Home / Romansa / Pesona Sang Penguasa / 78. Tidak Nyaman

Share

78. Tidak Nyaman

Author: 5Lluna
last update Last Updated: 2025-03-29 19:22:28

"Kau bilang itu anak Alaric?" tanya Anna dengan kedua alis yang terangkat.

"Benar." Marjorie mengangguk yakin. "Bastian itu anak Alaric."

"Apakah ada bukti?" tanya Anna tanpa bisa berpikir panjang.

"Mau bukti apa lagi?" Bukannya memberi apa yang diminta, Marjorie malah balas bertanya disertai dengan dengusan. "Aku hanya punya hubungan dengan Alaric dan mantan suamiku saat itu."

"Tapi itu tidak berarti kau tidak tidur dengan lelaki lain bukan?" tanya Anna dengan tatapan yang sedikit kosong dan tertuju pada pagar yang telah roboh.

"Sayangnya, aku bukan perempuan murahan sepertimu." Marjorie mengikuti arah pandangan Anna dan langsung tersenyum karenanya. "Kebetulan sekali Alaric sudah pulang."

Anna menatap nanar ke arah mobil yang baru saja masuk melewati pagar yang sudah rusak. Dia hanya bisa menatap, ketika Marjorie dengan senyum lebar melangkah mendekati mobil yang berhenti di depan mereka.

"Hai, Al." Marjorie dengan santainya membuka pintu mobil dan menyapa. "Aku sudah
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Pesona Sang Penguasa   79. Ancaman

    "Tidak bisakah kau melakukan sesuatu terhadap perempuan itu?" hardik Elizabeth dengan mata melotot. "Sampai kapan kau akan membiarkan Marjorie berkeliaran di sekitarmu?" "Aku tidak bisa seenaknya saja mengusir dia, Mom." Alaric menghela napas panjang. "Rasanya aku sudah mengatakan itu beberapa kali bukan?" "Kau bahkan tidak berusaha, Al." Sayangnya, Elizabeth tidak senang dengan jawaban sang putra. "Sedikit pun kau tidak pernah mengusahakan, agar perempuan itu menjauh." "Mungkin lebih tepatnya ... Alaric hanya menghindar." Celetukan yang terdengar dari Anna itu, membuat semua orang menoleh dengan kening berkerut. Hal yang tentu saja membuat nyali Anna jadi menciut. "Aku rasa Anna benar." Setelah sempat hening sesaat, akhirnya Astrid yang memecah kesunyian. "Rasanya selama ini kau hanya menghindar saja dan tidak pernah benar-benar menyelesaikan masalah di antara kalian." "Masalahnya harus diselesaikan seperti apa?" tanya Alaric mengembuskan napas keras. "Mudah saja. Kau

    Last Updated : 2025-03-29
  • Pesona Sang Penguasa   80. Balas Dendam

    "Hal pertama yang harus kau perhatikan adalah penampilan." Elizabeth mengatakan hal itu dengan menggebu-gebu, bahkan sampai memukul meja. "Kau harus tampil sederhana, menarik dan elegan." "Jangan menggunakan pakaian yang terlalu berlebihan, karena nanti kau malah dihujat. Jangan pula menggunakan sesuatu yang terlalu mahal, karena nanti kau dikatakan menghabiskan uang rakyat." "Maaf." Anna menaikkan tangan untuk bertanya. "Tapi bukankah Alaric digaji? Jadi seharusnya pakaian apa pun yang aku pakai, tidak akan membuat kami disebut menghabiskan uang rakyat." "Tidak salah." Elizabeth kembali memukul meja. "Tapi masyarakat mana tahu kalau uang yang kau gunakan itu halal atau tidak." "Semua orang juga tahu kalau Alaric Bastian Crawford itu adalah seorang putra mahkota." Astrid mengembuskan napas lelah mendengar ucapan ibunya. "Rasanya, tidak ada orang yang tidak tahu kalau Alaric punya banyak warisan." "Aku tidak tahu." Anna kembali mengangkat tangannya. "Lebih tepatnya, aku baru

