Beranda / Romansa / Pesona Sang Penguasa / 109. Menjadi Hakim

Share

109. Menjadi Hakim

Penulis: 5Lluna
last update Terakhir Diperbarui: 2025-04-14 19:20:43

"Menyingkir." Darcy menghalau orang-orang yang menghalangi jalan, ketika dia mengawal brankar rumah sakit yang sedang dibawa menuju ke mobil.

"Maaf, tapi bisakah kau tidak semena-mena?" Seorang perawat bertanya, sambil berlari mendorong brankar.

"Sebaiknya kau tutup mulut mulai detik ini sampai seterusnya," desis Darcy jelas terlihat sangat marah, sambil membuka pintu mobil.

Namun, kemarahan itu segera pudar ketika melihat keadaan sang nyonya yang digendong oleh Alaric. Warna merah terlihat dengan sangat jelas mewarnai kain yang menutupi tubuh Anna, pun dengan sebagian besar dari pakaian Alaric.

"Apa yang terjadi?" Tentu saja si perawat yang tadi sempat menegur Darcy akan bertanya. "Kenapa dia seperti ini?"

"Aku juga tidak tahu jelasnya, tapi kemungkinan besar dia mengalami pendarahan. Istriku sedang hamil muda." Alaric menjelaskan seadanya, sambil membaringkan sang istri.

"Bagaimana mungkin kau tidak tahu ...." Si perawat baru akan mengomel, tapi batal melakukannya. "Oh,
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Pesona Sang Penguasa   110. Kematian Tanpa Rasa Sakit

    "Tolong ampuni kami." Salah seorang terisak keras. Wajahnya tidak terlihat karena lelaki itu tersungkur dengan wajah menghadap ke bawah. "Setelah kau melakukan banyak hal pada istriku, sekarang kau berharap aku akan berbaik hati?" tanya Alaric dengan mata melotot. "Sangat lucu sekali." "Kami bersalah." Lelaki ketiga yang terduduk lemas, dengan wajah babak belur. "Kami memang melakukan kesalahan, jadi silakan hukum saja." "Apa kau berpikir akan lolos kalau mengaku seperti itu?" Kini Alaric berjalan mendekati lelaki yang baru saja bicara itu. "Kalian sudah membunuh anakku dan meniduri istriku. Apa kalian tidak tahu dengan siapa kalian berurusan?" "Kami tidak tahu." Lelaki kedua yang tergeletak tidak jauh dari yang ketiga, mulai bernyanyi. "Perempuan yang menyuruh kami tidak mengatakan apa pun. Dia bahkan meyakinkan tidak akan ada masalah yang berarti." "Perempuan?" tanya Alaric dengan sebelah alis yang terangkat. Sekarang, dia mulai tertarik. "Ada seorang perempuan yang tiba

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-14
  • Pesona Sang Penguasa   111, Pulang

    "Al." Elizabeth menyambut anaknya dengan tangisan pelan. "Mom? Bagaimana kau bisa ada di sini?" tanya Alaric yang baru saja datang dalam keadaan bersih. "Itu karena Mom mendengar percakapanku dengan Darcy di telepon." Astrid langsung mengaku. "Dia memaksa untuk datang dan melihat Anna." "Apa yang terjadi?" tanya Elizabeth dengan linangan air mata. "Aku juga belum tahu, Mom." Alaric dengan terpaksa menggeleng. "Aku datang setelah membersihkan diri dan belum mendengar apa pun dari dokter." "Kami sudah mendengar penjelasan dari dokter." Astrid yang membalas dengan wajah muram, bahkan harus menggigit bibir bawahnya untuk menahan tangis. "Mereka sudah menjelaskan garis besarnya." "Anaknya selamat?" tanya Alaric refleks saja mengeluarkan kalimat itu dari mulutnya, disertai dengan tatapan yang menerawang. Sayangnya, Astrid hanya bisa menggeleng. Hal itu sudah cukup membuat Alaric menelan liurnya dan jatuh berlutut di atas lantai begitu saja. Siapa sangka berita yang sebenarnya

