang bocah lelaki kecil yang tampak ketakutan. Itu saja sudah cukup membuat Anna tahu siapa pengirimnya, apalagi bocah lelaki itu terlihat mirip dengan Marjorie. "Tenang Anna, jangan marah." Yang empunya nama berusaha menenangkan diri. "Walau Alaric itu suamimu, tapi dia hanya suami pura-pura." "Tapi sekarang ini, Alaric dan keluarganya adalah satu-satunya orang yang aku kenal di negara ini. Mereka satu-satunya keluargaku yang tersisa di muka bumi." Sekarang, Anna tiba-tiba jadi cemas sendiri. "Bagaimana ini?" Anna bahkan sudah menjambak rambutnya. "Aku harus bagaimana kalau Alaric malah menceraikanku dan memilih Marjorie? Apa aku akan sendirian lagi?" Anna menggigit bibir bawahnya, sambil menatap pesan yang tadi dia terima. Sungguh, rasanya dia tidak sanggup memikirkan hidup sebatang kara di
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-24
Baca selengkapnya

74. Baru Tahu

"Padahal dia yang memintaku cepat pulang dengan membawa Lemon Tart, tapi dia juga yang tertidur di sofa." Alaric langsung mengeluh melihat pemandangan yang ada di depan matanya. Begitu memasuki rumah tadi, yang pertama kali Alaric lihat adalah sang istri yang tertidur di sofa ruang tamu. Sepertinya perempuan itu ingin menyambut kue yang dibawakan oleh sang suami, tapi malah ketiduran. "Sepertinya Nyonya kelelahan menunggu karena Tuan pulang terlalu malam." Caspian tanpa ragu mengejek. "Padahal aku sudah menyuruh pulang sejak tadi. Kasihan sekali Nyonya kami karena harus menunggu di luar kamar seperti ini setiap hari." "Tidak usah terlalu berlebihan, Ian." Tidak senang dengan ejekan itu, Alaric menegur. "Anna tidak setiap hari seperti ini." "Nyonya setiap hari menunggui Tuan pulang ke rumah." Sang asisten segera menyampaikan kebenarannya. "Hanya saja kadang Darcy menggendong Nyonya ke kamar, ketika dia ketiduran di sofa. Aku masih punya bukti chatnya." "Tidak perlu memperliha
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-25
Baca selengkapnya

75. Mencoba

"Ini sangat menyebalkan," ucap Anna dengan bibir mencebik. "Aku heran sekali karena lelaki sialan dan mesum itu, belakangan ini suka sekali mengerjai aku." "Lelaki mesum dan sialan?" tanya Lesley dengan sebelah alis terangkat. "Siapa lagi yang kau sebut seperti itu?" "Lelaki sialan dan mesum," koreksi Anna masih dengan bibir mencebik. "Itu sama saja bagiku." Sang psikolog mengedikkan bahu dengan santai. "Tapi kenapa kau sampai harus menamai lelaki itu dengan sebutan mesum dan sialan? Dia musuhmu atau siapa?" "Siapa lagi kalau bukan suamiku," jawab Anna kini melotot pada perempuan berkacamata besar di depannya. "Aku kesal karena belakangan dia suka mengejekku, bahkan sampai aku malu dan kesal." "Oh, Alaric." "Tolong jangan sebut namanya," hardik Anna kini terlihat sedikit panik. "Bagaimana kalau ada yang mendengar? Aku kan belum diumumkan sebagai istrinya." "Tidak akan ada yang mendengar, karena hanya ada kita di sini." "Bagaimana kalau ada penyadap di sini?" Alih-alih
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-26
Baca selengkapnya

76. Menyerang

[Alaric: Mom dan Astrid akan datang ke rumah, jadi sambutlah mereka dengan baik.] Anna menjatuhkan ponselnya, ketika melihat pesan yang dikirimkan sang suami. Padahal dia baru saja masuk ke dalam mobil setelah menjalani sesi konseling dengan psikolog, tapi sekarang harus mengurusi keluarga suaminya. "Kenapa harus hari ini?" keluh Anna secara refleks. "Apa ada yang salah, Nyonya?" Tentu saja Darcy akan bertanya, ketika melihat perempuan yang dia layani mengeluh dan menjadi lesu. "Katanya Mom dan Astrid akan datang ke rumah," jawab Anna makin lesu saja. "Padahal aku sudah lelah, tapi mereka malah datang." "Apa perlu aku meminta izin agar kau bisa istirahat saja?" Darcy tanpa ragu memberikan ide, sekali pun itu bisa membuatnya dimarahi. "Tidak perlu." Untungnya, Anna memilih untuk menggeleng. "Aku bisa menghadapi mereka. Lagi pula, mereka juga kan keluargaku." "Kau yakin?" "Amat sangat yakin." Anna mengangguk dengan antusias. Kalau sang Nyonya sudah mengatakan hal seper
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-27
Baca selengkapnya