    Last Updated : 2025-03-30
  • Pesona Sang Penguasa   81. Barang Sitaan

    Anna melirik ke kiri dan kanannya, nyaris tanpa menggerakkan leher. Jujur saja, dia merasa sedikit risih dengan keadaan yang rasanya canggung itu, tapi tidak bisa melarikan diri sama sekali. "Tidak perlu merasa gugup." Astrid yang menyadari rasa tidak nyaman sang ipar, langsung memberi nasihat. "Kau datang ke sini sebagai bagian dari pemilih perusahaan. Wajar kalau mereka hati-hati." "Masalahnya, aku belum pernah diperlakukan seperti ini," jawab Anna dalam bisikan. Entah mengapa dia merasa harus melakukannya. "Bukankah katanya dulu kau orang kaya?" Giliran Elizabeth yang bertanya. "Tapi jelas tidak bisa dibandingkan dengan keluarga Crawford." Tentu saja Anna akan menggeleng. "Kami dulu mungkin hanya bisa disandingkan dengan orang kaya dari desa sekitar sini." "Wajar saja sih." Elizabeth kini mengangguk. "Orang desa memang jarang masuk ke dalam ruangan VIP. Bukan begitu Astrid?" "Jarang." Astrid ikut mengangguk. "Walau mungkin mampu, mereka biasanya enggan menggunakan ruang

    Last Updated : 2025-03-30
  • Pesona Sang Penguasa   82. Minta Maaf?

    "Bagaimana kau bisa menjadi tamu di ruang VIP? Kau seharusnya menjadi pelayan." Marjorie mencebik, memperlihatkan wajah tidak sukanya. Bahkan bisa dibilang, dia terlihat jijik. "Justru aneh kalau aku tidak bisa masuk ruang VIP, di butik milik kakak iparku," balas Anna masih terlihat sangat tenang. "Yang aneh itu kau, karena menggunakan kartu VIP milik orang lain." "Kartu itu milik pacarku." "Mantan pacar yang kau manfaatkan," balas Anna tenang, tapi dengan kalimat yang cukup tajam. "Bukankah sebaliknya?" tanya Marjorie malah tertawa. "Kau yang memanfaatkan Alaric dan ingin mengeruk semua hartanya." Anna terdiam mendengar pernyataan barusan. Dia ingin sekali membantah, tapi jelas yang dikatakan Marjorie itu adalah kebenaran. Anna memang tidak mengeruk keuntungan seperti lintah darat, tapi jelas dia mendapat banyak uang. "Terserah kau ingin mengatakan apa," balas Anna setelah menarik napas panjang. "Tapi pada kenyataannya sekarang aku adalah istri Alaric dan kau hanya mantan

    Last Updated : 2025-03-31
  • Pesona Sang Penguasa   83. Melindungi

    "Apa ini tidak terlalu berlebihan?" tanya Anna sembari berputar menatap cermin yang sedikit lebih tinggi dari tubuhnya. "Oh, ayolah Nyonya. Ini pesta ulang tahun cucu gubernur." Darcy langsung mengeluh ketika mendengar ucapan sang nyonya. "Tapi itu adalah pesta ulang tahun anak remaja bukan? Tidakkah menggunakan gaun malam terlalu berlebihan?" Anna kembali bertanya. "Justru karena ini adalah pesta ulang tahun anak remaja." Kali ini Astrid yang menjawab. "Lebih tepatnya, ini adalah pesta perkumpulan kaum atas berkedok pesta ulang tahun anak remaja." "Coba pakai anting ini." Astrid menyerahkan benda yang dia sebutkan. Walau dengan wajah cemberut, Anna tetap mengambil anting yang diberikan padanya. Anting panjang yang terlihat sangat cocok dengan gaun putih dengan model kimono yang dia pakai. "Coba aku lihat." Astrid menjauh untuk menatap iparnya yang sudah siap itu, untuk melihat apakah ada yang kurang. Dia memang bertugas mendandani perempuan yang jauh lebih muda darinya