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-15
  • Pesona Sang Penguasa   112. Sakit Hati

    "Maaf, Tuan." Caspian dan beberapa orang menunduk dalam. "Orang-orang itu keracunan, sepertinya ada orang yang menginginkan kematian mereka." Alaric mengembuskan napas pelan. Padahal dia sedang lelah karena tidak bisa tidur sepanjang malam, tapi pagi ini malah mendapatkan berita yang sangat tidak menyenangkan. Sangat tidak menyenangkan. "Bagaimana bisa itu terjadi?" tanya Alaric yang memijat pelan pangkal hidungnya, sambil bersandar ke dinding salah satu ruangan kosong yang dia pinjam. "Saat aku masuk kemarin malam, mereka masih baik-baik saja." Seorang perempuan menjawab. "Tapi kali berikutnya teman lain yang masuk, mereka sudah lemas." "Sepertinya ada penggunaan obat." Caspian menjelaskan. "Belum dipastikan, tapi sepertinya memang itu yang paling masuk akal." "Kalau begitu, siapa namamu?" Alih-alih membalas sang asisten, Alaric malah bertanya pada perempuan yang tadi berbicara. "Fiona, Tuan." "Tuliskan laporan dengan terperinci," perintah Alaric mengembuskan napas lela

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-15
  • Pesona Sang Penguasa   113. Menghadapi Publik

    "Aku terkejut kau mengambil cuti." Alaric baru sampai di kantor partainya, ketika mendengar sapaan menyebalkan itu. Rasanya, ingin sekali dia menghardik orang yang berbicara seperti itu. Sayang sekali yang berbicara barusan adalah Marjorie dan dia perempuan. Alaric tidak memukul perempuan. "Al, apa kau tidak mendengarku?" tanya Marjorie yang kini mengejar lelaki yang dia panggil, karena Alaric memilih untuk terus melangkah. "Aku mendengarmu," balas Alaric dengan santainya. "Jadi kenapa tidak menjawab." Langkah Alaric terhenti, diikuti dengan langkah asistennya. Dia kemudian berbalik menatap Marjorie dengan sebelah alis yang terangkat. "Kenapa aku baru sadar sekarang ya?" gumam Alaric dengan nada tanya. "Kau baru sadar kalau aku lebih baik dari istrimu?" tanya Marjorie dengan senyum lebar. "Terlambat sekali, tapi tidak masalah." "Bukan." Tentu saja Alaric akan membantah. "Aku baru sadar kalau kau itu ternyata sangat menyeramkan." Caspian langsung mendengus keras menden

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-16
  • Pesona Sang Penguasa   114. Mencoba Menjalani Hidup

    "Kenapa aku tidak boleh berjalan-jalan keluar?" tanya Anna dengan kening berkerut. "Di dalam kamar terus menerus, akan membuatku bosan.""Untuk sementara ini, berasabarlah sedikit." Elizabeth hanya bisa lengan menantunya. "Kau akan dipindahkan ke rumah sakit lain menggunakan ambulans, jadi ....""Aku baik-baik saja, Mom." Merasa keberatan, Anna memotong kalimat mertuanya dengan berani. "Kata dokter pun aku sudah baik-baik saja, walau memang masih harus dirawat lagi," lanjut Anna mencoba untuk tetap sopan. "Jadi kenapa harus pindah rumah sakit? Di sini pun tidak apa-apa, walau ini hanya rumah sakit kecil di pinggir kota.""Ini bukan soal rumah sakitnya, Anna." Astrid yang sedang melipat selimut dan jaket sang ipar bersuara. "Ada wartawan yang sudah berkumpul di depan sana dan kau mungkin akan jadi incaran. Di sini berbahaya."Anna membentuk huruf o dengan bibirnya tanpa mengeluarkan suara. Dia tidak berkata apa-apa lagi dan hanya melihat dua orang yang sedang beres-beres untukny