77. Anak Alaric

"Berani-beraninya kalian menghalangi jalanku," desis Marjorie dengan mata melotot. "Apa kalian tidak tahu siapa aku?" "Maaf, tapi kami tidak tahu." Seorang lelaki yang terlihat seperti pengawal, menggeleng dengan tegas. "Aku ini nyonya rumah ini," hardik Marjorie makin tidak tahu diri. "Kalian rupanya minta dipecat karena tidak mengenali nyonya rumah." "Maaf, tapi kau bukan nyonya kami." Pengawal yang lain menjawab. "Nyonya kami sedang berada di dalam, bersama dengan Nyonya Besar dan Nona Astrid." "Baguslah kalau begitu. Panggil mereka semua keluar dan kalian akan tahu akibatnya karena sudah melawanku." Anna yang melihat itu dari jendela rumah lantai dua, hanya bisa menghela napas. Ini benar-benar membuatnya sakit kepala, apalagi nanti kalau harus menghadapinya sendiri. "Dasar perempuan gila itu." Elizabeth mendesis marah dari belakang sang menantu. "Tunggu saja kau, aku akan mencincangmu." "Mom." Tangan Anna refleks menahan mertuanya. "Apa tidak sebaiknya aku ikut turun
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-28
Baca selengkapnya

78. Tidak Nyaman

"Kau bilang itu anak Alaric?" tanya Anna dengan kedua alis yang terangkat. "Benar." Marjorie mengangguk yakin. "Bastian itu anak Alaric." "Apakah ada bukti?" tanya Anna tanpa bisa berpikir panjang. "Mau bukti apa lagi?" Bukannya memberi apa yang diminta, Marjorie malah balas bertanya disertai dengan dengusan. "Aku hanya punya hubungan dengan Alaric dan mantan suamiku saat itu." "Tapi itu tidak berarti kau tidak tidur dengan lelaki lain bukan?" tanya Anna dengan tatapan yang sedikit kosong dan tertuju pada pagar yang telah roboh. "Sayangnya, aku bukan perempuan murahan sepertimu." Marjorie mengikuti arah pandangan Anna dan langsung tersenyum karenanya. "Kebetulan sekali Alaric sudah pulang." Anna menatap nanar ke arah mobil yang baru saja masuk melewati pagar yang sudah rusak. Dia hanya bisa menatap, ketika Marjorie dengan senyum lebar melangkah mendekati mobil yang berhenti di depan mereka. "Hai, Al." Marjorie dengan santainya membuka pintu mobil dan menyapa. "Aku sudah
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-29
Baca selengkapnya

79. Ancaman

"Tidak bisakah kau melakukan sesuatu terhadap perempuan itu?" hardik Elizabeth dengan mata melotot. "Sampai kapan kau akan membiarkan Marjorie berkeliaran di sekitarmu?" "Aku tidak bisa seenaknya saja mengusir dia, Mom." Alaric menghela napas panjang. "Rasanya aku sudah mengatakan itu beberapa kali bukan?" "Kau bahkan tidak berusaha, Al." Sayangnya, Elizabeth tidak senang dengan jawaban sang putra. "Sedikit pun kau tidak pernah mengusahakan, agar perempuan itu menjauh." "Mungkin lebih tepatnya ... Alaric hanya menghindar." Celetukan yang terdengar dari Anna itu, membuat semua orang menoleh dengan kening berkerut. Hal yang tentu saja membuat nyali Anna jadi menciut. "Aku rasa Anna benar." Setelah sempat hening sesaat, akhirnya Astrid yang memecah kesunyian. "Rasanya selama ini kau hanya menghindar saja dan tidak pernah benar-benar menyelesaikan masalah di antara kalian." "Masalahnya harus diselesaikan seperti apa?" tanya Alaric mengembuskan napas keras. "Mudah saja. Kau
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-29
Baca selengkapnya

80. Balas Dendam

"Hal pertama yang harus kau perhatikan adalah penampilan." Elizabeth mengatakan hal itu dengan menggebu-gebu, bahkan sampai memukul meja. "Kau harus tampil sederhana, menarik dan elegan." "Jangan menggunakan pakaian yang terlalu berlebihan, karena nanti kau malah dihujat. Jangan pula menggunakan sesuatu yang terlalu mahal, karena nanti kau dikatakan menghabiskan uang rakyat." "Maaf." Anna menaikkan tangan untuk bertanya. "Tapi bukankah Alaric digaji? Jadi seharusnya pakaian apa pun yang aku pakai, tidak akan membuat kami disebut menghabiskan uang rakyat." "Tidak salah." Elizabeth kembali memukul meja. "Tapi masyarakat mana tahu kalau uang yang kau gunakan itu halal atau tidak." "Semua orang juga tahu kalau Alaric Bastian Crawford itu adalah seorang putra mahkota." Astrid mengembuskan napas lelah mendengar ucapan ibunya. "Rasanya, tidak ada orang yang tidak tahu kalau Alaric punya banyak warisan." "Aku tidak tahu." Anna kembali mengangkat tangannya. "Lebih tepatnya, aku baru
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-30
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
5678910
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status