    Last Updated : 2025-03-31
  • Pesona Sang Penguasa   84. Seseorang Yang Tidak Diharapkan

    "Wah, Alaric. Calon perdana menteri kita yang tampan, akhirnya memperlihatkan pasangannya pada dunia." "Selamat malam," gumam Anna yang setengah bersembunyi di balik tubuh suaminya. "Maaf, tapi dia anak yang sangat pemalu." Mau tidak mau, Alaric segera mengambil alih pembicaraan. "Lalu ini juga pesta yang sangat luar biasa. Aku yakin cucumu akan sangat bahagia." "Terima kasih atas ucapan manis itu, tapi apakah istrimu atau pacarmu ini akan terus bersembunyi di belakangmu?" tanya si pemilik acara dengan kening yang sedikit berkerut. "Bukankah kau setidaknya harus memperkenalkan dia?" Alaric tidak bisa langsung menjawab dan memilih untuk melirik istrinya terlebih dulu. Jujur saja, dia tidak berpikir kalau Anna akan terlihat setakut ini. Hal itu tentu saja membuat Alaric kebingungan, apalagi ini hanya pesta biasa saja bukan? "Kau tidak apa-apa?" Alaric memilih untuk bertanya lebih dulu, dengan cara berbisik. "Aku ... tidak apa-apa." Walau sempat ragu, Anna pada akhirnya mengg

    Last Updated : 2025-04-01
  • Pesona Sang Penguasa   85. Terperangkap

    Alaric menatap ke depan dengan kening bekerut. Dia melihat Marjorie yang sedang tertawa entah bersama dengan siapa di sana. Yang jelas, Alaric belum pernah melihat lelaki yang tertawa bersama dengan mantannya itu. Rasanya ada yang aneh, tapi Alaric tidak tahu apa hal aneh yang dia rasakan. Yang jelas, ini berbeda dengan apa yang dulu dia rasakan. "Al." Tiba-tiba saja terdengar suara yang begetar. "Ada apa?" Alaric refleks menoleh dan menemukan istrinya yang sekarang ini gemetar. "Kau kenapa?" Tentu saja Alaric akan bertanya dengan kening berkerut. "Kenapa gemetar?" Sayangnya, Anna tidak bisa menjawab. Dia hanya menatap ke satu arah, kemudian tiba-tiba saja menutup matanya dengan sangat rapat. "Ada apa di sana?" Penasaran, Alaric pun melihat ke arah yang dilihat istrinya. Tidak jauh di belakang Marjorie. "Aku tidak melihat apa pun di sana, apa ada seseorang yang aneh?" "Tidak ada lelaki tua di sana?" tanya Anna masih dengan mata yang terpejam. "Lelaki tua seperti apa?"

    Last Updated : 2025-04-01
  • Pesona Sang Penguasa   86. Hamil

    "Ada keributan apa itu di luar?" Alaric langsung menoleh ketika mendengar suara bernada tanya barusan. Dia yang entah bagaimana merasa penasaran, segera mengeringkan tangan dengan tisu dan keluar dengan langkah yang tidak buru-buru. "Anna?" Kening Alaric langsung berkerut, ketika dia melihat dan mendengar suara teriakan sang istri. "Ada apa ini?" Tentu saja Alaric segera mendekat. "Tidak tahu Tuan." Darcy menggeleng keras. "Nyonya tadi terjatuh dan menabrak seseorang, lalu tiba-tiba dia berteriak," lanjutnya menjelaskan dengan cepat. "Sialan," desis Alaric sangat pelan, kemudian menatap sekitarnya. "Maaf, tapi bisakah kalian menjauh?" lanjutnya pada semua orang. "Dia istriku dan aku bisa menangani ini." Alaric dengan cepat menahan kedua tangan sang istri yang memberontak dibantu oleh Darcy, kemudian meraih tubuh Anna ke dalam dekapannya. "Hei, Anna." Setelah semua orang agak menjauh, Alaric berusaha menyadarkan sang istri. "Ini aku, Alaric." "Tidak aku mohon." Bukannya