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-16
  • Pesona Sang Penguasa   115. Masokis

    "Oh, bukankah itu Nyonya Crawford?" Seseorang berteriak dan menunjuk ke satu arah."Mereka semua ada, kecuali Alaric. Ayo cepat." Yang lain ikut berteriak, kemudian satu per satu wartawan yang berkumpul berlari."Oh, sialan. Mereka cukup ganas." Lesley yang juga ikut dalam rombongan perempuan Crawford, paling pertama memberikan reaksi.Tentu saja Darcy dan teman-temannya cekatan menghalangi siapa pun yang datang mendekat. Sekali pun jumlah mereka terbatas dan sebagian adalah perempuan, tapi mereka sudah cukup terlatih untuk hal seperti ini."Ini agak menyebalkan." Sayangnya seseorang mengeluh."Kalau kau tidak mau bekerja, silakan mengundurkan diri saja Fiona." Darcy langsung menegur. "Terima kasih sarannya, tapi aku tidak akan mendengarkanmu karena kau bukan atasanku." Bukannya mengiyakan, Fiona malah membantah."Nanti kau akan mendapat bagianmu," desis Darcy jelas saja terlihat kesal, tapi untuk sekarang prioritas mereka adalah keluarga Crawford."Maaf teman-teman wartawan

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-17
  • Pesona Sang Penguasa   116. Undangan

    "Dia benar-benar luar biasa ya," gumam Alaric sambil menatap layar ponselnya. "Maaf?" Caspian yang sibuk dengan tabletnya, sampai mendongak. "Tuan sedang membicarakan siapa?" "Tentu saja istriku, Ian," jawab Alaric tanpa merasa ragu. "Oh, tentu saja." Caspian memutar bola matanya dengan gemas. "Aku tidak tahu kalau kau punya hobi menonton siaran ulang." "Ini bukan siaran ulang." Alaric pada akhirnya meletakkan ponselnya. "Ini adalah video yang dengan sengaja aku simpan untuk ditonton lagi nanti." "Wah, sejak kapan seorang Alaric bisa jadi orang yang suka menonton?" tanya Caspian hanya bisa geleng-geleng kepala. "Lupakan saja soal itu untuk sementara, aku ingin kau melaporkan hal yang lain saja. Bagaimana dengan ini?" tanya Alaric menyodorkan sepotong kertas. "Ah, kalau ini dia hasilnya seperti ini." Caspian menjawab dengan cepat. Tentu saja dengan cara menulis di atas kertas yang baru saja disodorkan. Setelah membaca tulisan sang asisten, Alaric kembali bertanya. Kali

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-17
  • Pesona Sang Penguasa   117. Tidak Pantas

    "Anna, kita tidak perlu melakukan ini." Alaric mencoba memberitahu sang istri. "Kenapa?" Alih-alih menurut, Anna malah bertanya. Dia melakukannya sembari menatap diri di depan cermin besar. "Pertama, jelas kita bermusuhan dengan Marjorie." Tentu saja Alaric tidak akan keberatan untuk menjelaskan. "Kedua, kau itu baru keluar dari rumah sakit. Kau butuh istirahat yang banyak." "Tapi, anak Marjorie kan tidak punya masalah dengan kita," ucap Anna sembari beranjak dan menghampiri sang suami. "Lalu aku mungkin butuh istirahat, tapi aku juga butuh hiburan. Acara ini mungkin akan sedikit menghiburku." Alaric hanya bisa mengembuskan napas, ketika dia menatap sang istri yang tengah mengancingkan kemejanya. Dia bukan dengan sengaja tidak mengancing kemeja itu, tapi Alaric sedang sibuk meyakinkan Anna. "Lain kali, jangan berjalan ke mana-mana dengan kemeja yang tidak dikancing," ucap Anna setelah merapikan kemeja sang suami. "Walau sudah tua, kau itu masih menggoda tahu." "Kenapa kau

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-18

Bab terbaru

  • Pesona Sang Penguasa   137. Basah

    "Astaga Anna!" Yang empunya nama, memukul kepalanya sendiri. "Bagaimana kau bisa membayangkan hal mesum, setelah mendengar ucapan Alaric? Sadarlah, Anna." Sesungguhnya, Anna tadi mendengarkan ucapan Alaric tentang mandi bersama dengan sangat jelas. Dia hanya berpura-pura tidak mendengar karena merasa malu. "Tenang Anna," ucapnya menarik napas dan mengembuskan dengan pelan dan suara air mengalir yang menjadi latar belakang. "Kau harus tenang dan jalankan saja tugasmu sebagai seorang istri, setidaknya sampai kau muak." "Tapi, kenapa rasanya rokku basah ya?" tanya Anna dengan kening berkerut, sebelum akhirnya dia sedikit menunduk. Tanpa Anna sadari, air di bathtub rupanya sudah meluap. Padahal, rasanya dia hanya menyalakan air dengan aliran kecil saja. Siapa yang sangka kalau sekarang isi bathtub-nya sudah meluap sampai ke lantai. "Astaga, Anna." Yang empunya nama berteriak cukup keras. "Apa yang kau lakukan?" Tentu saja Anna segera mengulurkan tangan untuk mematikan kran air

  • Pesona Sang Penguasa   136. Membuangmu

    "Pemeriksaan kesehatan?" tanya Fiona dengan sebelah alis yang terangkat. "Ya." Darcy mengangguk pelan. "Semua orang akan mendapatkan pemeriksaan kesehatan secara menyeluruh. Ini untuk kebaikan bersama juga, apalagi ada kejadian yang tidak mengenakkan terjadi baru-baru ini." "Kejadian apa?" Seorang rekan pengawal perempuan yang lain bertanya. "Apa tentang kasus Marjorie itu? Tapi apa hubungannya?" "Marjorie ternyata penderita AIDS," jawab Darcy dengan tenang. "Jadi Tuan ingin kita semua memeriksakan diri, karena siapa tahu saja ada yang tidak sengaja tertular. Berhubung kita juga pernah memantau dia cukup lama, jadi siapa tahu kan?" "Tuan, Nyonya dan keluarga lainnya pun sudah memeriksakan diri," lanjut Darcy menatap satu per satu rekannya. "Aku dan Caspian juga sudah, jadi sekarang giliran kalian." Semua orang saling menatap dengan ekspresi beragam. Ada yang terlihat kaget dan ada juga yang terlihat cemas. Yang jelas mereka semua terlihat tidak nyaman dengan berita yang bar

  • Pesona Sang Penguasa   135. Teman Semua Orang (3)

    "Bagaimana dia bisa tahu kalau ada pembunuh di rumahku?" ucap Elizabeth dengan mata melotot. "Mom, st." Anna menempelkan jari telunjuk di bibirnya. "Jangan terlalu keras, siapa tahu ada yang menguping di depan pintu. Atau mungkin ada yang memasang alat penyadap." "Oh, aku rasa aku harus memeriksa ruangan ini terlebih dulu." Caspian langsung bergerak, diikuti dengan Darcy. Semua orang yang sedang berada di dalam ruang baca itu menatap dua orang asisten sekaligus pengawal pribadi yang menggeledah ruangan dengan seksama. Mereka jelas saja akan merasa cemas, karena bisa saja mereka ketahuan. "Tidak ada penyadap atau kamera yang ditemukan." Untungnya Darcy menggeleng. "Ruangan ini juga dilapisi karpet, jadi seharusnya akan lebih kedap suara," lanjut Caspian menjelaskan. "Maaf harus menanyakan ini, tapi kalian berdua bisa dipercaya kan?" Tiba-tiba saja Astrid bertanya. "Mereka aman." Anna dengan tenangnya memberitahu. "Soalnya, Bastian mengatakan akan bertemu teman di rumah, p