    Last Updated : 2025-04-02

Latest chapter

  • Pesona Sang Penguasa   114. Mencoba Menjalani Hidup

    "Kenapa aku tidak boleh berjalan-jalan keluar?" tanya Anna dengan kening berkerut. "Di dalam kamar terus menerus, akan membuatku bosan.""Untuk sementara ini, berasabarlah sedikit." Elizabeth hanya bisa lengan menantunya. "Kau akan dipindahkan ke rumah sakit lain menggunakan ambulans, jadi ....""Aku baik-baik saja, Mom." Merasa keberatan, Anna memotong kalimat mertuanya dengan berani. "Kata dokter pun aku sudah baik-baik saja, walau memang masih harus dirawat lagi," lanjut Anna mencoba untuk tetap sopan. "Jadi kenapa harus pindah rumah sakit? Di sini pun tidak apa-apa, walau ini hanya rumah sakit kecil di pinggir kota.""Ini bukan soal rumah sakitnya, Anna." Astrid yang sedang melipat selimut dan jaket sang ipar bersuara. "Ada wartawan yang sudah berkumpul di depan sana dan kau mungkin akan jadi incaran. Di sini berbahaya."Anna membentuk huruf o dengan bibirnya tanpa mengeluarkan suara. Dia tidak berkata apa-apa lagi dan hanya melihat dua orang yang sedang beres-beres untukny

  • Pesona Sang Penguasa   113. Menghadapi Publik

    "Aku terkejut kau mengambil cuti." Alaric baru sampai di kantor partainya, ketika mendengar sapaan menyebalkan itu. Rasanya, ingin sekali dia menghardik orang yang berbicara seperti itu. Sayang sekali yang berbicara barusan adalah Marjorie dan dia perempuan. Alaric tidak memukul perempuan. "Al, apa kau tidak mendengarku?" tanya Marjorie yang kini mengejar lelaki yang dia panggil, karena Alaric memilih untuk terus melangkah. "Aku mendengarmu," balas Alaric dengan santainya. "Jadi kenapa tidak menjawab." Langkah Alaric terhenti, diikuti dengan langkah asistennya. Dia kemudian berbalik menatap Marjorie dengan sebelah alis yang terangkat. "Kenapa aku baru sadar sekarang ya?" gumam Alaric dengan nada tanya. "Kau baru sadar kalau aku lebih baik dari istrimu?" tanya Marjorie dengan senyum lebar. "Terlambat sekali, tapi tidak masalah." "Bukan." Tentu saja Alaric akan membantah. "Aku baru sadar kalau kau itu ternyata sangat menyeramkan." Caspian langsung mendengus keras menden

  • Pesona Sang Penguasa   112. Sakit Hati

    "Maaf, Tuan." Caspian dan beberapa orang menunduk dalam. "Orang-orang itu keracunan, sepertinya ada orang yang menginginkan kematian mereka." Alaric mengembuskan napas pelan. Padahal dia sedang lelah karena tidak bisa tidur sepanjang malam, tapi pagi ini malah mendapatkan berita yang sangat tidak menyenangkan. Sangat tidak menyenangkan. "Bagaimana bisa itu terjadi?" tanya Alaric yang memijat pelan pangkal hidungnya, sambil bersandar ke dinding salah satu ruangan kosong yang dia pinjam. "Saat aku masuk kemarin malam, mereka masih baik-baik saja." Seorang perempuan menjawab. "Tapi kali berikutnya teman lain yang masuk, mereka sudah lemas." "Sepertinya ada penggunaan obat." Caspian menjelaskan. "Belum dipastikan, tapi sepertinya memang itu yang paling masuk akal." "Kalau begitu, siapa namamu?" Alih-alih membalas sang asisten, Alaric malah bertanya pada perempuan yang tadi berbicara. "Fiona, Tuan." "Tuliskan laporan dengan terperinci," perintah Alaric mengembuskan napas lela