  • Pesona Sang Penguasa   134. Teman Semua Orang (2)

    "Kami akan menantikan teman yang dimaksud bocah itu." Polisi yang menangani kasus ini, tersenyum menatap pasangan di depannya. "Aku pasti akan mencari bedebah itu sampai ketemu dan mungkin bisa memotong lidahnya?" Alaric malah mengatakan hal yang tidak-tidak, bahkan sampai melotot. "Al." Sebagai istri yang baik, tentu saja Anna akan menegur sang suami. "Kau punya istri yang baik." Si polisi berdecak pelan. "Setidaknya dia tahu kapan harus bicara dan kapan harus diam saja." "Terima kasih karena sudah memuji istriku, tapi dia tidak akan melirikmu hanya karena itu," balas Alaric dengan senyum lebar. "Asal kau tahu, aku melihatmu menatap istriku terus-terusan dan jika kasus ini selesai dengan baik, kau akan tahu akibatnya." Si polisi langsung terdiam dan tiba-tiba saja menjadi gugup. Siapa yang sangka kalau dia ketahuan seperti itu, bahkan diancam dan dipermalukan di depan umum. Bahkan ada polisi lain yang mendengar hal itu. "Kau tidak perlu seperti itu," gumam Anna terlihat

  • Pesona Sang Penguasa   133. Teman Semua Orang

    "Jadi Bastian, maukah kau berbicara sedikit?" tanya seorang perempuan berwajah lembut, dengan suara yang sama lembutnya. Sayang sekali, Bastian malah menggeleng dengan keras. Dia bahkan membuang muka dan lebih memilih untuk memeluk boneka kelinci yang baru-baru ini menjadi mainan kesayangannya. "Bonekanya sangat menggemaskan, dari mana kau mendapatkannya?" Tidak berhasil saat bertanya secara langsung, perempuan paruh baya tadi memilih untuk bertanya hal lain lebih dulu. "Bibi," jawab Bastian tanpa ragu. "Hadiah." "Aku dengar baru-baru ini kau ulang tahu. Apa ini hadiah ulang tahunmu?" Bastian kali ini mengangguk dengan sangat antusias, dia bahkan tersenyum. Tentu saja ini hal yang bagus untuk semua orang. "Bibi yang mana yang memberimu ini?" Perempuan paruh baya tadi ingin menyentuh bonekanya, tapi si bocah langsung memeluknya dengan lebih erat lagi. "Aku tidak akan mengambil bonekamu." Perempuan yang sejak tadi bertanya, hanya bisa tertawa. "Apakah tidak boleh aku tahu

  • Pesona Sang Penguasa   132. Bantuan Aneh

    "Kau sudah melihat berita terbaru?""Yeah, katanya pasangan Crawford akan membiayai bocah malang yang ibunya menjadi korban pembunuhan itu.""Tapi apa kau tahu, mereka mengatakan itu ide dari istrinya Alaric Crawford.""Aku rasa dia merasa bersalah karena ibu anak itu meninggal. Maksudku, belum tentu dia pelakunya, tapi dia katanya baru kehilangan bayi kan? Mungkin naluri ibunya tersentuh.""Rasanya aku tidak percaya kalau orang sebaik itu adalah tersangka. Aku rasa mereka hanya kebetulan saja tersangkut kasus ini."Telinga Anna rasanya gatal sekali mendengar apa yang diucapkan oleh orang-orang di sekitarnya. Padahal, tadinya Anna hanya ingin keluar sebentar untuk berbelanja di minimarket, tapi malah dia mendengar semua orang membicarakannya dan Alaric."Aku rasa taktikmu berhasil, Nyonya," bisik Darcy yang selalu mengikuti ke mana-mana."Ini bukan taktik, Darcy." Anna melotot mendengar asistennya itu. "Aku murni melakukan ini, karena aku merasa kasihan pada Bastian.""Tentu