  • Pesona Sang Penguasa   111, Pulang

    "Al." Elizabeth menyambut anaknya dengan tangisan pelan. "Mom? Bagaimana kau bisa ada di sini?" tanya Alaric yang baru saja datang dalam keadaan bersih. "Itu karena Mom mendengar percakapanku dengan Darcy di telepon." Astrid langsung mengaku. "Dia memaksa untuk datang dan melihat Anna." "Apa yang terjadi?" tanya Elizabeth dengan linangan air mata. "Aku juga belum tahu, Mom." Alaric dengan terpaksa menggeleng. "Aku datang setelah membersihkan diri dan belum mendengar apa pun dari dokter." "Kami sudah mendengar penjelasan dari dokter." Astrid yang membalas dengan wajah muram, bahkan harus menggigit bibir bawahnya untuk menahan tangis. "Mereka sudah menjelaskan garis besarnya." "Anaknya selamat?" tanya Alaric refleks saja mengeluarkan kalimat itu dari mulutnya, disertai dengan tatapan yang menerawang. Sayangnya, Astrid hanya bisa menggeleng. Hal itu sudah cukup membuat Alaric menelan liurnya dan jatuh berlutut di atas lantai begitu saja. Siapa sangka berita yang sebenarnya

  • Pesona Sang Penguasa   110. Kematian Tanpa Rasa Sakit

    "Tolong ampuni kami." Salah seorang terisak keras. Wajahnya tidak terlihat karena lelaki itu tersungkur dengan wajah menghadap ke bawah. "Setelah kau melakukan banyak hal pada istriku, sekarang kau berharap aku akan berbaik hati?" tanya Alaric dengan mata melotot. "Sangat lucu sekali." "Kami bersalah." Lelaki ketiga yang terduduk lemas, dengan wajah babak belur. "Kami memang melakukan kesalahan, jadi silakan hukum saja." "Apa kau berpikir akan lolos kalau mengaku seperti itu?" Kini Alaric berjalan mendekati lelaki yang baru saja bicara itu. "Kalian sudah membunuh anakku dan meniduri istriku. Apa kalian tidak tahu dengan siapa kalian berurusan?" "Kami tidak tahu." Lelaki kedua yang tergeletak tidak jauh dari yang ketiga, mulai bernyanyi. "Perempuan yang menyuruh kami tidak mengatakan apa pun. Dia bahkan meyakinkan tidak akan ada masalah yang berarti." "Perempuan?" tanya Alaric dengan sebelah alis yang terangkat. Sekarang, dia mulai tertarik. "Ada seorang perempuan yang tiba

  • Pesona Sang Penguasa   109. Menjadi Hakim

    "Menyingkir." Darcy menghalau orang-orang yang menghalangi jalan, ketika dia mengawal brankar rumah sakit yang sedang dibawa menuju ke mobil. "Maaf, tapi bisakah kau tidak semena-mena?" Seorang perawat bertanya, sambil berlari mendorong brankar. "Sebaiknya kau tutup mulut mulai detik ini sampai seterusnya," desis Darcy jelas terlihat sangat marah, sambil membuka pintu mobil. Namun, kemarahan itu segera pudar ketika melihat keadaan sang nyonya yang digendong oleh Alaric. Warna merah terlihat dengan sangat jelas mewarnai kain yang menutupi tubuh Anna, pun dengan sebagian besar dari pakaian Alaric. "Apa yang terjadi?" Tentu saja si perawat yang tadi sempat menegur Darcy akan bertanya. "Kenapa dia seperti ini?" "Aku juga tidak tahu jelasnya, tapi kemungkinan besar dia mengalami pendarahan. Istriku sedang hamil muda." Alaric menjelaskan seadanya, sambil membaringkan sang istri. "Bagaimana mungkin kau tidak tahu ...." Si perawat baru akan mengomel, tapi batal melakukannya. "Oh,