  • Pesona Sang Penguasa   131. Melihat

    "Aku tidak salah dengar kan?" tanya ayah Marjorie dengan mata melotot. "Kau ingin membiayai Bastian?" "Hanya pendidikannya saja," balas Anna dengan senyum tipis, sembari bermain dengan anak yang dimaksud. "Lagi pula, Alaric yang akan membayar semuanya. Bukan aku." Walau agak tidak sesuai jadwal, Anna dan Alaric pada akhirnya pergi mengunjungi Bastian. Hanya berselang dua hari sejak janji yang diucapkan sang calon perdana menteri, tapi mereka berhasil berkunjung di tengah kesibukan. "Kau sedang tidak sedang mabuk kan?" tanya sang ayah dengan kening berkerut. "Sama sekali tidak, tapi kalau ingin berterima kasih jangan padaku." Alaric menjelaskan, sebelum diminta. "Aku memang yang akan mengeluarkan uang, tapi ini ide Anna." "Lalu kau menerimanya begitu saja?" "Aku menerima ide itu karena istriku yang meminta. Lalu, ini juga bisa membuat suaraku yang sempat turun, kembali naik." "Al." Anna tentu saja akan menegur sang suami yang terlalu jujur. "Aku hanya mengatakan kenyata

  • Pesona Sang Penguasa   130. Melakukan Sesuatu

    "Sudah mati pun dia masih bikin susah." "Mom, jangan ngomong gitu dong." Anna segera menegur mertuanya. "Tidak baik membicarakan orang yang sudah meninggal seperti itu." Anna yang duduk di sebelah sang mertua, segera memeluk lengan Elizabeth. Niatnya sih untuk menghentikan perempuan tua itu, terutama saat mereka sekeluarga sedang berkumpul di rumah Elizabeth. "Tapi itu kenyataannya." Sayangnya, Elizabeth enggan berhenti, bahkan sampai melotot saking marahnya. "Gara-gara dia, kita semua harus melakukan tes darah." "Sebenarnya, kita tidak perlu melakukan tes darah." Alaric mengembuskan napas lelah. "Tidak satu pun dari kita yang pernah kontak langsung dengan darah Marjorie, apalagi kotoran dan hal lainnya." "Siapa yang bisa menjamin?" tanya Elizabeth makin melotot saja. "Dia itu sangat pendendam, bisa saja dia dengan sengaja meneteskan darahnya ke dalam kopimu atau minuman Anna. Atau bisa saja dia menyuruh orang lain melakukan itu." "Mom, aku mohon." Tidak tahan mendengarnya

  • Pesona Sang Penguasa   129. Penyakit

    "Apakah Bastian tidak ikut?" Itu adalah hal pertama yang diucapkan oleh Anna, ketika disambut oleh ayah Marjorie. "Dia tentu saja datang dan sedang bersama ayahnya di sana." Anna menoleh dan menatap ke arah yang ditunjuk lelaki paruh baya di depannya. Dari tempatnya, dia bisa melihat anak yang dia cari sedang menatap peti mati dengan bibir mencebik. Tentu saja dalam gendongan Landon. "Bolehkah aku pamit untuk bertemu Bastian dulu?" tanya Anna demi sopan santun. "Tentu saja, tapi aku sarankan kau tidak menemui Landon berdua saja." Ayah Marjorie malah memberi nasihat. "Kadang ada orang jahat yang akan menebar gosip, walau dalam keadaan berduka sekali pun." "Terima kasih banyak atas sarannya." Anna membalas dengan senyum tipis dan segera mengajak dua orang yang datang bersamanya untuk berpindah tempat. "Aku senang kalian masih mau dan menyempatkan diri untuk datang." Landon segera menyambut dengan senyuman. "Seharusnya itu kalimat yang ditujukan untukmu." Kali ini Astrid y

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status