  • Pesona Sang Penguasa   108. Taruhan Nyawa

    "Arahnya sudah benar." Darcy memberitahu lewat panggilan telepon. "Di sana memang ada rumah besar terbengkalai dan sering dijadikan tempat uji nyali di musim panas." "Syukurlah sekarang sudah masuk musim gugur," ucap Caspian yang baru turun dari mobil. "Itu sama sekali bukan sesuatu yang harus disyukuri, Ian." Alaric mendengus pelan. "Itu malah membuat pelakunya jadi lebih leluasa melakukan hal-hal buruk, jadi ayo." Alaric yang kini hanya memakai kemeja tanpa jas, berjalan dengan hati-hati. Bukan karena dia takut akan lokasi yang menyeramkan, tapi lebih berhati-hati agar langkahnya tidak menimbulkan suara. Yah, walau bunyi mobil pastinya terdengar. Sekali pun mobil Astrid adalah mobil mahal dengan bunyi mesin yang halus, setidaknya tetap ada suara, apalagi di tengah malam yang sepi bukan? "Ada jejak ban mobil," ucap Caspian menatap tanah di sekitarnya. "Tanah di sini kering, tapi masih ada sedikit jejak yang terlihat." "Mengarah ke mana?" tanya Alaric dengan kening berkeru

  • Pesona Sang Penguasa   107. Kehilangan

    "Tuan, kita sudah menemukan mobil yang dimaksud." Caspian berteriak, dari sisi lain ruangan yang penuh berisi monitor. "Di mana dia?" tanya Alaric yang segera mendekat. "Kalau dilihat dari arahnya, sepertinya dia akan menuju luar kota." Petugas pemeriksa rekaman CCTV yang memberitahu. "Bagus." Alaric mengangguk, sebelum beranjak. "Darcy kau terus pantau di sini dan beritahu aku kalau sudah menemukan titik pastinya. Ian, kau ikut aku. Kita akan menuju ke lokasi." "Tuan sendiri yang akan pergi ke sana?" tanya Caspian dengan mata melotot, walau tetap mengikuti sang majikan. "Memangnya siapa lagi yang akan pergi?" tanya Alaric sambil terus berjalan dengan cepat. "Aku ingin menghajar siapa pun itu pelakunya." "Tapi ini bisa saja berbahaya," ucap Caspian tentu saja akan terus menghalangi sang tuan. "Lagi pula, pelakunya mungkin lebih dari satu orang." "Pelakunya memang lebih dari satu orang, Ian." Alaric mengoreksi, kini berlari turun melewati tangga karena lift yang ditunggu m

  • Pesona Sang Penguasa   106.

    "Hei, permintaan perempuan ini agak aneh." Anna mengedipkan matanya dengan pelan, ketika salah satu lelaki yang mengerjainya berbicara. Dia sudah tidak punya tenaga sama sekali, sehingga yang bisa dia lakukan hanyalah mendengar saja. Apalagi, perutnya juga makin sakit saja. "Dia meminta kita membunuh pelacur ini?" Lelaki kedua berbicara. "Ini gila." Lelaki ketiga menggeleng keras. "Aku tidak mau melakukannya." "Kenapa tidak?" Lelaki kedua kembali berbicara. "Kita bisa mendapat banyak uang, apalagi kalau kita menjual barang-barang perempuan ini," lanjutnya menunjuk Anna yang terbaring lemah. "Kau lupa? Kita menculik dia di rumah sakit." Lelaki ketiga mengingatkan. "Tidak ada barang berharga yang sempat kita ambil." "Tapi dia menggunakan kalung dan anting." Lelaki kedua mengingatkan. "Aku yakin kalau dua benda itu adalah barang mahal yang bisa kita jual. Kamar rawat inapnya saja suite." Dua lelaki yang lain, saling bertatapan. Sepertinya mereka terlihat sangat ragu dan mas

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status